Sunday, July 3, 2016

Sistem Pendidikan Di Jepang

Posted by Sampai Mati Harus Belajar On July 03, 2016 | No comments
BAB I
PENDAHULUAN
1.1      Latar Belakang
Bangsa yang besar adalah bangsa yang berkomitmen membangun sektor pendidikannya. Menurut pendapat Paulo Freire, seorang pakar filsafat, ”Pendidikan sesungguhnya adalah alat untuk mencerdaskan manusia.” Sejarah pun telah membuktikan bahwa negara seperti Jepang, Amerika Serikat, Yunani dan negara-negara maju lainnya membangun bangsa dengan tahapan perdananya yang berorientasi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta menghargai perkembangan ilmu pengetahuan. Bagaimana dengan kemajuan sektor pendidikan di Indonesia?

Bagi negara Jepang pendidikan merupakan alat yang berperan sangat penting guna meningkatkan sumber daya manusia. Di mana kualitas pendidikan harus terus ditingkatkan karena mampu menentukan kualitas sumber daya manusia pada suatu negara itu sendiri. Pendidikan diharapkan mampu mengembangkan kemampuan dan watak setiap individu di tengah peradaban bangsa. Jepang dianggap unggul dalam memajukan pendidikan yang ada di negaranya di mana Jepang terpilih sebagai negara dengan kualitas dan sistem pendidikan terbaik se-Asia dan tercatat sejak tahun 1970. Negara Matahari Terbit ini mampu mengemban setiap tujuan-tujuan pendidikan yang telah dicanangkannya hanya dalam kurun waktu 25 tahun.
Berbagai keunggulan pendidikan di Negara Jepang seperti pada jurusan: kedokteran, teknologi, sastra, dan seni serta masih banyak lagi merupakan keberhasilan sistem pendidikan Jepang yang secara gemilang telah mampu menjawab berbagai permasalahan mengenai sumber daya manusia yang di butuhkan di berbagai bidang lapangan pekerjaan.
Bahkan Negara Jepang mampu meminimalisir tingkat pengangguran yang faktanya di setiap negara selalu meningkat jumlahnya. Kreativitas para lulusan-lulusan pendidikan Jepang diakui secara internasional sebagai contoh: keberhasilan di bidang otomotif yaitu Honda dan Suzuki yang selalu mampu menginovasi produk-produknya dalam kurun waktu yang singkat. Selain menghasilkan tenaga kerja buruh negara ini juga mampu menghasilkan tenaga-tenaga ahli yang mampu mengembangkan riset-riset terbaru secara terus menerus.
Atas kemajuan yang begitu pesat dialami oleh Jepang dalam sektor industri, khususnya industri otomotif dan elektronik, membuat Jepang menjadi salah satu negara di Asia dengan sistem pendidikan terbaik sampai saat ini.
Kedaan ini berbanding terbalik dengan Indonesia, UNESCO dalam Education Development Index menyatakan bahwa tingkat perkembangan pendidikan Indonesia terletak pada peringkat 102 dunia, sementara itu bebas buta aksara masyarakat indonesia berada pada peringkat 95 sebesar 87,9%. Kondisi ini merupakan kondisi yang cukup memprihatinkan karena hal ini menunjukkan bahwa sistem pendidikan di indonesia belum berjalan secara optimal.
Dari rangkuman di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa negara Jepang mampu menjadi negara yang unggul di berbagai bidang seperti: politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi, dll. Karena memiliki Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan hal tersebut dapat terwujud apabila adanya kesadaran antara pemerintah dan warga masyarakat untuk memprioritaskan pendidikan guna mempersiapkan diri dalam tantangan lapangan pekerjaan, masa depan, serta kamajuan zaman yang kian menuntut keahlian setiap individunya. Budaya disiplin dan kerja keras orang Jepang turut berperan serta dalam pencapaian kesuksesan negara tersebut. Nilai-nilai positif dari negara Jepang patut kita terapkan dalam menyongsong kesuksesan dan kemajuan pada negara yang sedang berkembang seperti negara kita.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai sistem pendidikan yang diterapkan di negara Jepang guna sebagai penambah informasi dan wawasan sehingga kita dapat membandingkan sistem pendidikan di negara kita dengan sistem pendidikan yang ada di negara tersebut.




1.2      Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sistem pendidikan yang diterapkan di negara Jepang?
2.      Bagaimana jenjang pendidikan formal, tujuan pendidikan, serta kurikulum yang ada di negara Jepang?
3.      Apa yang melatarbelakangi negara tersebut sehingga mampu menghasilakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas?
4.      Bagaimana Perbandingan sistem pendidikan Negara Jepang dengan Indonesia?

1.3      Tujuan
Tujuan dari pembuatan Makalah ini adalah:
1.      Memahami sistem pendidikan yang diterapkan di negara Jepang.
2.      Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang pendidikan formal, tujuan pendidikan, serta kurikulum yang diterapkan di negara Jepang.
3.      Sebagai bahan perbandingan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan dan Sumber Daya Manusia di negara kita.
4.      Agar pembaca dapat memetik nilai-nilai postif masyarakat Jepang seperti: budaya kerja keras, disiplin waktu, dll. Dari negara tersebut untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
5.      Mengetahui perbandingan sistem pendidikan Negara Jepang dengan Indonesia

1.4      Manfaat
Beberapa manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Para pendidik dapat menyadari bahwa pendidikan adalah suatu proses yang harus dipertanggungjawabkan hasilnya demi kemajuan bangsa dan negara.
2.      Sebagai sarana dalam meningkatkan kesadaran guru untuk lebih memperhatikan kompetensi pribadi dan peserta didiknya.
3.      Sebagai bahan bacaan bagi masyarakat bahwa peran serta masyarakat adalah salah satu unsur yang mendukung keberhasilan suatu pendidikan.
4.      Sebagai masukan bagi pemerintah bahwa pengaturan sistem pendidikan yang tertata dengan baik merupakan jalan untuk menuju pendidikan yang lebih baik.



























BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Geografi Negara Jepang
Jepang adalah negara kepulauan di Asia Timur. Kepulauan Jepang terdiri dari pulau-pulau stratovolcano, empat pulau utama dari utara ke selatan adalah Hokkaido, Honshu, Shikoku, dan Kyushu. Jepang berada 36° sebelah utara khatulistiwa dan 138° sebelah timur meridian utama. Jepang berada di utara timur laut Cina dan Taiwan (dipisahkan oleh Laut Cina Timur), sebelah timur Korea (dipisahkan oleh Laut Jepang), dan sebelah selatan Rusia Timur Jauh.
Jepang memiliki lebih dari 6.800 pulau. Kebanyakan pulau tersebut sangat kecil, hanya 3.40 pulau yang luasnya 1 km², termasuk Okinawa serta pulau-pulau kecil yang berpenghuni atau tidak berpenghuni. Empat pulau besar mencakup 96% dari negara ini, yakni Hokkaido, Honshu, Shikoku, dan Kyushu. Pada tahun 2006, total luas wilayah Jepang adalah 377.923,1 km², di antaranya 374.834 km² adalah daratan dan 3.091 km² perairan. Sekitar 73% wilayah Jepang adalah daerah pegunungan. Total luas wilayah Jepang kira-kira 85% luas Pulau Sumatra, namun lebih besar dari luas wilayah Jerman, Malaysia, Selandia Baru, dan Britania Raya.
Pegunungan merupakan salah satu ciri alam yang paling indah dimiliki Jepang. Gunung Alpen di Pulau Honshu sangat termashur, tetapi gunung di Jepang yang paling dikenal orang tentunya adalah Gunung Fuji yang tingginya 3.776 meter, yang merupakan gunung tertinggi di Jepang. Sepersepuluh gunung api yang ada di dunia terdapat di Jepang. Lingkungan alamya sangat molek, tetapi bukan tanpa kesulitan tertentu, dan orang Jepang harus belajar hidup bersamanya. Misalnya, Kota Kobe dan beberapa kawasan di sekelilingnya sering dilanda gempa bumi besar. Gempa pada bulan Januari tahun 1995 menelan korban 6.279 jiwa. Setelah gempa, kalangan umum dan swasta bekerja sama untuk membangun kembali kawasan tersebut sebagai kawasan vital dan dinamis dari perekonomian Jepang.

