Saturday, July 9, 2016



BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang
Salah satu masalah yang dihadapai dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas lebih diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghapal informasi ; otak anak dipaksa unbtuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut memahami informasi yang di ingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kerhidupan sehari-hari. Akibatnya ketika anak didik kita lulus Dari sekolah mereka hanya pintar secara teoritis tetapi miskin aplikasi.

            Padahal tujuan dari sebuah  proses pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang cerdas, memiliki kemampuan memecahlan masalah hidup serta untuk membentuk manusia yang kreatif dan inopatif.
            Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kescerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
            Terdapat beberapa hal yang sangat penting yang perlu kita kritisi dari konsep pendidikan menurut undang-undang tersebut. Pertama pendidikan adalah usaha sadar dan terencana, hal ini berarti proses pendidikan di sekolah bukanlah proses yang dilaksanaakan secara asal-asalan dan untung-untungan, akan tetapi proses yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan pada pencapaian tujuan. Kedua proses pendidikan yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, hal ini berarti pendidikan tidak boleh mengesampingkan proses belajar. Pendidikan tidak semata-mata untuk mencapai hasil belajar akan tetapi bagaimana memperoleh hasil atau proses belajar yang terjadi pada diri anak. Dengan demikian dalam pendidikan antara proses dan hasil belajar harus berjalan secara seimbang. Pendidikan  yang hanya mementingkan salah satu diantaranya tidak akan membentuk manusia secara utuh.
            Ketiga suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik  dapat mengembangkan potensi dirinya, ini berarti proses pendidikan itu harus berorientasi kepada siswa. Pendidikan adalah upaya pengembangan potensi anak didik. Dengan demikian anak harus dipandang sebagai organisme yang sedang berkembang dan memiliki potensi. Tugas pendidikan adalah mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik, bukan menjejalkan materi pelajaran atau memaksa agar anak dapat menghapal data dan pakta.
            Keempat akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan anak memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat bangsa dan negara. Hal ini berarti proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap pengembangan kecerdasasn atau intelektual, serta pengembangan keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan. Ketiga aspek inilah (sikap, kecerdasan dan keterampilan) arah dan tujuan pendidikan yang harus diupayakan.
Maka melihat tujuan dari sebuah pendidikana tepat sekali jika kita menggunakan kurikulum yang disempurnakan atau KTSP. KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dimana KTSP ini merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih pamiliar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan, diharapka memiliki tanggung jawab yang memadai. Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan keharusan agar sistem pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif. Hal ini tersebut juga sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 35 dan 36.
 Yang menekankan perlunya peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan  nasional.
Penyempurnaan juga dilakukan terhadap struktur kurikulum yang meliputi jumlah mata pelajaran, beban belajar, alokasi waktu, mata pelajaran pilihan dan muatan lokal, serta sistem pelaksanaanya, baik sistem palet maupun sistem satuan kredit.
“KTSP adalah kurikulum operasiaonal yang disususn, dikembanagkan dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan memperhatikan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 :
  • Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
  • Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip dipersivikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.
·          Kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dikembanagkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi  lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP” ( Dr. Emulyasa,2006: 12).

