Wednesday, December 1, 2010

menjadi orang tua yang bijak dalam mendidik anak

Posted by Sampai Mati Harus Belajar On December 01, 2010 | No comments
May 17, 2010 [AGUNG WEBE – MENJADI ORANG TUA YANG BIJAK]

MENJADI ORANG TUA YANG


‘BIJAK’


DALAM MENDIDIK ANAK



Oleh Agung Webe, Recollectionist

http://www.sakraindonesia.com

May 17, 2010 [AGUNG WEBE – MENJADI ORANG TUA YANG BIJAK]


Bagi orang tua, memberikan yang terbaik untuk anak merupakan tanggung

jawab yang harus diberikan, apalagi di bidang pendidikan. Beberapa orang tua

rela mengeluarkan uang yang terhitung sangat banyak untuk mencapai apa yang

dinamakan anaknya ‘maju’. Maju bagi orang modern dikatagorikan sebagai

genius, kreatif dan mempunyai nilai yang tinggi dalam mata pelajaran di sekolah

mereka.



Berbagai macam pelatihan yang digelar dengan biaya yang terhitung tinggi

tersebut diminati dan diserbu oleh kalangan orang tua yang tergolong mampu.

Apabila memang ini adalah ‘jalan’ untuk menjadi manusia genius dan kreatif,

bagaimana dengan anak‐anak yang orang tuanya tidak mampu? Apakah mereka

tidak berhak menjadi genius dan kreatif? Apakah anak genius dan kreatif hanyalah

hak para anak orang tua yang mampu?





Ada sebuah paradigma yang harus kita bongkar dan kita susun kembali atas

fenomena tersebut, mau tidak mau dan suka tidak suka dengan keadaan ini, kita

harus melihat beberapa sisi yang terkait untuk perkembangan seorang anak.

Benarkah dibutuhkan sebuah kondisi yang bernama genius tersebut?

Apa hubungannya genius dengan kreatif? Apakah anak genius sudah tentu

kreatif? Atau apakah anak kreatif itu tergolong genius?



Yang pertama tentang genius.

Saya menulis panjang lebar tentang ini dalam catatan difacebook saya yang

berjudul “GENIUS ADALAH SEBUAH KARYA”

May 17, 2010 [AGUNG WEBE – MENJADI ORANG TUA YANG BIJAK]


Namun secara ringkas, kondisi genius bukanlah kondisi kondisi instan tanpa hasil

apapun yang diperbuat oleh seseorang. Apa ukurannya dari genius ini? Apakah IQ

yang tinggi? Oke, taruhlah IQ seorang anak tersebut tinggi, kemudian apa yang

bisa diperbuat dengan IQ tinggi tersebut? Apakah hanya bisa mengerjakan soal‐

soal ujian dengan nilai tinggi adalah sebuah kondisi yang dikatakan genius? Kalau

kita tarik lebih jauh lagi, apakah dengan tingginya nilai ujian yang dicapai akan

menjamin seorang anak akan sukses dalam kehidupannya?



Marilah kita melihat orang‐orang yang telah kita beri label genius, yaitu Newton,

Mozart, Alfa Edison, Einstein, dan sebagainya. Mari kita baca ulang biografi

mereka. Sekarang kita lihat, kita katagorikan mereka sebagai apa? Sukeskah?

Mereka sukses menemukan sesuatu yang sangat berharga untuk kehidupan

manusia, itu sangat betul sekali. Di sisi lain, mereka hidup menyendiri, tidak

bersosialisasi karena pemikiran mereka tidak bisa diterima oleh jamannya.

Mungkin mereka kesepian dari kehidupan sosial mereka, atau mungkin juga

mereka menikmati kesepian tersebut.



Dan yang lebih nyata lagi adalah kita tidak akan memberi label genius kepada

mereka tanpa karya‐karya mereka.

“Genius bukanlah sebuah keadaan yang dituju, namun sebuah karya yang

dilahirkan”



Kalau kita bicara tentang kecerdasan, IQ yang tinggi bukanlah satu‐satunya

kecerdasan yang mendukung seseorang untuk sukses. Kita tahu bahwa kehidupan

ini membutuhkan kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual. Antara ‘intelektual‐

May 17, 2010 [AGUNG WEBE – MENJADI ORANG TUA YANG BIJAK]


emosi‐spiritual’ haruslah sama‐sama berkembang untuk menyikapi realita

keadaan. Tidak ada yang lebih penting satu diantaranya, dan tidak ada yang harus

dilebihkan satu di antaranya. Kita membutuhkan ketiga kecerdasan tersebut

seimbang dalam aplikasinya untuk situasi yang dibutuhkan.



Sekarang kita bicara masalah kreatif.

Apakah orang genius itu kreatif? Justru dari kreatifitas mereka itulah kita bisa

tahu bahwa mereka genius. Tanpa kreatifitas yang dilahirkan, kita tidak akan

mengenal tentang ke‐geniusan mereka.

Genius adalah sebuah kondisi dan Kreatif adalah sebuah tindakan.