2.2  Penduduk Negara Jepang
            Meskipun merupakan sebuah negara kecil bila diukur dari luas daratannya, dengan 125,6 juta orang penduduk (sensus 1995), Jepang penduduk terbanya ke-8 di dunia; dengan demikian, menjadi salah satu Negara yang berpenduduk paling padat di dunia. Rata-rata terdapat lebih dari 332 orang untuk setiap satu kilometer persegi. Karena kebanyakan daratan Jepang tidak cukup datar untuk rumah dan jalan, di beberapa kawasan tingkat kepadatannya sebenarnya bahkan lebih tinggi.  Sebagian besar orang Jepang tinggal di pantai timuryang telah berkembang ramai, atau di kawasan sebelah selatan. Kawasan-kawasan metropolitan seperti Tokyo, Osaka, dan Nagoya, kini merupakan tempat tinggal bagi hampir 45% penduduk Jepang.

2.3 Kegiatan Ekonomi Negara Jepang
Sektor-sektor yang mendukung perekonomian negara Jepang antara lain sebagai berikut:
1)      Pertanian
Luas tanah di Jepang terbatas sehingga kegiatan pertaniannya dilakukan secara intensif dan mekanis. Hasil pertaniannya antara lain padi, gandum, teh, sutra, buah-buahan, sayuran, dan tembakau. Dengan kemajuan teknologi yang ada dan keterbatasan lahan dikembangkanlah teknik bercocok tanam dengan media hidup tanpa menggunakan tanah yang disebut hidroponik. Media hidupnya seperti busa, arang, atau serabut kelapa.
2)     Perikanan
Penduduk Jepang termasuk yang paling gemar mengkonsumsi ikan. Industri perikanannya sangat maju karena didukung oleh kondisi alam yang ada.
Faktor-faktor pendukungnya antara lain mempunyai perairan laut yang kaya ikan, merupakan tempat bertemunya arus panas kurosyiwo dan arus dingin oyasyiwo, menggunakan teknologi modern untuk penangkapan ikan, serta memiliki banyak pelabuhan alam untuk dermaga perikanan (teluk). Hasil ikannya sarden, salmon, tuna, paus, haring.
3)     Perindustrian
Mata pencaharian penduduk Jepang sebelum masuk era industrialisasi adalah petani dan nelayan. Sejarah industrialisasi Jepang dimulai sejak tahun 1880-an dengan didirikannya pabrik tekstil dan benang. Namun perkembangan industri sangat pesat terjadi sejak tahun 1920, dengan makin berkembangnya perusahaan raksasa seperti Mitsubishi, Mitsui, dan Sumitomo. Jepang memiliki kota-kota penting pusat perekonomian dan pemerintahan yaitu Tokyo, Ginza, Osaka, Kyoto, Nagoya, dan Yatawa. Hingga saat ini, perekonomian Jepang bertumpu pada perdagangan dan industri yang menghasilkan motor, mobil, kapal laut, alat-alat elektronika, dan kereta api tercepat di dunia.

2.4 Sejarah Perjalanan Pendidikan Di Jepang
Pada tahun 1639, Keshogunan Tokugawa mulai menjalankan kebijakan sakoku (negara tertutup) yang berlangsung selama dua setengah abad yang disebut periode Edo. Walaupun menjalani periode isolasi, orang Jepang terus mempelajari ilmu-ilmu dari Dunia Barat. Di Jepang, ilmu dari buku-buku Barat disebut rangaku (ilmu belanda) karena berasal dari kontak orang Jepang dengan enklave orang Belanda di Dejima, Nagasaki. Pada periode Edo, orang Jepang juga memulai studi tentang Jepang, dan menamakan "studi nasional" tentang Jepang sebagai kokugaku.
Pada 31 Maret 1854, kedatangan Komodor Matthew Perry dan "Kapal Hitam" Angkatan Laut Amerika Serikat memaksa Jepang untuk membuka diri terhadap Dunia Barat melalui Persetujuan Kanagawa. Persetujuan-persetujuan selanjutnya dengan negara-negara Barat pada masa Bakumatsu membawa Jepang ke dalam krisis ekonomi dan politik. Kalangan samurai menganggap Keshogunan Tokugawa sudah melemah, dan mengadakan pemberontakan hingga pecah Perang Boshin tahun 1867-1868.
Setelah Keshogunan Tokugawa ditumbangkan, kekcuasaan dikembalikan ke tangan kaisar (Restorasi Meiji) dan sistem domain dihapus. Semasa Restorasi Meiji, Jepang mengadopsi sistem politik, hukum, dan militer dari Dunia Barat. Kabinet Jepang mengatur Dewan Penasihat Kaisar, menyusun Konstitusi Meiji, dan membentuk Parlemen Kekaisaran. Restorasi Meiji mengubah Kekaisaran Jepang menjadi negara industri modern dan sekaligus kekuatan militer dunia yang menimbulkan konflik militer ketika berusaha memperluas pengaruh teritorial di Asia. Setelah mengalahkan Cina dalam Perang Sino-Jepang dan Rusia dalam Perang Rusia-Jepang, Jepang menguasai Taiwan, separuh dari Sakhalin, dan Korea. Dan setelah Hiroshima dan Nagasaki dihancurleburkan oleh bom atom sekutu Amerika Serikat pada tahun 1945, Jepang langsung bangkit berbenah dengan memprioritaskan sektor pendidikan. Dalam kurun waktu 20 tahun, Jepang kembali menjadi negara yang disegani dalam percaturan global.

2.5 Landasan Filosofis Pendidikan
Suatu sistem pendidikan akan berjalan dengan baik apabila adanya dukungan dari tiga elemen penting yaitu : keluarga, sekolah, dan pemerintah. Di mana keluarga menjadi sarana pemeberi dukungan terhadap anak baik secara mental, psikiologis maupun materiil. Sekolah berperan sebagai rumah kedua bagi anak dalam memproleh ilmu-ilmu pengetahuan yang akan diterapkan untuk masa depan generasi penerus bangsa. Sementara pemerintah menjadi pemberi kebijakan dan pengontrol terhadap jalannya sistem pendidikan disuatu negara, artinya seluruh elemen-elemen penting tersebut memang saling berkaitan perenannya.
Dalam penyusunan kurikulum suatu sistem pendidikan juga dibutuhkan tiga landasan filosofis yang menjadi nilai ideal dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kerja. Kurikulum merupakan cerminan dari filsafat. Sementara itu perlu kita ketahui bahwa  penyusunan kurikulum pendidikan didasarkan pada tiga aspek penting yaitu :
1.  Ontologi : Landasan ini menguak objek apa yang ditelaah, bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut, bagaimana hubungan objek yang sedang diteliti dengan  daya tangkap atau kemampuan manusia (berfikir, merasa, mengindra, dll.) Artinya landasan ini berkaitan dengan hakikat realita yang ada pada kenyataan.
2.   Epistimologis : Landasan ini berusaha menjawab terhadap setiap proses yang memungkinkan timbulnya pengetahuan berupa ilmu pengetahuan, bagaimana prosedurnya, hal apa sajakah yang harus diperhatikan agar kita memperoleh ilmu pengetahuan yang benar, apa yang disebut dengan kebenaran itu sendiri, bagaimana kriterianya, cara/teknik/sarana apa yang harus diterapkan guna memperoleh ilmu pengetahuan yang benar. Artinya landasan epistemologis berusaha membahas hakikat pengetahuan.
3.   Aksiologi : Landasan ini menjawab untuk apa ilmu pengetahuan tersebut dipergunakan, bagaimana cara-cara penggunaan ilmu pengetahuan tersebut berkaitan dengan kaidah moral, bagaimana menentukan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral, bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/professional. Artinya landasan aksiologi menitikberatkan pada permasalahan nilai-nilai yang berlaku.
Ketiga landasan filosofi tersebut merupakan tolak ukur dalam sistem pendidikan dan diterapkan dalam sistem pembuatan kurikulum.

