May 17, 2010 [AGUNG WEBE – MENJADI ORANG TUA YANG BIJAK]
MENJADI ORANG TUA YANG
‘BIJAK’
DALAM MENDIDIK ANAK
Oleh Agung Webe, Recollectionist
http://www.sakraindonesia.com
May 17, 2010 [AGUNG WEBE – MENJADI ORANG TUA YANG BIJAK]
Bagi orang tua, memberikan yang terbaik untuk anak merupakan tanggung
jawab yang harus diberikan, apalagi di bidang pendidikan. Beberapa orang tua
rela mengeluarkan uang yang terhitung sangat banyak untuk mencapai apa yang
dinamakan anaknya ‘maju’. Maju bagi orang modern dikatagorikan sebagai
genius, kreatif dan mempunyai nilai yang tinggi dalam mata pelajaran di sekolah
mereka.
Berbagai macam pelatihan yang digelar dengan biaya yang terhitung tinggi
tersebut diminati dan diserbu oleh kalangan orang tua yang tergolong mampu.
Apabila memang ini adalah ‘jalan’ untuk menjadi manusia genius dan kreatif,
bagaimana dengan anak‐anak yang orang tuanya tidak mampu? Apakah mereka
tidak berhak menjadi genius dan kreatif? Apakah anak genius dan kreatif hanyalah
hak para anak orang tua yang mampu?
Ada sebuah paradigma yang harus kita bongkar dan kita susun kembali atas
fenomena tersebut, mau tidak mau dan suka tidak suka dengan keadaan ini, kita
harus melihat beberapa sisi yang terkait untuk perkembangan seorang anak.
Benarkah dibutuhkan sebuah kondisi yang bernama genius tersebut?
Apa hubungannya genius dengan kreatif? Apakah anak genius sudah tentu
kreatif? Atau apakah anak kreatif itu tergolong genius?
Yang pertama tentang genius.
Saya menulis panjang lebar tentang ini dalam catatan difacebook saya yang
berjudul “GENIUS ADALAH SEBUAH KARYA”
May 17, 2010 [AGUNG WEBE – MENJADI ORANG TUA YANG BIJAK]
Namun secara ringkas, kondisi genius bukanlah kondisi kondisi instan tanpa hasil
apapun yang diperbuat oleh seseorang. Apa ukurannya dari genius ini? Apakah IQ
yang tinggi? Oke, taruhlah IQ seorang anak tersebut tinggi, kemudian apa yang
bisa diperbuat dengan IQ tinggi tersebut? Apakah hanya bisa mengerjakan soal‐
soal ujian dengan nilai tinggi adalah sebuah kondisi yang dikatakan genius? Kalau
kita tarik lebih jauh lagi, apakah dengan tingginya nilai ujian yang dicapai akan
menjamin seorang anak akan sukses dalam kehidupannya?
Marilah kita melihat orang‐orang yang telah kita beri label genius, yaitu Newton,
Mozart, Alfa Edison, Einstein, dan sebagainya. Mari kita baca ulang biografi
mereka. Sekarang kita lihat, kita katagorikan mereka sebagai apa? Sukeskah?
Mereka sukses menemukan sesuatu yang sangat berharga untuk kehidupan
manusia, itu sangat betul sekali. Di sisi lain, mereka hidup menyendiri, tidak
bersosialisasi karena pemikiran mereka tidak bisa diterima oleh jamannya.
Mungkin mereka kesepian dari kehidupan sosial mereka, atau mungkin juga
mereka menikmati kesepian tersebut.
Dan yang lebih nyata lagi adalah kita tidak akan memberi label genius kepada
mereka tanpa karya‐karya mereka.