Pemberlakuan KTSP pada mata pelajaran IPA bagi guru SD selain dapat mendatangkan dampak positif juga dapat menimbulkan dampak negatif. Dampak positifnya karena komponen-komponen dalam KTSP telah memberikan pengetahuan baru mengenai bagaimana pengelolaan pembelajaran  yang dapat menghasilkan autput berkualitas sehingga lulusan dari sebuah sekolah dapat bertahan hidup. Misalnya menyangkut mata pelajaran IPA guru menjadi lebih tahu bagaimana cara mengajarkannya kepada siswa sehingga dapat mencetak siswa yang terampil dalam pelajaran IPA.
Adapun dampak negative dari pemberlakuan KTSP yaitu belum tersosialisasinya dari pihak terkait tentang bagaimana cara pelaksanaan atau penerapan KTSP di sekolah-sekolah terutama dalam mata pelajaran IPA. Kelengkapan sarana juga menjadi penghambat pelaksanaan KTSP di sekolah terutama sekolah dasar. Penulis sebagai guru kelas enam SD menyadari pentingnya kesesuaian antara tuntutan standar kompetensi mata pelajaran IPA, pembelajaran IPA seharusnya berkaitan dengan mencari tahu tentang hal-hal yang berkaitan dengan alam secara sistematika bukan hanya berupa pakta, konsep ataupun data tetapi juga merupakan suatu proses penemuan dalam pemanfaatannya bagi khalayak umum. Kendala untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan cara peningkatan kualitas guru dengan menambah pengetahuan dalam pengelolaan pembelajaran IPA agar sejalan dengan kurikulum  yang berlaku. Pembelajaran sains yang cenderung verbalistik karena metode mengajar yang dilakukan oleh para guru hanya berupa teacher centered dengan metode berupa ceramah murni. Penulis memperhatikan pembelajaran selama ini dalam mata pelajaran IPA jauh dari seharusnya. Siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat ringkasan-ringkasan konsep yang diberikan oleh guru. Adapun sekali-kali guru menggunakan alat peraga namun alat peraga yang digunakannya pun seadanya bahkan hal ini tidak melalui sebuah persiapan yang matang. Pendeknya siswa dalam setiap pembelajaran IPA sangat pasif. Jarang bahkan belum pernah siswa dibimbing dan diarahkan secara khusus dan terencana untuk melakukan kegiatan keterampilan  proses atau kerja ilmiah IPA yang sangat mendasar. Dengan kata lain kegiatan praktikum sangat asing bagi siswa di sekolah dasar. Beranjak dari keadaan pembelajaran yang bermasalah ini penulis secara bertahap merancang suatu pembelajaran  yang diharapkan dapat menjadi masukan dan pengalaman baru yang bermanfaat bagi para guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran sehingga dapat menghasilkan siswa yang aktif kreatif dan inovatif dalam pembelajaran IPA. Keinginan penulis dalam mencoba memperbaiki pembelajaran IPA di SD sebagai mana dijelaskan terdahulu maka pada saat ini dimulai dengan melakukan sebuah terobosan baru yang dituangkan dalam makalah yang berjudul : ‘Aplikasi Model Contexstual Teaching  And Learning Dalam Pembelajaran IPA Topik Penggunaan Energi Listrik di Kelas VI Sekolah Dasar’

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
            Makalah ini disusun dari latar belakang pembelajaran Sains dikelas VI pada topik energi listrik. Berdasarkan latar belakang yang dibahas diatas secara umum perumusan masalah utama adalah bagaimanakah penggunaan contexstual teaching untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam pembelajaran Sains atau IPA dikelas VI SD ?’. Gagasan penggunaan dibatasi pada pembelajaran IPA di kelas VI dengan topik penggunaan energi listrik.
C. Tujuan Penulisan
            Adapun tujuan yang hendak dicapai dari kajian makalah ini yaitu menyampaikan salah satu bentuk perencanaan pembelajaran IPA model contextual teaching and learning (CTL) untuk meningkatkan keterampilanm siswa dengan topik energi listrik di kelas VI SD.

D. Manfaat Penulisan
            Adapun manfaat utama dari kajian makalah ini yaitu :
  1. Bagi guru kelas VI (penulis).
Memperoleh pengetahuan yang baru dan pengalaman dalam mengatasi masalah pembelajaran sehingga penulis dapat mengembangkan hal tersebut untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pada mata pelajaran lainnya.
  1. Bagi guru atau kepala sekolah.
Diharapkan kajian makalah ini dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di SD serta mensosialisasikan tentang pelaksaaan pembelajaran IPA yang sesuai dengan KTSP.