 2.6 Sistem Pendidikan Jepang
a. Penyusunan Kurikulum di Jepang
Seperti di Indonesia, kurikulum pendidikan Jepang disusun oleh sebuah komite khusus dibawah kontrol Kementerian Pendidikan (MEXT). Komisi Kurikulum terdiri dari wakil dari Teacher Union, praktisi (pakar pendidikan), wakil dari kalangan industri, dan wakil MEXT. Komisi ini bertugas mempelajari tujuan pendidikan Jepang yang terdapat dalam Fundamental Education Law (Kyouiku kihonhou), lalu menyesuaikannya dengan perkembangan yang terjadi baik di dalam maupun luar negeri. Dalam menyusun draf kurikulum seringkali terjadi perdebatan panjang antara wakil-wakil persatuan guru dan wakil kementrian karena kepentingan politik.
Kurikulum di level sekolah disusun dengan kontrol penuh dari The Board of Education di Tingkat Prefectur dan municipal (distrik). Karena kedua lembaga ini masih terkait erat dengan MEXT, maka pengembangan kurikulum Jepang masih sangat kental sifat sentralistiknya. Namun rekomendasi yang dikeluarkan oleh Central Council for Education (chuuou shingi kyouiku kai) pada tahun 1997 memungkinkan sekolah berperan lebih banyak dalam pengembangan kurikulum di masa mendatang.
Pembaharuan kurikulum di Jepang mengikuti pola 10 tahunan. Hal-hal baru dimasukkan dalam setiap perubahan kurikulum yang terjadi. Pertimbangan dilakukan perubahan kurikulum adalah adanya perubahan sosial dan ekonomi masyarakat Jepang khususnya dan dunia pada umumnya. Berikut ini adalah perubahan kurikulum yang pernah dilakukan Jepang.
a.       Pada tahun 1955, kurikulum pendidikan setelah PDII disusun, kurikulum ini merupakan kurikulum yang paling padat dan memuat pengetahuan yang paling banyak dibandingkan dengan kurikulum-kurikulum berikutnya.
b.      Pada tahun 1967, kurikulum pendidikan Jepang menerima metode Investigative Learning, yang memuat materi pengajaran sedikit, hanya bagian-bagian yang sesuai dan memungkinkan dilakukannya kegiatan investigative yang termuat di dalam kurikulum ini.
c.       Tahun 1977 kurikulum diubah lagi. Kali ini menganut system pendidikan yang tidak membebani siswa. Dengan pengaruh ini semua siswa dites, berdasarkan hasil tes ini bagian dari kurikulum yang dianggap sulit dibuang, dengan demikian isi kurikulum berkurang lagi.
d.      Tahun 1988 terjadi perubahan pandangan pada kalangan pendidikan di Jepang. Pada saat ini kegiatan hands-on dianggap penting. Maka dalam kurikulum hanya topik-topik yang bisa dihands-on kan saja yang dimuat, bagian yang tidak memungkinkan kegiatan hands-on tidak dimuat di dalam kurikulum.
e.       Kurikulum yang dipakai sekarang ini merupakan kurikulum yang disusun pada tahun 1998. Dibandingkan dengan kurikulum lainnya, kurikulum ini merupakan yang paling sedikit dan paling ringan muatannya. Kurikulum ini mendapat kritikan dari kalangan pengusaha seperti Toyota dan Sharp. Mereka menganggap kurikulum yang ada tidak memberikan kesempatan belajar yang cukup bagi anak-anak berbakat. Anak-anak yang cemerlang dianggap tidak mendapat tantangan yang cukup dari kurikulum yang sekarang ini.
Penerapan kurikulum 1998 membuat pemerintah harus berusaha keras untuk mengubah pola pikir guru-guru Jepang. Guru-guru di Jepang sejak jaman perang percaya bahwa pendidikan bersifat massal dan sama. Pendidikan yang menjurus kepada kekhasan tertentu atau menerapkan pola atau metode yang lain daripada yang lain dianggap salah. Guru-guru Jepang senantiasa percaya bahwa semua siswa harus memiliki prestasi yang sama, kedisiplinan yang sama dengan sistem pendidikan yang sama pula. Adanya kurikulum 1998 memberikan pengertian bahwa setiap anak punya potensi yang berbeda dengan lainnya dan inilah yang harus dibina. Kurikulum yang baru bersifat fleksibel dan memungkinkan sekolah untuk meramu kurikulum sendiri berdasarkan kondisi daerah, sekolah dan siswa yang mendaftar.
Sebagai pengganti kurikulum 1998, pada tahun 2001 Kementrian Pendidikan Jepang mengeluarkan rencana reformasi pendidikan di Jepang yang disebut sebagai `Rainbow Plan`. Isi Rainbow plan meliputi:
a.       Mengembangkan kemampuan dasar siswa dalam model pembelajaran yang menyenangkan. Ada 3 pokok arahan yaitu, pengembangan kelas kecil terdiri dari 20 anak per kelas, pemanfaatan Tekhnologi Informasi dalam proses belajar mengajar dan pelaksanaan evaluasi belajar secara nasional
b.      Mendorong pengembangan kepribadian siswa menjadi pribadi yang hangat dan terbuka melalui keaktifan siswa dalam kegiatan kemasyarakatan, juga perbaikan mutu pembelajaran moral di sekolah.
c.       Mengembangkan lingkungan belajar yang menyenangkan dan jauh dari tekanan, diantaranya dengan kegiatan ekstra kurikuler olah raga, seni, dan sosial lainnya.
d.      Menjadikan sekolah sebagai lembaga yang dapat dipercaya oleh orang tua dan masyarakat. Tujuan ini dicapai dengan menerapkan sistem evaluasi sekolah secara mandiri, dan evaluasi sekolah oleh pihak luar, pembentukan school councillor, komite sekolah yang beranggotakan orang tua, dan pengembangan sekolah berdasarkan keadaan dan permintaan masyarakat setempat.
e.       Melatih guru untuk menjadi tenaga professional, salah satunya dengan pemberlakuan evaluasi guru, pemberian penghargaan dan bonus kepada guru yang berprestasi, juga pembentukan suasana kerja yang kondusif untuk meningkatkan etos kerja guru, dan pelatihan bagi guru yang kurang cakap di bidangnya.
f.       Pengembangan universitas bertaraf internasional
g.      Pembentukan filosofi pendidikan yang sesuai untuk menyongsong abad baru melalui reformasi konstitusi pendidikan (kyouiku kihon hou).
Hingga tahun 2007 ketujuh poin telah dilaksanakan secara simultan, walaupun di beberapa bagian masih ada yang diperdebatkan. Protes berasal dari kalangan guru, masyarakat dan pemerhati pendidikan. Salah satu bagian yang masih menjadi perdebatan adalah pendidikan moral berkaitan dengan nasionalisme, perlu tidaknya menceritakan sejarah perang kepada anak didik, perlu tidaknya menyanyikan lagu Kimigayo atau mengibarkan bendera hinomaru. Keunggulan Rainbow Plan ada pada point ke-4. Dengan point ini sekolah berupaya membuka diri kepada masyarakat dan orang tua. Program yang dapat dijalankan misalnya dengan program jugyou sanka (orang tua yang menghadiri kelas anak-anaknya), sougou teki jikan (integrated course) yang melibatkan masyarakat setempat, dan forum sekolah. Poin ke-5 sampai saat ini masih dibicarakan. Hal yang menjadi perdebatan adalah adanya `kyouin hyouka` yaitu sistem evaluasi guru yang dibebankan kepada The Board of Education dan sertifikasi mengajar melalui training atau pendidikan guru.
b. Struktur dan Jenis Pendidikan Negara Jepang
Secara umum tidak ada perbedaan antara struktur pendidikan di Jepang dengan di Indonesia yang terdiri atas taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi dan pendidikan non formal.
a.   Taman Kanak-Kanak
Sekitar 63% anak-anak dijepang memulai pendidikan dengan Taman Kanak-kanak. Usia masuk taman kanak-kanan adalah 3-5 tahun. Pendidikan Taman kanak-kanak berada di bawah naungan kementrian pendidikan Jepang (MEXT). Kurikulum TK ditetapkan oleh masing-masing sekolah dengan cara musyawarah antar sekolah dan mempertimbangkan petunjuk pemerintah. Setiap taman kanak-kanak harus mengembangkan kurikulum yang cocok untuk tahap perkembangan anak-anak dan masyarakat setempat. Setiap kurikulum yang disusun harus mengikuti persyaratan hukum yang berlaku.
b.   Pendidikan Dasar
Jepang menerapkan wajib belajar sembilan tahun. Rentang usia pendidikan dasar 6 sampai 15 tahun. Seperti halnya di Indonesia wajib belajar di Jepang terdiri dari SD dan SMP. Lain dengan Indonesia wajib belajar sembilan tahun benar-benar ditekankan oleh pemerintah kepada semua penduduk yang tinggal di Jepang baik warga negara Jepang maupun warga negara asing. Setiap orang tua yang mempunyai anak berusia 6-15 tahun harus menyekolahkan anaknya. Apabila terdapat orang tua yang tidak menyekolahkan anaknya maka sanksi hukum dapat dikenakan kepada orang tua tersebut. Sekolah Dasar di Jepang 97% adalah sekolah negeri. Biaya pendidikan sebagian besar ditanggung pemerintah seperti biaya masuk, biaya pengajaran dan buku sekolah dengan fasilitas sekolah yang lengkap. Orang tua hanya menyediakan fasilitas lainnya seperti perlengkapan sekolah, makan siang dan biaya piknik.
Usia awal masuk sekolah dasar adalah 6 tahun, dengan lama pendidikan di sekolah dasar 6 tahun. Kelas di Jepang akan ditentukan berdasarkan usia anak per bulan April. Kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 07.15 sampai dengan 15.00 dan tidak boleh diantar maupun dijemput oleh orang tua. Tidak seperti di Indonesia, anak-anak tidak memakai seragam ke sekolah. Pakaian anak-anak Jepang ke Sekolah Dasar adalah bebas.