“Genius bukanlah sebuah keadaan yang dituju, namun sebuah karya yang
dilahirkan”
Kalau kita bicara tentang kecerdasan, IQ yang tinggi bukanlah satu‐satunya
kecerdasan yang mendukung seseorang untuk sukses. Kita tahu bahwa kehidupan
ini membutuhkan kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual. Antara ‘intelektual‐
May 17, 2010 [AGUNG WEBE – MENJADI ORANG TUA YANG BIJAK]
emosi‐spiritual’ haruslah sama‐sama berkembang untuk menyikapi realita
keadaan. Tidak ada yang lebih penting satu diantaranya, dan tidak ada yang harus
dilebihkan satu di antaranya. Kita membutuhkan ketiga kecerdasan tersebut
seimbang dalam aplikasinya untuk situasi yang dibutuhkan.
Sekarang kita bicara masalah kreatif.
Apakah orang genius itu kreatif? Justru dari kreatifitas mereka itulah kita bisa
tahu bahwa mereka genius. Tanpa kreatifitas yang dilahirkan, kita tidak akan
mengenal tentang ke‐geniusan mereka.
Genius adalah sebuah kondisi dan Kreatif adalah sebuah tindakan.
Sekarang kita memerlukan kondisi atau tindakan? Mana yang anda butuhkan?
Kreatifitas timbul karena kerja otak yang maksimal. Kerja otak yang maksimal
terjadi karena zat‐zat ‘neuro transmiter’ di otak bereaksi maksimal. Zat tersebut
akan bereaksi secara maksimal apabila kondisi seseorang tenang dan emosi stabil.
SIMPLE!
Apabila kita mengenal tentang otak kiri dan otak kanan, tentunya kita tidak akan
memperlakuan secara istimewa salah satu bagian tersebut. Kita mengetahui
kapan seseorang harus berpikir logis dan kapan seseorang harus mengembangkan
rasa dan sensitifitasnya. Kedua kondisi dari otak kiri dan kanan tersebut kita
perlukan pada situasi yang berbeda.
Kita juga mengenal adanya otak besar dan otak kecil dan diantaranya terdapat
otak tengah yang merupakan penghubungan antara otak besar dan otak kecil.
May 17, 2010 [AGUNG WEBE – MENJADI ORANG TUA YANG BIJAK]
Otak tengah bukanlah tempat kecerdasan. Ia hanya berfungsi untuk
menghubungkan otak besar dan otak kecil.
Mau tahu apakah otak tengah anda berfungsi baik atau tidak? Cek gerakan reflek
dan motorik anda. Bila tidak ada gangguan disana, berarti fungsi otak tengah
sebagai penghubung antara otak besar dan otak kecil bekerja secara sempurna.
Kecerdasan seorang anak dipengaruhi oleh hal‐hal kompleks di dalam otaknya.
Kita tidak bisa bilang bahwa hanya bagian otak tertentu yang mempengaruhi
kecerdasan tersebut. Belum lagi berbagai faktor dari kecerdasan lainnya, seperti
emosi dan spiritual mereka.
Hal yang sangat sederhana sebenarnya sudah diberikan Tuhan untuk
mengeluarkan kreatifias anak ini. Tidak perlu biaya mahal, tidak perlu yang aneh‐
aneh.
Saya ulangi lagi, bahwa untuk mengeluarkan kreatifitas dari seseorang, syaratnya
adalah semua zat ‘neuro transmiter’ dalam otak bereaksi secara maksimal. Untuk
itu hanya diperlukan kondisi yang tenang dan emosi yang stabil.
Kondisi tenang dan emosi stabil ini bisa anda peroleh dengan banyak
mendengarkan musik‐musik lembut, mengolah pernafasan, menciptakan keadaan
yang mendukung suasana tenang tersebut.
Mau tindakan nyata? Marilah kita lakukan perubahan dalam pendidikan kita.
Sederhana dan gampang! Taruhlah sebuah sound system di kelas anak didik anda.
Ini perlu perjuangan sedikit dan pengorbanan karena kalau pihak sekolah tidak
May 17, 2010 [AGUNG WEBE – MENJADI ORANG TUA YANG BIJAK]
menyediakan sound system, anda harus membawa aktif speaker dan laptop anda
sendiri.