BAB II
LANDASAN TEORI

A.     Konsep Dasar Pembelajaran
1.       Mengajar
a. Mengajar Sebagai Proses Menyampaiakan Materi Pelajaran
Kata teach atau mengajar berasal dari bahasa Inggris kuno yaitu teacan. Kata ini berasal dari bahasa Jerman kuno yaitu taikjan. Kata tersebut juga ditemukan dalam bahasa sansakerta. Dilihat dari asal katanya berarti memperlihatkan sesuatu kepada seseorang melalui tanda atau symbol; penggunaan symbol atau tanda ini dimaksudkan untuk membangkitkan atau menumbuhkan respons mengenai kejadian, seseorang, observasi, penemuan dan lain sebagainya.
Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai suatu proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses penyampaian itu sering juga dianggap sebagai proses mentransper ilmu. Dalam konteks ini, mentransper ilmu tidak diartikan dengan memindahkan  atau dianalogkan dengan memindahkan uang karena jika dianalogkan dengan memindahkan uang dari seseorang ke orang lain, pasti jumlah uang yang dimiliki seseorang itu akan berkurang bahkan habis. Menurut Dr. Wina Sanjaya (2007:94) menyatakan  bahwa “ Kata mentransper dalam konteks ini diartikan sebagai proses menyebar luaskan”
Sebagai proses menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahuan, maka mengajar mempunyai beberapa karakteristik :
  • Preses pengajaran berorientasi pada guru ( techer centered).
  • Siswa sebagai objek.
  • Kegiatan pengjaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu.
  • Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran.
b. Mengajar sebagai Proses Mengatur Lingkungan
Pandangan ini mengajar adalah proses mengubah perilaku . dalam konteks ini mengajar tidak ditentukan oleh lamanya serta banyaknya materi yang disampaikan, tetapi dari dampak proses pembelajaran itu sendiri. Biasa saja terjadi guru hanya beberapa menit saja dimuka kelas, namun dari waktu yang sangat singkat itu membuat siswa sibuk melakukan proses belajar, itu sudah dikatakan mengajar.
Terdapat beberapa karakteristik dari konsep mengajar sebagai proses mengatur lingkungan itu diantaranya :
  • Mengajar berpusat pada siswa ( student Centered ).
  • Siswa sebagai subjek.
  • Proses pembelajaran berlangsung dimana saja.
  • Pembelajaaran berorientasi pada pencapaian tujuan.
Dari konsep tentang mengajar ini sangat berkaitan erat dengan pembelajaran IPA, karena dalam mata pelajaran IPA banyak dipelajari tentang lingkungan alam yang berada disekitar lingkungan anak didik
2.       Belajar
Belajar dianggap sebagai proses perubahan prilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan Menurut Hilgard yang menyatakaan bahwa :
 “ learning is the process by wich an activity originates or changed through training prosedurs (wether in the laboratory or in the naural en vironment) as distinguished from change by factores not attributable to training.’(Dr. Winasanjaya, 2007:110).

Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi didalam diri seseorang sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktifitas mental ini terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.
Proses belajar pada hahikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan. Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya perubaha perilaku yang tampak.
            Banyak teori yang membahas tentang perubahan perilaku diantaranya :
1. Teori belajar menurut aliran behavioristik
Menurut aliran behavioristik pada hakikatnya belajar adalah pembentukan asosiasi anatar pesan yang ditangkap panca indera dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon. Oleh karena teori ini dinamakan teori stimulus respon. Jadi belajar adalah upaya membentuk stimulus dan respon sebanyak-banyaknya.
2. Teori belajar kognitif
             Menurut aliran kognitifisme belajar pada hakikatnya adalah bahwa belajar berpusat pada tingkah laku manusia yang hanya dapat diamati sebagai akibat dari eksitensi internal yang pada hakikatnya bersipat pribadi.


3. Strategi Pembelajaran
            Strategi pembelajaran adalah suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya / kekuatan .’(Dr. Winawanjaya, 2007 :124’.
            Dari pendapat diatas kita dapat mengambil secara terperinci yang pertama penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai kepada tindakan, dua strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya arah disemua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai pasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan kepada upaya-upaya pencapaian tujuan.
            Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Menurut Dick en carey (1985) juga menyebutkan bahwa startegi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.