Tujuan pendidikan dasar di Jepang adalah menyempurnakan karakter, karena itu pendidikan Jepang menekankan pada etika, seni, olahraga, dan pengetahuan umum. Pelajaran umum yang diberikan juga tidak mengacu kepada kurikulum, namun disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan anak. Pengetahuan umum di sekolah Jepang antara lain pelajaran menanam padi, koperasi atau pelajaran koordinasi, dan seni. Pendidikan di sekolah dasar (SD) lebih menitikberatkan pada pengembangan mental. Karena itu, pelajaran yang diberikan adalah ketrampilan, sosial (bersosialisasi dengan teman), rumah tangga, bahasa nasional, pelajaran berhitung, pengetahuan alam (mengenal alam dan lingkungan), seni, olahraga, dan lompat tali.
Guru Sekolah Dasar di Jepang memiliki tingkat pendidikan sarjana dan memiliki sertifikat mengajar kelas satu. Setelah mendapatkan sertifikat mengajar, hambatan bagi seorang guru di sekolah umum adalah lulus ujian yang ditetapkan oleh prefektur agar menjadi seorang guru. Setelah lulus dari ujian ini maka guru dapat bekerja di semua sekolah di prefektur. Namun, lisensi ini hanya berlaku untuk satu tahun dan selanjutnya harus mengikuti ujian lagi
c.   Pendidikan Menengah Pertama
Pendidikan menengah di Jepang terdiri dari dua level yaitu SMP dan SMA. SMP merupakan wajib belajar. Seperti halnya di SD, SMP-SMP jepang 97% merupakan sekolah negeri dan hanya 3% saja yang dikelola oleh swasta. Sekolah-sekolah yang dikelola oleh swasta biasanya memiliki ciri khas seperti keagamaan.
Sejalan dengan pendidikan di Sekolah Dasar pendidikan di SMP bertujuan menitikberatkan pada pendidikan mental dengan tingkatan yang lebih tinggi. Pada level ini siswa diberikan pembelajaran vokasional dan bahasa. Mata Pelajaran terdiri atas mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan. Mata pelajaran pilihan bersifat ”efektif” dan yang paling banyak digunakan adalah bahasa Inggris. Beberapa mata pelajaran yang diberikan di Sekolah Menengah Pertama adalah bahasa nasional, sosial, etika, bahasa Inggris, pengetahuan alam, olahraga, menulis, lompat tali, seni, koperasi, renang, dan lari jarak jauh.
Pemerintah jepang sangat peduli dengan wajib belajar sembilan tahun. Usaha pemerintah jepang agar seluruh anak di jepang dapat bersekolah sampai SMP tidak memandang apakah anak tersebut warga negara jepang maupun warga negara asing yang sedang berada di Jepang. Secara otomatis kantor kelurahan akan memanggil orang tua yang memiliki anak dalam usia wajib belajar. Berikut ini adalah proses yang harus dilakukan oleh warga asing jika mempunyai anak dalam usia wajib belajar
1) Menentukan alamat tempat tinggal
2) Mendaftarkan kependudukan warga negara asing
3) Menerima kartu kependudukan warga negara asing
4) Mendaftarkan untuk masuk sekolah pada kantor kelurahan setempat
5) Menerima surat ijin masuk sekolah dari departemen pendidikan kelurahan
    setempat.
d.   Pendidikan Menengah Atas
Tamatan SMP dapat melanjutkan ke SMA dengan mengikuti seleksi yang diadakan oleh masing-masing sekolah. Hampir 90% tamatan Sekolah Menengah Pertama di Jepang melanjutkan ke SMA. Ada tiga jenis SMA di Jepang yaitu sekolah negeri yang diatur oleh pemerintah pusat, sekolah negeri yang diatur pemerintah propinsi dan sekolah swasta yang diatur oleh lembaga hukum swasta. Biaya pendidikan untuk tingkat SMA ditanggung oleh masing-masing individu karena pendidikan di SMA tidak termasuk pendidikan dasar.
Kurikulum di SMA diatur oleh masing-masing sekolah dengan mengikuti aturan pemerintah. Kebebasan untuk meramu kurikulum di masing-masing sekolah sangat terbatas namun memungkinkan tiap daerah dan sekolah mempunyai ciri khas tersendiri. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat membuat kurikulum untuk SMA adalah menetapkan tujuan sekolah, mempelajari standar kurikulum dan korelasinya dengan tujuan sekolah, menyusun mata pelajaran wajib dan pilihan serta mengalokasikan hari efektif sekolah dan jam belajar. Mata pelajaran yang diajarkan meliputi bahasa Jepang, bahasa Inggris, Matematika, Sejarah, Olahraga, Keterampilan dan Kesenian, IPA, Mata pelajaran terpadu serta Home room. Tiap sekolah memiliki kebebasan meramu pelajaran pilihan khususnya untuk kelas 2 dan 3 dengan jumlah kredit rata-rata adalah 30 untuk setiap jenjang.
Berikut ini adalah contoh kurikulum yang diterapkan di SMA Nakamura sebuah SMA Negeri dan favorit di Jepang. SMA Nakamura adalah SMA yang menganut sistem mata pelajaran waktu penuh dengan hari belajar dari Senin sampai Jumat. Tujuan sekolah adalah untuk mengarahkan lulusannya melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Seperti halnya SMA lainnya di Jepang, jam pelajaran pertama dimulai pada pukul 8:45 dan berakhir pada pkl 15.15. Terdapat 31 jam pelajaran selama 5 hari belajar yaitu 6 jam setiap harinya kecuali hari Rabu. Waktu belajar mengajar setiap jam belajarnya adalah 50 menit. Mata pelajaran yang diajarkan meliputi: Bahasa Jepang, Geografi/ Sejarah, Pendidikan Kewarganegaraan, matematika, Pendidikan Jasmani dan OR, Pendidikan Seni, Bahasa Asing (Bahasa Inggris), Pendidkan Kesejahteraan Keluarga, dan Mata pelajaran terpadu. Ujian diadakan sebanyak 5 kali yaitu pada bulan Mei, Juli, Oktober, Desember dan Februari. Tahun ajaran baru dimulai pada bulan April dan diakhiri bulan pertengahan Juli. Salah satu ciri khas SMA Nakamura adalah Reading Session yang diperuntukkan untuk kelas 1 dan 2. Pada kegiatan ini masing-masing kelas dianjurkan untuk memilih satu buku yang akan didiskusikan bersama dalam kelas. Tujuan kegitan ini adalah untuk memberikan pemahaman yang luas dan saling pengertian antar siswa dalam mengeluarkan pendapat.
e.   Pendidikan Kejuruan
Seperti halnya di Indonesia, selain Sekolah Menengah Atas terdapat pula Sekolah Kejuruan. Konsep pemisahan antara sekolah umum dan sekolah menengah adalah bentuk pelaksanaan demokrasi, yang memberikan kesempatan kepada warganegara untuk mengikuti pendidikan sesuai keinginannya. Penyediaan sekolah kejuruan bertujuan untuk menampung aspirasi warganegara yang tidak menginginkan pendidikan umum.
Namun sejalan dengan perkembangan dan tuntutan pendidikan di jepang timbullah sebuah pemikiran untuk mengintegrasikan pendidikan umum dan pendidikan kejuruan. Reformasi yang dilakukan bukan berarti mengintegrasikan antara SMA dan SMK, namun meramu kurikulum baru yang seimbang antara konten akademik dan konten vokasionalnya. Dengan usulan itu, maka kurikulum SMK pun harus dilengkapi dengan pendidikan umum selain pendidikan kejuruan demikian pula sebaliknya.
Salah satu contoh sekolah yang menerapkan pendidikan umum dan pendidikan kejuruan adalah SMA Negeri favorit di Nagano yaitu SMA Tatsuno. Pendidikan umum di SMA Tatsuno dibagi dalam 3 jurusan, yaitu Jurusan Bahasa yang merupakan jurusan untuk melanjutkan ke Fakultas Bahasa, Akademi/College, atau bercita-cita menjadi pegawai negeri. Jurusan kedua adalah Jurusan Sains yang mempersiapkan siswa untuk meneruskan ke Perguruan Tinggi jurusan sains. Dan yang ketiga adalah Jurusan Kesejahteraan dan Keluarga yaitu jurusan yang mempersiapkan siswa untuk meneruskan ke PT jurusan sosial kemasyarakatan. Pendidikan Kejuruan di Tatsuno adalah pendidikan bisnis, yang dibagi menjadi tiga jurusan, yaitu Jurusan Akuntansi, Jurusan Informasi, dan Jurusan Manajemen. Jurusan Akuntansi mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi pada jurusan terkait. Jurusan Informasi menekankan kepada penguasaan multimedia dan penyusunan informasi bisnis, dengan sasaran melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Jurusan Manajemen memfokuskan kepada kegiatan manajemen bisnis, marketing dan etika berbisnis.
f.    Pendidikan Tinggi
Di Jepang secara umum ada 2 jenis perguruan tinggi yaitu Daigaku (Universitas) dan Tanki-daigaku (junior college). Lamanya pendidikan Daigaku adalah 4 tahun kecuali pada program-program kedokteran. Sedangkan pada Tanki-daigaku selama 2 sampai 3 tahun. Untuk masuk ke Perguruan Tinggi di jepang harus mengikuti proses seleksi yang sangat ketat dengan tingkat kompetisi yang tinggi. Awalnya mereka mengikuti Achievement tes (tes tertulis) yang diadakan serentak sama seperti SPMB di Indonesia. Setelah itu calon mahasiswa harus mengikuti interviuw, tes essay dan ujian-ujian lain yang diselenggarakan oleh Pergururuan Tinggi.
g.    Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal di Jepang dikenal sebagai pendidikan sosial. Banyak tersedia untuk pendidikan non formal seperti pendidikan untuk remaja, usia lanjut, atau hobi seperti surat menyurat. Kegiatan pendidikan non formal di Jepang rata-rata dilaksanaan oleh lembaga non pemerintah seperti lembaga persurat kabaran, lembaga penyiaran, toko-toko, perusahaan dan lain-lain.