Anda perlu mempersiapkan musik‐ musik tenang yang membawa emosi kepada
tingkat stabil. Musik‐musik ini bisa anda dapatkan di toko musik. Atau saya
merekomendasikan untuk menggunakan musik karya anak bangsa yang bernama
diDDi AGePhe.
Anda lakukan ini sebelum mereka memulai pelajarannya, dan anda hanya
membutuhkan waktu lima menit. Lakukan ini setiap awal, setelah istirahat dan
ketika mau pulang.
Tidak membutuhkan waktu lama dan tidak menyita waktu pelajaran anda.
Sekali lagi, bahwa hasilnya tidak INSTAN!
Namun kita bisa melihat perubahan‐perubahan nyata dalam kreatifitas yang
dihasilkan. Ingat bahwa metode ini tidak akan menjadikan seorang anak
mempunyai nilai bagus ( ini tugas penyampaian materi pelajaran ), namun
metode ini akan menjadikan anak mempunyai emosi yang stabil, tenang dan
kreatif!
Dengan emosi yang stabil dan tenang, ia akan lahir menjadi pribadi yang tangguh
dan tahan banting. Ketenangan seseorang akan membawa ia bisa berpikir dengan
jernih tentang keputusan‐keputusan yang akan diambilnya. Dengan emosi yang
stabil ia juga akan menjadi pribadi yang berbudi pekerti mulia serta bertanggung
jawab terhadap hidupnya.
May 17, 2010 [AGUNG WEBE – MENJADI ORANG TUA YANG BIJAK]
Sekarang, anda akan membawa anak didik anda kearah mana? Ini semua
tergantung anda, para orang tua dan para pengajar di Indonesia. Kita harus bijak
dalam menentukan pendidikan untuk anak‐anak kita, para generasi Indonesia
Salam cerdas Indonesia
Agung webe, recollectionist
http://www.sakraindonesia.com
MENJADI ORANG TUA YANG
‘BIJAK’
DALAM MENDIDIK ANAK
Oleh Agung Webe, Recollectionist
http://www.sakraindonesia.com
May 17, 2010 [AGUNG WEBE – MENJADI ORANG TUA YANG BIJAK]
Bagi orang tua, memberikan yang terbaik untuk anak merupakan tanggung
jawab yang harus diberikan, apalagi di bidang pendidikan. Beberapa orang tua
rela mengeluarkan uang yang terhitung sangat banyak untuk mencapai apa yang
dinamakan anaknya ‘maju’. Maju bagi orang modern dikatagorikan sebagai
genius, kreatif dan mempunyai nilai yang tinggi dalam mata pelajaran di sekolah
mereka.
Berbagai macam pelatihan yang digelar dengan biaya yang terhitung tinggi
tersebut diminati dan diserbu oleh kalangan orang tua yang tergolong mampu.
Apabila memang ini adalah ‘jalan’ untuk menjadi manusia genius dan kreatif,
bagaimana dengan anak‐anak yang orang tuanya tidak mampu? Apakah mereka
tidak berhak menjadi genius dan kreatif? Apakah anak genius dan kreatif hanyalah
hak para anak orang tua yang mampu?
Ada sebuah paradigma yang harus kita bongkar dan kita susun kembali atas
fenomena tersebut, mau tidak mau dan suka tidak suka dengan keadaan ini, kita
harus melihat beberapa sisi yang terkait untuk perkembangan seorang anak.
Benarkah dibutuhkan sebuah kondisi yang bernama genius tersebut?
Apa hubungannya genius dengan kreatif? Apakah anak genius sudah tentu
kreatif? Atau apakah anak kreatif itu tergolong genius?
Yang pertama tentang genius.