B. Model Pembelajaran CTL
            Contextual Teaching and Learning adalah suatu strategi pembelajran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan yang nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Dr. Wina Sanjaya, 2007 : 253).
            Dari konsep diatas ada tiga hal yang harus kita pahami,
1.       CTL menekankan pada proses keterlibatan pada siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses  belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
2.       CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan anatara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan mengkorelasikan materi yang ditemukan dalam kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
3.        CTL mendorong siswa dapat menerapkan dalam kehidupan nyata. Artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya tetapi juga materi itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Sehubungan dengan hal ini terdapat lima karakteristik penting proses pembelajaran menggunakan CTL.
1.      Dalam CTL proses pembelajaran merupakan proses pengaktipan pengetahuan yang sudah ada.
2.      Pembelajaran yang contextual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru.
3.      Pemahaman pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan hanya untuk dihapalkan tetapi untuk diyakini dan dipahami.
4.      Mempraktikan pengetahuan  dan pengalaman tersebut dalam kehidupan siswa sehingga tampak perubahan perilaku siswa
5.      Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan.
CTL banyak dipengaruhi oleh filsafat kontruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Bald Win yang selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Pandangan pilsafat kontruktivisme tentang hakikat pengetahuan mempengaruhi tentang konsep belajar. Bahwa belajar bukanlah sekedar menghafal tapi proses kontruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil pemberian orang lain seperti guru, tapi dari proses mengkontruksi yang dilakukan setiap individu. Piaget berpendapat bahwa setiap anak sejak kecil sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan skema. Skema terbentuk karena pengalaman. Pandangan Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna manakala dibangun dan ditemukan sendiri oleh siswa. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemberitahuan orang lain tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan yang demikian akan mudah dilupakan dan tidak fiungsional.
            Dari segi psikologis CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanisme seperti keterkaitan stimulus dan respon melainkan melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi dan kemampuan atau pengalaman. Ada beberapa asumsi yang mendasar tentang belajar dalam konteks CTL.
  1. Belajar bukanlah menghapal akan tetapi proses mengkontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki.
  2. Belajar bukan sekedar mengumpulkan pakta-pakta yang lepas.
  3. Belajar adalah proses pemecahan masalah sebab dengan memecahkan masalah anak akan berkembang secara utuh.
  4. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari yang sederhana menuju yang kompleks.
  5. Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan.

C. Perbedaan CTL dengan pembelajaran konvensional
1.  CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali materi sendiri sedangkan konvesional siswa ditempatkan sebagai objek.
2.  Pembelajaran CTL siswa belajar melalui kegiatan kelompok sedangkan dalam pembelajaran konvesional siswa lebih banyak belajar secara individual.
3. Dalam CTL pembelajaran dikaitkan dalam kehidupan nyata secara riil, sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak.
4. Dalam CTL kemampuan didasarkan atas pengalaman sedangkan dalam pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan.
5.  Tujuan akhir dari pembelajaran CTL adalah kepuasan diri sedangkan dalam pembelajaran konvensional adalah nilai atau angka.
6. Dalam CTL tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri sedangkan konvensional tindakan atau perilaku individu didasarkan oleh paktor dari luar dirinya.
7. Dalam CTL pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang  sesuai dengan pengalaman yang dialaminya. Sedangkan dalam pembelajaran konvensional hal ini tidak mungkin terjadi.
8.  Dalam pembelajaran CTL siswa bertanggung jawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing sedangkan dalam pembelajaran konvensional guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.
9.  Dalam pembelajaran CTL pembelajaran bisa terjadi dimana saja dalam konteks dan seting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Sedangkanm dalam pembelajaran konvensional pembelajaran hanya terjadi didalam kelas.
10. dalam pembelajaran CTL keberhasilan pembelajaran di ukur dengan berbagai cara misalnya dengan evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman, observasi dan sebagainya. Sedangkan dalam pembelajaran konvensional keberhasilan pembelajaran biasanya di ukur dengan test.