 h.  Bagi mahasiswa asing disajikan lima jenis pemilihan pendidikan yaitu :
1.      Program Sarjana : Ditempuh selama 4 tahun seperti pendidikan pada universitas reguler umumnya sedangkan jurusan kedokteran harus menempuh pendidikan selama 6 tahun.
2.      Pascasarjana : Terdiri atas program Master, Doktor, Mahasiswa Peneliti (mahasiswa yang diizinkan selama satu semester ataupun 1 tahun melakukan penelitian tanpa memperoleh gelar), Mahasiswa Pendengar, dan Pengumpul Kredit mata kuliah.
3.      Diploma : Menempuh pendidikan selama 2 tahun. 60% dari program ini diperuntukkan bagi pelajar perempuan dan mengajarkan bidang-bidang seperti kesejahteraan keluarga, sastra, bahasa, kependidikan, kesehatan, dan kesejahteraan.
4.      Special Training Academy : Merupakan lembaga pendidikan yang mengajarkan bidang-bidang khusus seperti ketrampilan dalam membuka usaha dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dengan lama pendidikan 1-3 tahun.
Sekolah Kejuruan : Program khusus bagi tamatan SMP dengan masa pendidikan 5 tahun dengan tujuan menghasilkan teknisi-teknisi yang handal dan mau mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan tuntutan zaman.
c.  Sistem Penilaian
Tahun ajaran baru di sekolah-sekolah Jepang dimulai pada bulan April dan diakhiri pada bulan Maret tahun depannya. Sistem ini berlaku sama dari mulai TK hingga Perguruan Tinggi. Berbeda dengan Indonesia yang mengenal sistem dua semester, sekolah-sekolah di Jepang masih menggunakan sistem CAWU atau three terms, yaitu CAWU I dari April - Juli, CAWU II September- Desember, dan CAWU III dari bulan Januari hingga Maret. Liburan terpanjang ada pada bulan Agustus-September, yaitu selama 40 hari (liburan musim panas).
Sejak bulan September 1992 Jepang menerapkan sistem 5 hari sekolah (Senin-Jumat), yang awalnya hanya diterapkan sekali sebulan, yaitu pada pekan pertama saja. Kemudian sejak April 1995, diterapkan dua kali sebulan, yaitu pada pekan ke-2 dan pekan terakhir. Dengan sistem ini hari efektif sekolah selama setahun sebanyak 220 hari.
Sistem akselerasi atau kelas percepatan untuk anak pandai juga tidak ada di Jepang, tetapi pada tahun 1990, MEXT pernah mengeluarkan kebijakan untuk mengijinkan anak di bawah 18 tahun melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Kesempatan ini terutama diberikan kepada anak jenius di bidang matematika dan sains. Namun kebijakan ini kelihatannya tidak berlanjut, karena asas homogenitas kelihatannya masih tetap kuat dipertahankan oleh para pendidik.
Pendidikan dasar (shougakkou) tidak mengenal ujian kenaikan kelas, tetapi siswa yang telah menyelesaikan proses belajar di kelas satu secara otomatis akan naik ke kelas dua, demikian seterusnya. Ujian akhir pun tidak ada, karena SD dan SMP masih termasuk kelompok compulsoy education atau pendidikan dasar, sehingga siswa yang telah menyelesaikan studinya di tingkat SD dapat langsung mendaftar ke SMP.
Penilaian proses belajar dilakukan dengan ulangan harian yang bertujuan untuk mengecek daya tangkap siswa. Penilaian ulangan tidak menggunakan angka melainkan dengan huruf : A, B, C, kecuali untuk matematika. Tes IQ dilakukan pada siswa kelas 4 hingga kelas 6 untuk melihat kemampuan dasar siswa. Data ini tidak dipergunakan untuk mengelompokkan siswa berdasarkan hasil test IQ-nya, tetapi untuk memberikan perhatian lebih kepada siswa dengan kemampuan di atas normal atau di bawah normal. Siswa-siswa di Jepang tidak dikelompokkan berdasarkan kepandaian, tetapi semua anak dianggap `bisa` mengikuti pelajaran, sehingga kelas berisi siswa dengan beragam kemampuan akademik.
Di tingkat SMP dan SMA ada dua kali ulangan yaitu mid test dan final test, tetapi tidak bersifat wajib ataupun nasional. Di beberapa prefecture (daerah) yang melaksanakan ujian, final test dilaksanakan serentak selama tiga hari, dengan materi ujian yang dibuat oleh sekolah berdasarkan standar dari Educational Board di setiap prefektur. Penilaian kelulusan siswa SMP dan SMA tidak berdasarkan hasil final test, tapi akumulasi dari nilai test sehari-hari, ekstra kurikuler, mid test dan final test. Dengan sistem seperti ini, tentu saja hampir 100% siswa naik kelas atau dapat lulus.
Selanjutnya siswa lulusan SMP dapat memilih SMA yang diminatinya dengan mengikuti ujian masuk SMA yang bersifat standar, artinya soal ujian dibuat oleh Educational Board di setiap prefektur. Di Aichi prefecture, SMA-SMA dikelompokkan dengan pengelompokan A, B. Pengelompokan tersebut dibuat dalam proses memilih SMA. Setiap siswa dapat memilih satu sekolah di kelompok A dan satu sekolah di kelompok B. Jika siswa lulus dalam kelompok A, maka secara otomatis dia gugur dari kelompok B. Dalam memilih SMA, siswa berkonsultasi dengan guru, orang tua atau disediakan lembaga khusus di Educational Board yang bertugas melayani konsultasi dalam memilih sekolah. Ujian masuk pun hampir serentak di seluruh Jepang dengan bidang studi yang sama yaitu, Bahasa Jepang, English, Math, Social Studies, dan Science. Di level ini siswa dapat memilih sekolah di distrik lain.
d. Kualifikasi Guru
Guru-guru sekolah dasar dan sekolah menengah di Jepang dididik dan dilatih oleh lembaga-lembaga pendidikan tinggi, seperti univeristas (daigaku) dan junior college (junior daigaku) yang dipilih oleh kementerian Pendidikan. Untuk menjadi pengajar sekolah dasar atau sekolah menengah negeri seorang calon harus mengikuti sistem rekrutmen. Pengangkatan dilakukan oleh dewan pendidikan distrik. Pengangkatan dilakukan atas dasar rekomendasi superinden distrik berdasarkan hasil ujian rekrutmen.
Sertifikat mengajar untuk sekolah dasar hanya membolehkan guru mengajar pada sekolah dasar untuk seluruh mata pelajaran. Demikian juga guru yang yang memperroleh sertifikat mengajar untuk sekolah menengah hanya boleh mengajar di sekolah menengah dan membolehkan mereka mengajar hanya pada satu mata pelajaran saja.
Untuk mendapatkan tugas tambahan seperti kepala sekolah dan wakil kepala sekolah harus mengikuti serangkaian ujian dan menyelesaikan ”inservece training” khusus. Guru-guru di Jepang memiliki tingkat profesional yang lebih baik di bandingkan dengan Amerika Serikat. Guru-guru di Jepang dapat diberikan sanksi oleh sesama rekan profesi jika tidak menjalankan profesinya dengan baik
Sejalan dengan kualitas dan profesionalitas yang tinggi. Gaji guru di Jepang sangat memadai, sehingga guru-guru di Jepang sangat dihormati dan mendapat tempat. Guru-guru di Jepang mendapatkan gaji 1,77 kali gaji pegawai perusahaan dan merupakan gaji tertinggi di negara asia. Data yang dikutip dari buku Education at a Glance-nya OECD (Japan) menyebutkan bahwa seorang guru yang baru mengajar akan memperoleh 156,500 yen per bulan atau sekita
r 12 juta rupiah. Guru yang telah bekerja selama 20 tahun akan memperoleh gaji sebesar 362,900 yen atau setara dengan Rp 27,324,555 rupiah per bulan. Selain medapatkan gaji bulanan guru juga memperoleh pendapatan tambahan (adjusment allowance) sebesar 4% gaji bulanan. Bonus juga akan didapatkan 2 kali dalam setahun yaitu bulan Juni dan Desember sebesar 4.65% gaji bulanan. Sehingga guru yang bekerja selama 20 tahun akan menerima total penghasilan per bulan sebesar 362,900 plus (362,900×4%) = 377,416 yen. Dan akan menerima gaji per tahun sebesar 362,900×12 ditambah (362,900×4%x12) dan bonus (362,900×4.65%x2) sehingga total pendapatan 4,562,741.7 yen atau sekitar Rp342.205.627.500. Dengan gaji sebesar itu guru di Jepang tidak diperbolehkan melakukan kerja sambilan.
e. Anggaran Pendidikan
Berikut ini adalah contoh anggaran pendidikan Jepang tahun 1997 yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan, Olahraga, Budaya dan Teknologi Jepang (MEXT). Pada tahun 1997 anggaran pendididkan Jepang adalah sebesar 5,270.5 billion yen. Berikut adalah alokasi anggaran yang diterbitkan oleh MEXT
MEXT’s General Budget for FY2007 graph