Saya menulis panjang lebar tentang ini dalam catatan difacebook saya yang
berjudul “GENIUS ADALAH SEBUAH KARYA”
May 17, 2010 [AGUNG WEBE – MENJADI ORANG TUA YANG BIJAK]
Namun secara ringkas, kondisi genius bukanlah kondisi kondisi instan tanpa hasil
apapun yang diperbuat oleh seseorang. Apa ukurannya dari genius ini? Apakah IQ
yang tinggi? Oke, taruhlah IQ seorang anak tersebut tinggi, kemudian apa yang
bisa diperbuat dengan IQ tinggi tersebut? Apakah hanya bisa mengerjakan soal‐
soal ujian dengan nilai tinggi adalah sebuah kondisi yang dikatakan genius? Kalau
kita tarik lebih jauh lagi, apakah dengan tingginya nilai ujian yang dicapai akan
menjamin seorang anak akan sukses dalam kehidupannya?
Marilah kita melihat orang‐orang yang telah kita beri label genius, yaitu Newton,
Mozart, Alfa Edison, Einstein, dan sebagainya. Mari kita baca ulang biografi
mereka. Sekarang kita lihat, kita katagorikan mereka sebagai apa? Sukeskah?
Mereka sukses menemukan sesuatu yang sangat berharga untuk kehidupan
manusia, itu sangat betul sekali. Di sisi lain, mereka hidup menyendiri, tidak
bersosialisasi karena pemikiran mereka tidak bisa diterima oleh jamannya.
Mungkin mereka kesepian dari kehidupan sosial mereka, atau mungkin juga
mereka menikmati kesepian tersebut.
Dan yang lebih nyata lagi adalah kita tidak akan memberi label genius kepada
mereka tanpa karya‐karya mereka.
“Genius bukanlah sebuah keadaan yang dituju, namun sebuah karya yang
dilahirkan”
Kalau kita bicara tentang kecerdasan, IQ yang tinggi bukanlah satu‐satunya
kecerdasan yang mendukung seseorang untuk sukses. Kita tahu bahwa kehidupan
ini membutuhkan kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual. Antara ‘intelektual‐
May 17, 2010 [AGUNG WEBE – MENJADI ORANG TUA YANG BIJAK]
emosi‐spiritual’ haruslah sama‐sama berkembang untuk menyikapi realita
keadaan. Tidak ada yang lebih penting satu diantaranya, dan tidak ada yang harus
dilebihkan satu di antaranya. Kita membutuhkan ketiga kecerdasan tersebut
seimbang dalam aplikasinya untuk situasi yang dibutuhkan.
Sekarang kita bicara masalah kreatif.
Apakah orang genius itu kreatif? Justru dari kreatifitas mereka itulah kita bisa
tahu bahwa mereka genius. Tanpa kreatifitas yang dilahirkan, kita tidak akan
mengenal tentang ke‐geniusan mereka.
Genius adalah sebuah kondisi dan Kreatif adalah sebuah tindakan.
Sekarang kita memerlukan kondisi atau tindakan? Mana yang anda butuhkan?
Kreatifitas timbul karena kerja otak yang maksimal. Kerja otak yang maksimal
terjadi karena zat‐zat ‘neuro transmiter’ di otak bereaksi maksimal. Zat tersebut
akan bereaksi secara maksimal apabila kondisi seseorang tenang dan emosi stabil.
SIMPLE!
Apabila kita mengenal tentang otak kiri dan otak kanan, tentunya kita tidak akan
memperlakuan secara istimewa salah satu bagian tersebut. Kita mengetahui
kapan seseorang harus berpikir logis dan kapan seseorang harus mengembangkan
rasa dan sensitifitasnya. Kedua kondisi dari otak kiri dan kanan tersebut kita
perlukan pada situasi yang berbeda.
Kita juga mengenal adanya otak besar dan otak kecil dan diantaranya terdapat
otak tengah yang merupakan penghubungan antara otak besar dan otak kecil.