D. Peran Guru dan siswa dalam CTL
Terdapat beberapa hal bagi guru manakala mengugunakan pendekatan CTL.
  1. Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang sedang berkembang, Peran guru disini sebagai pembimbing siswa agar mereka belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
  2. Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan. Guru berperan dalam  memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk  dikaji oleh siswa.
  3. Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan anatara hal-hala yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui. Guru berperan untuk membimbing atau membantu setiap siswa agar mampu menemukan keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya.
  4. Belajar bagi anak adalah proses menyempurnakan skema yang telah ada atau proses pembentukan skema baru. Tugas guru adalah mempasilitasi atau mempermudah agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi.

E. Asas-asas CTL
CTL suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekastan CTL diantaranya :
  1. Konstruktivisme, yaitu proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif berdasarkan pengalaman.
  2. Inkuiri, yaitu proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berepikir secara sistematis.
  3. Questioning, yaitu dimana bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan seseorang dalam berpikir.
  4. Learnhing community, yaitu konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain, maksudnya dalam kelompok belajar secara pormal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara ilmiah dimana hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain.
  5. Modeling, yaitu proses pembelajarn dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
  6. Reflektion, yaitu proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilalui (siswa diberi kesempatan untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajari).
  7. Authentic Assessment, yaitu proses yang dilakukan oleh guru untuk mengumpulkan inpormasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa belajar atau tidak.

F. Pola dan Tahapan pembelajaran CTL
Untuk mencapai  kompetensi yang sama dengan menggunakan CTL guru menggunakan langkah-langkah pembelajaran seperti dibawah ini.
  1. Pendahuluan
(1). Guru menjelaskan kopetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses    pembelajaran dan pentingnya materi pembelajaran yang akan dipelajari.
(2). Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL :
- Siswa dibagi adalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa.
- Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi.
- Siswa mencatat berbagai hal yang ditemukan melalui observasi.
(3). Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.
b. Inti
(1). Dilapangan
- Siswa melakukan observasi dengan memperhatikan lampu penerangan  rumah sesuai dengan pembagian tugas kelompok.
-  Siswa mencatat hal-hal yang ditemukan.
(2). Didalam kelas
-  Siswa mendiskusikan hasil temuannya sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
-  Siswa melakukan percobaan membuat rangkain listrik sederhana.
- Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.
c. Penutup
- Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah listrik.
- Guru menugaskan siswa untuk membuat rangkaian listrik untuk rangkaian batre.




BAB III
APLIKASI CTL DALAM PEMBELAJARAN IPA

Aplikasi dalam pembelajarn CTL IPA dalam makalah ini hanya dibatasi pada pembuatan rencana pembelajaran dikelas VI SD dengan topik penggunaan energi listrik. Rencana tersebut dimulai dengan mengkaji materi pelajaran karakteristik pelajaran IPA kurikulim 2006 (KTSP) dan pedoman penilaian. Berikut adalah hasil kajian dan aplikasinya dalam RPP.
A. Wacana Tentang Energi Untuk Pembelajaran Sains SD
Ringkasan Materi
Kegunaan Energi listrik dan Penghematan Energi
            Penggunaan peralatan listrik saat ini semakin luas dan beragam. Mulai dari rumah dari rumah tangga sampai industri. Dengan adanya listrik , beberapa aktifitas manusia lebih mudah dilakukan. Didalam ruangan terdapat beberapa peralatan rumah tangga yang menggunakan listrik misalnya televise, radio, tave recorder, setrika, rice kooker, dispenser, VCD, berbagai mainan anak-anak yang menggunakan energi listirk dan lain-lain. Contoh lain benda diruangan yang menggunakan aliran listrik adalah lampu. Lampu tersebut berguna untuk menerangi rumah atau ruangan. Dengan adanya lampu, kita dapat membaca pada malam hari dan melakukan berbagai kegiatan yang lainnya.
            Peralatan listrik memberikan banyak kemudahan untuk kegiaatan segari-hari. Namun, jika kurang dalam menggunakannya, dapat mengakibatkan pemborosan, baik poemborosan waktu maupun biaya. Untuk itu hematlah penggunaan energi listrik supaya dapat bertahan sampai lama.
B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
            Berikut ini adalah contoh instrument Rencana Pembelajaran IPA dengan model Contextual Teaching and Learning.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas / Semester          : VI / II
Aspek                          : Energi dan Perubahannya
Alokasi Waktu            : 2 x 45 Menit