Anggaran terbesar dialokasikan untuk pembinaan dan pengembangan compulsory education (wajib belajar), yaitu untuk pembayaran SPP siswa yaitu 31.6% dari total anggaran. Pengeluaran terbesar kedua adalah untuk manajemen pendidikan tinggi yang beralih status dari universitas negeri menjadi “koujinka” (Corporation Law), semacam BHMN di Indonesia. Dana untuk kegiatan ini sebesar 22.9% dari total anggaran. Perubahan status universitas di Jepang adalah sebagai langkah privatisasi instansi negara yang sudah dimulai sejak masa PM Koizumi. Anggaran terbesar ketiga adalah untuk pengembangan sains dan teknologi (16%). Di SMP dan SMA Jepang, 2 tahun yang lalu telah diperkenalkan program Super Science, berupa peningkatan value materi sains, dan penambahan perlengkapan eksperimen di sekolah. Sebagian besar dana disalurkan untuk penelitian sains di universitas. Anggaran selanjutnya adalah untuk membantu sekolah atau universitas swasta, sebesar 8.6% dari total anggaran. Dari dana ini bagian terbesar diberikan kepada universitas swasta. Sekolah-sekolah swasta di Jepang mendapat bantuan dana dari MEXT dan juga pemerintah daerah setempat, tergantung kepada tingkat keperluan. Anggaran selanjutnya adalah untuk life long learning education contohnya olahraga dan anggaran untuk mahasiswa asing. Tahun ini beasiswa yang dikeluarkan oleh MEXT untuk mahasiswa asing sebesar 175,000 yen per kepala, yang ada rencana akan diturunkan menjadi 160,000 yen per Oktober tahun ini. Anggaran lainnya adalah untuk kebijakan energi berupa penggunaan peralatan listrik yang diperlukan saat musim panas (AC) atau heater (saat musim panas), penggunaan listrik dan air. Dana untuk keperluan ini sebesar 4.2% total anggaran, lalu 2.3% anggaran dipakai untuk pemberian beasiswa kepada anak-anak Jepang, 2% untuk pemeliharaan fasilitas sekolah negeri, 1.9% untuk kegiatan budaya, 1% untuk grant pemeliharaan fasilitas universitas negeri, dan 0.8% untuk pemesanan dan pembelian buku pelajaran.
f. Metode Pengajaran
Pendidikan Jepang sama rata di mana pun di Jepang. Pada dasarnya tidak ada UN karena memang semua sekolah sudah didasari oleh fondasi kurikulum yang dijaga sangat ketat oleh Kementerian Pendidikan Sains dan Teknologi Jepang (MEXT).
Pedoman Kurikulum Pendidikan  (PKP) yang disebut gakushuu shido youryou sudah ada dan semua sekolah harus mengacu kepada hal tersebut yang sudah ditentukan MEXT atau Monbusho.
PKP tersebut  wajib diikuti oleh semua sekolah, baik SD, SMP, SMA, dan sekolah Kejuruan di Jepang, yang memuat isi pendidikan dan detil pengajaran setiap mata pelajaran. Dapat dikatakan seperti manual book.
Kyoukasho atau buku pelajaran Jepang dibagikan gratis oleh pemerintah Jepang dengan berbagai perbaikan. Kalau dulu sejarah hitam Jepang dengan penjajahannya berusaha tidak dimunculkan, kini sejarah Jepang sudah berisi apa adanya, menuliskan sesuai sejarah di masa lalu.
g. Permasalahan Pendidikan Jepang
Permasalahan pertama yang masih dimiliki Jepang saat ini adalah banyaknya guru SMA yang tidak mengajarkan secara lengkap mata pelajaran ke siswanya yang mempengaruhi kelulusan mereka. Tiga mata pelajaran yang disoroti adalah sejarah dunia (”sekai-shi”), sejarah nasional (”nihon-shi”) dan geografi (”chiri”). Tercatat lebih dari 60 SMA di 11 propinsi di Jepang yang tidak mengajarkan sejarah dunia (”sekai-shi”), padahal ini mata pelajaran wajib. Menurut aturan Monbukagakusho, sekai-shi adalah mata pelajaran wajib SMA yang harus diikuti siswa. Sedangkan geografi (”chiri”) dan sejarah nasional Jepang (”nihon-shi”) adalah mata pelajaran pilihan tetapi siswa harus mengikuti satu diantara keduanya. Alasan yang dikemukan oleh pihak sekolah adalah menyajikan mata pelajaran yang sesuai dengan yang diujikan saat masuk ke perguruan tinggi. Banyaknya siswa yang masuk keperguruan tinggi cmengangkat nama baik sekolah sehinggga banyak sekolah yang berkosentrasi pada mata pelajaran yang diujiankan pada saat masuk perguruan tinggi.
Permasalahan yang kedua adalah para siswa yang terbebani tugas berat. Apabila dilihat lebih jauh ternyata sistem pendidikan Jepang jika dilihat dengan kacamata teori pendidikan barat bisa dikategorikan sebagai suatu sistem pendidikan tradisional. Pemerintah pusat memegang kontrol pendidikan, termasuk menentukan kurikulum yang berlaku secara nasional baik bagi sekolah negeri ataupun sekolah swasta. Pengajaran menekankan hafalan dan daya ingat untuk menguasai materi pelajaran yang diberikan. Materi pelajaran diarahkan agar murid bisa lulus ujian akhir atau test masuk ke sekolah lebih tinggi, tidak mengembangkan daya kritis dan kemandirian murid. Semua murid diperlakukan sama, tidak ada treatment khusus untuk murid yang tertinggal. Sekolah menekankan pada diri murid sikap hormat dan patuh kepada guru dan sekolah. Dengan singkat sistem pendidikan Jepang dapat dikatakan suatu sistem pendidikan yang “kaku, seragam dan tiada pilihan bagi anak didik”. Meskipun anak didik di Jepang memiliki prestasi lebih tinggi dari pada prestasi anak Amerika, namun hal itu dicapai dengan pengorbanan yang tidak ringan. Antara lain murid-murid di Jepang tidak bisa “menikmati” enaknya sekolah. Sebab dari waktu ke waktu anak didik di Jepang dikejar-kejar oleh pekerjaan rumah, ulangan dan ujian. Hasilnya murid-murid Amerika lebih independent dan inovatif dalam berfikir.
Di balik sistem pendidikan di Jepang yang kaku dan seragam tersebut sebenarnya ada beberapa hal yang patut diperhatikan. Pertama penegakkan disiplin patuh terhadap guru dan sekolah menyebabkan anak didik di Jepang secara menggunakan waktu sekolah lebih besar dari pada anak-anak sekolah di Amerika Serikat. Kedua, sistem pendidikan di Jepang telah berhasil melibatkan orang tua anak didik dalam pendidikan anak-anaknya. lbu, khususnya senantiasa memperhatikan, memberikan pengawasan dan bantuan belajar kepada anak-anaknya. Ketiga, di luar sekolah berkembang kursus-kursus yang membantu anak didik untuk mempersiapkan ujian atau mendalami mata pelajaran yang dirasa kurang. Keempat, status guru dihargai dan gaji guru relatif tinggi. Hal ini mengakibatkan pekerjaan guru mempunyai daya tarik.
2.7 Perbandingan sistem pendidikan Negara Jepang dengan Indonesia
Perbedaan yang menyolok pada sistem pendidikan di kedua negara ini sebagai berikut:
1.      Dalam tujuan umum pendidikan Jepang mengutamakan perkembangan kepribadian secara utuh, menghargai nilai-nilai individual, dan menanamkan jiwa yang bebas. Sedangkan di Indonesia pendidikan bertujuan agar peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
2.      Jepang tidak memasukkan mata pelajaran pendidikan agama di semua jenjang persekolahan (memisahkan pendidikan agama dengan persekolahan), sedangkan di Indonesia pendidikan agama adalah mata pelajaran yang wajib untuk setiap jenjang persekolahan.
3.      Dilihat dari kurikulum yang dikembangkan dapat dikemukakan beberapa hal:
a.       Kurikulum TK di Jepang tidak membebani anak, karena anak tidak dijejali materi-materi pelajaran secara kognitif tetapi lebih pada pengenalan dan latihan ketrampilan hidup yang dibutuhkan anak untuk kehidupan sehari-hari, seperti latihan buang air besar sendiri, gosok gigi, makan, dan lain sebagainya. Sedangkan kurikulum di Indonesia telah berorientasi pada pengembangan intelektual anak.
b.      Mata pelajaran level pendidikan dasar di Jepang tidak seberagam yang dikembangkan di Indonesia, jumlahnya tidak banyak, sehingga berbagai mata pelajaran tersebut diberikan pada waktu yang berlainan setiap hari selama seminggu, maka jarang ada jadwal pelajaran yang sama pada hari yang berbeda.
c.       Di Indonesia jarang ditemukan adanya mahasiswa peneliti, lebih-lebih mahasiswa pendengar, sehingga yang ada mahasiswa reguler. Hal itu terjadi barangkali karena orientasi belajar bagi mahasiswa Indonesia jauh berbeda dengan mahasiswa Jepang.
4.      Pendidikan wajib di Jepang gratis bagi semua siswa, bahkan bagi anak yang kurang mampu mendapat bantuan khusus dari pemerintah pusat maupun daerah untuk biaya makan siang, sekolah, piknik, kebutuhan belajar, perawatan kesehatan dan kebutuhan lainnya, sedangkan di Indonesia masih sebatas slogan (kecuali di daerah tertentu, seperti kebijakan di Sukoharjo, tetapi baru terbatas biaya sekolah saja).
5.      Sistem administrasi pendidikan di Jepang sudah lama menerapkan kombinasi antara sentralisasi, desentralisasi, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), dan partisipasi masyarakat. Sedangkan di Indonesia baru dalam proses peralihan dari sentralisasi ke desentralisasi dan juga diberlakukan MBS.
6.      Di samping itu juga ada perbedaan kecil dalam hal mulai masuknya anak pada pendidikan prasekolah, terutama di TK. Kalau di Jepang dimulai usia 3 tahun, sedang di Indonesia dimulai pada usia 4 tahun.





BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan
Tujuan pendidikan Jepang lebih mengarah pada pengembangan kepribadian individu secara utuh, menanamkan jiwa yang bebas dan bertanggung jawab, bertoleransi untuk menghargai antar individu. Dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip pendidikan yang ada di negara Jepang lebih bersifat  humanis bekaitan dengan kehidupan sehari-hari dan ilmunya benar-benar real dapat diaplikasikan dan dibutuhkan di kehidupan nyata.
Negara Jepang merupakan negara yang sukses dalam memajukan pendidikannya terlihat pada pengaturan sistem pendidikannya yang tertata dengan baik dimana seluruh lembaganya berkerjasama dan melaksanakan peranannya masing-masing secara optimal mulai dari lembaga administrasi, lembaga pendidikan, lembaga pengawas kurikulum dll. Serta adanya dukungan yang baik antara pemerintah, kepala sekolah, guru, murid dan orang tua yang turut berperan terhadap majunya pendidikan di negara tersebut. Kerjasama yang baik antar seluruh komponen negara inilah yang mampu membawa kesuksesan negara Jepang hingga mampu mencapai seluruh tujuan-tujuan pendidikan yang dicanangkannya kurang dari 25 tahun dan tercatat sebagai negara dengan kualitas dan sistem pendidikan terbaik se-Asia, sungguh prestasi yang mengagumkan.
Pendidikan wajib yang diberikan secara gratis di negara tersebut menandakan bahwa pemerintahan disana memang amat memperdulikan Sumber Daya Manusia di negaranya dan menjadi bukti bahwa sistem administrasi negara Jepang memang berjalan dengan baik dan bertanggungjawab terhadap pemenuhan kebutuhan negaranya termasuk memfasilitasi sarana dan prasarana yang bermutu dalam proses belajar menagajar.
Budaya disiplin waktu dan kerja keras negara Jepang yang sejak dahulu diajarkan dari leluhur-leluhur mereka selalu mereka tanamkan di dalam kehidupan sehari-hari turut berpengaruh pada kemajuan negara ini.
Kesuksesan dari negara maju inilah yang patut kita contoh bagi negara kita di mana harus ada kerjasama yang baik antar berbagai sistem yang ada di negara terutama sistem pendidikan yang kaitannya dengan peningkatan kualitas manusia. Apabila sistem-sistem tersebut berjalan dengan baik maka kemajuan suatu negara akan tercapai dan yang teramat penting perlu adanya pembinaan moral yang baik dalam setiap individu-individu suatu negara karena awal dari kesuksesan diawali dari karakteristik pribadi suatu bangsa.