May 17, 2010 [AGUNG WEBE – MENJADI ORANG TUA YANG BIJAK]
Otak tengah bukanlah tempat kecerdasan. Ia hanya berfungsi untuk
menghubungkan otak besar dan otak kecil.
Mau tahu apakah otak tengah anda berfungsi baik atau tidak? Cek gerakan reflek
dan motorik anda. Bila tidak ada gangguan disana, berarti fungsi otak tengah
sebagai penghubung antara otak besar dan otak kecil bekerja secara sempurna.
Kecerdasan seorang anak dipengaruhi oleh hal‐hal kompleks di dalam otaknya.
Kita tidak bisa bilang bahwa hanya bagian otak tertentu yang mempengaruhi
kecerdasan tersebut. Belum lagi berbagai faktor dari kecerdasan lainnya, seperti
emosi dan spiritual mereka.
Hal yang sangat sederhana sebenarnya sudah diberikan Tuhan untuk
mengeluarkan kreatifias anak ini. Tidak perlu biaya mahal, tidak perlu yang aneh‐
aneh.
Saya ulangi lagi, bahwa untuk mengeluarkan kreatifitas dari seseorang, syaratnya
adalah semua zat ‘neuro transmiter’ dalam otak bereaksi secara maksimal. Untuk
itu hanya diperlukan kondisi yang tenang dan emosi yang stabil.
Kondisi tenang dan emosi stabil ini bisa anda peroleh dengan banyak
mendengarkan musik‐musik lembut, mengolah pernafasan, menciptakan keadaan
yang mendukung suasana tenang tersebut.
Mau tindakan nyata? Marilah kita lakukan perubahan dalam pendidikan kita.
Sederhana dan gampang! Taruhlah sebuah sound system di kelas anak didik anda.
Ini perlu perjuangan sedikit dan pengorbanan karena kalau pihak sekolah tidak
May 17, 2010 [AGUNG WEBE – MENJADI ORANG TUA YANG BIJAK]
menyediakan sound system, anda harus membawa aktif speaker dan laptop anda
sendiri.
Anda perlu mempersiapkan musik‐ musik tenang yang membawa emosi kepada
tingkat stabil. Musik‐musik ini bisa anda dapatkan di toko musik. Atau saya
merekomendasikan untuk menggunakan musik karya anak bangsa yang bernama
diDDi AGePhe.
Anda lakukan ini sebelum mereka memulai pelajarannya, dan anda hanya
membutuhkan waktu lima menit. Lakukan ini setiap awal, setelah istirahat dan
ketika mau pulang.
Tidak membutuhkan waktu lama dan tidak menyita waktu pelajaran anda.
Sekali lagi, bahwa hasilnya tidak INSTAN!
Namun kita bisa melihat perubahan‐perubahan nyata dalam kreatifitas yang
dihasilkan. Ingat bahwa metode ini tidak akan menjadikan seorang anak
mempunyai nilai bagus ( ini tugas penyampaian materi pelajaran ), namun
metode ini akan menjadikan anak mempunyai emosi yang stabil, tenang dan
kreatif!
Dengan emosi yang stabil dan tenang, ia akan lahir menjadi pribadi yang tangguh
dan tahan banting. Ketenangan seseorang akan membawa ia bisa berpikir dengan
jernih tentang keputusan‐keputusan yang akan diambilnya. Dengan emosi yang
stabil ia juga akan menjadi pribadi yang berbudi pekerti mulia serta bertanggung
jawab terhadap hidupnya.
May 17, 2010 [AGUNG WEBE – MENJADI ORANG TUA YANG BIJAK]
Sekarang, anda akan membawa anak didik anda kearah mana? Ini semua
tergantung anda, para orang tua dan para pengajar di Indonesia. Kita harus bijak
dalam menentukan pendidikan untuk anak‐anak kita, para generasi Indonesia
Salam cerdas Indonesia
Agung webe, recollectionist
http://www.sakraindonesia.com
0 komentar:
Post a Comment