A. Standar Kompetensi
- Memahami pentingnya penghematan energi.

B. Kompetensi Dasar
- Membuat suaru karya / model yang menggunakan energi listrik (bel listrik/ alarm  / model lampu lalu lintas / kapal terbang / mobil-mobilan / model penerangan rumah).

C. Indikator
- Membuat suatu karya/model yang menggunakan energi listrik  (membuat lampu penerangan sederhana).

D. Tujuan Pembelajaran
- Siswa mampu membuat suatu karya / model yang menggunakan energi listrik (pembuatan lampu penerangan sederhana).

E. Materi Pokok
 Membuat alat listrik sederhana

F. Sumber dan Alat Pelajaran
- Sumber pelajaran   : Buku paket  Lebih Dekat Dengan Alam hal ;100-103
- Alat pelajaran         : Lingkungan sekitar, benda-benda didalam kelas.

G. Metode Pelajaran
- Ceramah
- Tanya jawab
- Demonstrasi
- Diskusi
- Pengamatan
- Pemberian tugas.

H. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Mengkondisikan siswa pada suasana pembelajaran yang efektif
b.Memberikan apersepsi melalui tanya jawab tentang materi pelajaran sebelumnya.
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
- Siswa mengamati contoh dan menyimak penjelasan tentang cara membuat suatu karya / model yang menggunakan energi listrik (pembuatan lampu senter sederhana).
3. Kegiatan Akhir
a. Menyimpulkan materi pelajaran yang telah disampaikan.
b. Memberikan evaluasi
c. Memeriksa hasil evaluasi
d. Menganalisis hasil evaluasi
e. Mengadakan tindak lanjut.
I.       Penilaian.
- Bentu tes             : Tulisan, perbuatan, unjuk kerja.
- Jenis tes               : Esay
- Instrumen            : Kumpulan soal.



Lampiran I
Ringkasan Materi

Kegunaan Energi listrik dan Penghematan Energi
            Penggunaan peralatan listrik saat ini semakin luas dan beragam. Mulai dari rumah dari rumah tangga sampai industri. Dengan adanya listrik , beberapa aktifitas manusia lebih mudah dilakukan. Didalam ruangan terdapat beberapa peralatan rumah tangga yang menggunakan listrik misalnya televise, radio, tave recorder, setrika, rice kooker, dispenser, VCD, berbagai mainan anak-anak yang menggunakan energi listirk dan lain-lain. Contoh lain benda diruangan yang menggunakan aliran listrik adalah lampu. Lampu tersebut berguna untuk menerangi rumah atau ruangan. Dengan adanya lampu, kita dapat membaca pada malam hari dan melakukan berbagai kegiatan yang lainnya.
            Peralatan listrik memberikan banyak kemudahan untuk kegiaatan segari-hari. Namun , jika kurang dalam menggunakannya, dapat mengakibatkan pemborosan, baik poemborosan waktu maupun biaya. Untuk itu hematlah penggunaan energi listrik supaya dapat bertahan sampai lama.

Cara membuat model lampu sederhana penerangan rumah.
* Alat dan bahan :
 - Papan / kayu
-    satu buah tempat / dudukan lampu kecil (bohlam).
-    Bohlam kecil
-    Baterai
-    Kabel
-    Paku / paku payung
-    Saklar
-    Gunting
-    Solatif
* Cara Kerja :
- Sediakan alat-alat dan bahan.
      - Pasangkan dudukan lampu kecil pada kayu / papan dengan dipaku.
-    Kemudian masukan bohlam pada dudukan lampu
-    Sambungkan lampu, baterai dan paku payung menggunakan kabel.
-    Sentuhkanlah penjepit kertas / kawat sebagai saklar (stop kontak).