3.2 Saran
Pada umumnya sistem pendidikan di Indonesia sudah bagus apabila dilaksanakan sesuai dengan aturan ideal yang berlaku. Misalnya pada kurikulum 2013 yang menekankan adanya pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Namun kenyataannya proses pembelajaran yang berlangsung belum sesuai dengan idealnya. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor penghambat seperti kurangnya kesiapan guru, faslitas pendidikan yang kurang memadai, dan karakter masyarakat Indonesia yang kurang mendukung. Kekurangan lainnya yaitu pada sistem evaluasi yang masih menekankan pada kuantitas bukan kualitas.
Hal penting yang bisa dijadikan masukan untuk kemajuan pendidikan di Indonesia yaitu penekanan pada kualitas pendidikan bukan kuantitas. Misalnya dengan pengurangan materi pelajaran pada setiap jenjang pendidikan, pengurangan jam pelajaran yang disesuaikan dengan tahap perkembangan peserta didik, dan sistem evaluasi pendidikan yang tidak menekankan penilaian pada suatu kuantitas tertentu (nilai tertentu). Selain itu pemerintah perlu meningkatkan profesionalitas guru dengan program – program yang berkualitas. Misalnya dengan program perekrutan guru dengan kualifikasi yang di perketat dan pembatasan program jurusan guru di universitas sehingga guru – guru yang dihasilkan lebih profesional dan berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Assegaf, Rahman. 2003. Internasionalisasi Pendidikan, Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara-negara Islam dan Barat.
http://makalah-perbandingan.blogspot.com/. Diakses tanggal 10 Oktober 2014
Suprihatin (2009). Sekolah di Jepang (TK dan SD). http://ict-indonesia. wetpaint.com/. Diakses tanggal 10 Oktober 2014
www. Wikipedia.com. Education-in- Japan. htm. Diakses tanggal 7 November 2009.



0 komentar:

Post a Comment

Blogroll

×

About