Sekarang kita memerlukan kondisi atau tindakan? Mana yang anda butuhkan?



Kreatifitas timbul karena kerja otak yang maksimal. Kerja otak yang maksimal

terjadi karena zat‐zat ‘neuro transmiter’ di otak bereaksi maksimal. Zat tersebut

akan bereaksi secara maksimal apabila kondisi seseorang tenang dan emosi stabil.

SIMPLE!

Apabila kita mengenal tentang otak kiri dan otak kanan, tentunya kita tidak akan

memperlakuan secara istimewa salah satu bagian tersebut. Kita mengetahui

kapan seseorang harus berpikir logis dan kapan seseorang harus mengembangkan

rasa dan sensitifitasnya. Kedua kondisi dari otak kiri dan kanan tersebut kita

perlukan pada situasi yang berbeda.



Kita juga mengenal adanya otak besar dan otak kecil dan diantaranya terdapat

otak tengah yang merupakan penghubungan antara otak besar dan otak kecil.

May 17, 2010 [AGUNG WEBE – MENJADI ORANG TUA YANG BIJAK]


Otak tengah bukanlah tempat kecerdasan. Ia hanya berfungsi untuk

menghubungkan otak besar dan otak kecil.

Mau tahu apakah otak tengah anda berfungsi baik atau tidak? Cek gerakan reflek

dan motorik anda. Bila tidak ada gangguan disana, berarti fungsi otak tengah

sebagai penghubung antara otak besar dan otak kecil bekerja secara sempurna.



Kecerdasan seorang anak dipengaruhi oleh hal‐hal kompleks di dalam otaknya.

Kita tidak bisa bilang bahwa hanya bagian otak tertentu yang mempengaruhi

kecerdasan tersebut. Belum lagi berbagai faktor dari kecerdasan lainnya, seperti

emosi dan spiritual mereka.



Hal yang sangat sederhana sebenarnya sudah diberikan Tuhan untuk

mengeluarkan kreatifias anak ini. Tidak perlu biaya mahal, tidak perlu yang aneh‐

aneh.

Saya ulangi lagi, bahwa untuk mengeluarkan kreatifitas dari seseorang, syaratnya

adalah semua zat ‘neuro transmiter’ dalam otak bereaksi secara maksimal. Untuk

itu hanya diperlukan kondisi yang tenang dan emosi yang stabil.



Kondisi tenang dan emosi stabil ini bisa anda peroleh dengan banyak

mendengarkan musik‐musik lembut, mengolah pernafasan, menciptakan keadaan

yang mendukung suasana tenang tersebut.



Mau tindakan nyata? Marilah kita lakukan perubahan dalam pendidikan kita.

Sederhana dan gampang! Taruhlah sebuah sound system di kelas anak didik anda.

Ini perlu perjuangan sedikit dan pengorbanan karena kalau pihak sekolah tidak

May 17, 2010 [AGUNG WEBE – MENJADI ORANG TUA YANG BIJAK]


menyediakan sound system, anda harus membawa aktif speaker dan laptop anda

sendiri.

Anda perlu mempersiapkan musik‐ musik tenang yang membawa emosi kepada

tingkat stabil. Musik‐musik ini bisa anda dapatkan di toko musik. Atau saya

merekomendasikan untuk menggunakan musik karya anak bangsa yang bernama

diDDi AGePhe.

Anda lakukan ini sebelum mereka memulai pelajarannya, dan anda hanya

membutuhkan waktu lima menit. Lakukan ini setiap awal, setelah istirahat dan

ketika mau pulang.

Tidak membutuhkan waktu lama dan tidak menyita waktu pelajaran anda.



Sekali lagi, bahwa hasilnya tidak INSTAN!

Namun kita bisa melihat perubahan‐perubahan nyata dalam kreatifitas yang

dihasilkan. Ingat bahwa metode ini tidak akan menjadikan seorang anak

mempunyai nilai bagus ( ini tugas penyampaian materi pelajaran ), namun

metode ini akan menjadikan anak mempunyai emosi yang stabil, tenang dan

kreatif!

Dengan emosi yang stabil dan tenang, ia akan lahir menjadi pribadi yang tangguh

dan tahan banting. Ketenangan seseorang akan membawa ia bisa berpikir dengan

jernih tentang keputusan‐keputusan yang akan diambilnya. Dengan emosi yang

stabil ia juga akan menjadi pribadi yang berbudi pekerti mulia serta bertanggung

jawab terhadap hidupnya.

May 17, 2010 [AGUNG WEBE – MENJADI ORANG TUA YANG BIJAK]


Sekarang, anda akan membawa anak didik anda kearah mana? Ini semua

tergantung anda, para orang tua dan para pengajar di Indonesia. Kita harus bijak

dalam menentukan pendidikan untuk anak‐anak kita, para generasi Indonesia



Salam cerdas Indonesia



Agung webe, recollectionist

http://www.sakraindonesia.com

0 komentar:

Post a Comment

Blogroll

×

About