Lampiran II
Soal.
Kerjakanlah soal berikut ini dengan baik dan benar !
1.       Apa fungsi energi listrik dalam kehidupan sehari-hari ?
2.       Sebutkan peralatan rumah tangga yang menggunakan energi listrik ?
3.       Perlukan kita untuk menghemat energi listrik ? Mengapa demikian !
4.       Tuliskan alat-alat yang digunakan untuk merangakai lampu sebagai penerangan rumah !
5.  Bagaimana cara membuat model penerangan lampu sederhana sebagai  penerangan di rumah !
Jawaban.
1        Sebagai penerangan, menghidupkan alat-alat / mesin elektronik, kebutuhan peralatan rumah tangga yang menggunakan energi lisstrik dan lain-lain
  1. Kompor listrik, kulkas, mesin cuci, setrika listrik, Magic jar / rise cooker dan lain-lain.
  2. Perlu. Karena  energi yang digunakan lebih sedikit dan tahan lama. Kemudian dalam pemakaiannya supaya tidak terbentur oleh biaya sehingga dapat meringankan biaya untuk pembayaran listrik.
  3.  - Papan / kayu
-    satu buah tempat / dudukan lampu kecil (bohlam).
-    Bohlam kecil
-    Baterai
-    Kabel
-    Paku / paku payung
-    Saklar
-    Gunting
-    Solatif
  1. - Sediakan alat-alat dan bahan.
      - Pasangkan dudukan lampu kecil pada kayu / papan dengan dipaku.
-    Kemudian masukan bohlam pada dudukan lampu
-    Sambungkan lampu, baterai dan paku payung menggunakan kabel.
-    Sentuhkanlah penjepit kertas / kawat sebagai saklar (stop kontak)
Bobot setiap soal : 2
      2 x 5 = 10


















Lampiran III
LEMBAR KERJA SISWA

A. Petunjuk
1. Bergabunglah kamu dengan kelompok belajar yang telah ditentukan
2. Perhatikan penjelasan guru.
3. Ambil alat dan bahan yang akan digunakan untuk percobaan
4.  Lakukan percobaan sesuai dengan petunjuk
5. Kegiatan dilakukan dengan hati-hati dan tertib.
B. Cara membuat model lampu sederhana penerangan rumah.
* Alat dan bahan :
 - Papan / kayu
-    satu buah tempat / dudukan lampu kecil (bohlam).
-    Bohlam kecil
-    Baterai
-    Kabel
-    Paku / paku payung
-    Saklar
-    Gunting
-    Solatif




C. Cara kerja :
-   Sediakan alat-alat dan bahan.
-    Pasangkan dudukan lampu kecil pada kayu / papan dengan dipaku.
-         Kemudian masukan bohlam pada dudukan lampu
-         Sambungkan lampu, baterai dan paku payung menggunakan kabel.
-         Sentuhkanlah penjepit kertas / kawat sebagai saklar (stop kontak).
1.   a  Setelah batre dihubungkan dengan satu buah lampu maka lampu itu  ….
Gambar 1                                            

                                                                    
 
b Hubungan batre dengan lampu dapat digambarkan berikut ini (buat garis yang menghubungkan batre dan saklar sesuai dengan hasil pengamatan). 
Flowchart: Magnetic Disk: ABC
 





  1. Setelah tuas saklar diangkat maka …            
                                Lampu menyala                                     
                                Lampu padam 
  1. Jika lampu dilonggarkan maka lampu … 
                                Menyala    
                                 Padam
  1. Jika lampu dikencangkan  maka …
                                Menyala    
                                 Padam
  1. Setelah batre dan lampu dirangkai seperti gambar 1 diatas maka lampu akan  …
                                Menyala    
                                 Padam

Kunci Lembar Pengamatan
1.a. Menyala

 
   b. 
 





2. Padam
3. Padam
4. Menyala
5. Menyala










Keterangan : lampiran terpisah untuk lembar analisis
























0 komentar:

Post a Comment

Blogroll

×

About