BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap
anak yang lahir ke dunia, sangat rentan dengan berbagai masalah. Masalah yang dihadapi anak, terutama
anak usia dini, biasanya berkaitan
dengan gangguan pada proses perkembangannya. Bila gangguan tersebut tidak
segera diatasi maka akan berlanjut pada fase perkembangan berikutnya yaitu fase
perkembangan anak sekolah.
Pada
gilirannya, gangguan tersebut dapat menghambat proses perkembangan anak yang
optimal. Dengan demikian, penting bagi para orang tua dan guru untuk memahami gangguan-gangguan
anak agar dapat meminimalkan kemunculan
dan dampak gangguan tersebut serta mampu memberikan upaya bantuan yang tepat.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
yang menjadi rumusan masalah adalah:
1. Apa
pengertian dari gangguan?
2. Apa
saja jenis gangguan pada perkembangan anak?
3. Bagaimana
tanda-tanda anak terganggu perkembangannya?
4. Apa
saja faktor-faktor penyebab terjadinya gangguan pada perkembangan?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengertian
gangguan.
2. Jenis
gangguan pada perkembangan anak.
3. Tanda-tanda
anak terganggu perkembangannya.
4. Faktor-faktor
penyebab terjadinya gangguan pada perkembangan.
BAB
II
GANGGUAN
PADA PERKEMBANGAN ANAK
A.
Pengertian
Gangguan Perkembangan
Gangguan
dapat diartikan sebagai 1) halangan; rintangan; godaan; 2) sesuatu yang
menyusahkan, 3) hal yang menyebabkan ketidakwarasan atau ketidaknormalan (ttg
jiwa, kesehatan, pikiran), 4) hal yang menyebabkan ketidaklancan.
Perkembangan
(development) adalah pertambahan kemampuan
struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan menyangkut
adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan,
organ, dan sistem organ
yang berkembang sedemikian
rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. (Tanuwijaya,
2003).
Berdasarkan
pengertian di atas, gangguan perkembangan berarti sesuatu hal yang menyebabkan
ketidakmampuan struktur dan fungsi tubuh untuk berkembang. Dalam arti bahwa
proses untuk berkembang menjadi terhambat.
B.
Jenis
Gangguan Pada Perkembangan Anak
Masalah
yang sering timbul dalam perkembangan
anak meliputi gangguan
pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, bahasa, emosi, dan perilaku.
1.
Gangguan Pertumbuhan Fisik
Gangguan pertumbuhan
fisik meliputi gangguan
pertumbuhan di atas
normal dan gangguan pertumbuhan
di bawah normal. Pemantauan berat badan menggunakan KMS (Kartu
Menuju Sehat) dapat
dilakukan secara mudah
untuk mengetahui pola pertumbuhan anak.
Menurut
Soetjiningsih (2003) bila grafik berat badan
anak lebih dari 120%
kemungkinan anak mengalami
obesitas atau kelainan
hormonal. Sedangkan, apabila
grafik berat badan di bawah normal kemungkinan anak mengalami
kurang gizi, menderita penyakit
kronis, atau kelainan hormonal.
Lingkar kepala juga
menjadi salah satu parameter
yang penting dalam
mendeteksi gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Ukuran lingkar
kepala menggambarkan isi kepala
termasuk otak dan cairan
serebrospinal. Lingkar kepala yang lebih
dari normal dapat
dijumpai pada anak yang menderita
hidrosefalus, megaensefali, tumor otak ataupun hanya merupakan variasi normal. Sedangkan apabila lingkar
kepala kurang dari normal dapat
diduga anak menderita retardasi
mental, malnutrisi kronis ataupun hanya merupakan variasi normal.
Deteksi
dini gangguan penglihatan dan
gangguan pendengaran juga
perlu dilakukan untuk
mengantisipasi terjadinya gangguan yang lebih berat. Jenis gangguan penglihatan yang dapat
diderita oleh anak
antara lain adalah
maturitas visual yang
terlambat, gangguan
refraksi, juling, nistagmus,
ambliopia, buta warna,
dan kebutaan akibat katarak, neuritis optik, glaukoma,
dan lain sebagainya. Sedangkan
ketulian pada anak
dapat dibedakan menjadi
tuli konduksi dan
tuli sensorineural.
Menurut
Hendarmin (Nuryanti, 2008), tuli pada anak dapat disebabkan karena faktor prenatal
dan postnatal. Faktor prenatal antara lain adalah
genetik dan infeksi
TORCH yang terjadi selama kehamilan.
Sedangkan faktor postnatal
yang sering mengakibatkan
ketulian adalah infeksi bakteri atau virus yang terkait dengan otitis
media.
2.
Gangguan perkembangan motorik
Perkembangan
motorik yang lambat dapat
disebabkan oleh beberapa
hal. Salah satu penyebab gangguan perkembangan
motorik adalah kelainan
tonus otot atau
penyakit neuromuskular.
Anak dengan serebral
palsi dapat mengalami keterbatasan perkembangan motorik sebagai
akibat spastisitas, athetosis,
ataksia, atau hipotonia.
Kelainan sumsum
tulang belakang seperti
spina bifida juga
dapat menyebabkan keterlambatan
perkembangan motorik. Penyakit neuromuscular
sepeti muscular distrofi memperlihatkan keterlambatan
dalam kemampuan berjalan.
Namun, tidak selamanya gangguan perkembangan
motorik selalu didasari
adanya penyakit tersebut.
Faktor lingkungan serta kepribadian
anak juga dapat
mempengaruhi keterlambatan dalam perkembangan motorik. Anak yang tidak
mempunyai kesempatan untuk
belajar seperti sering digendong
atau diletakkan di baby walker dapat mengalami
keterlambatan dalam mencapai
kemampuan motorik.
3.
Gangguan perkembangan bahasa
Kemampuan bahasa
merupakan kombinasi seluruh
system perkembangan anak. Kemampuan berbahasa
melibatkan kemapuan motorik,
psikologis, emosional, dan perilaku. Gangguan
perkembangan bahasa pada
anak dapat diakibatkan berbagai
faktor, yaitu adanya
faktor genetik, gangguan
pendengaran,intelegensia
rendah, kurangnya interaksi
anak dengan lingkungan,
maturasi yang terlambat, dan
faktor keluarga. Selain
itu, gangguan bicara
juga dapat disebabkan karena adanya
kelainan fisik seperti
bibir sumbing dan
serebral palsi. Gagap
juga termasuk salah satu gangguan perkembangan bahasa yang
dapat disebabkan karena adanya tekanan dari orang tua agar
anak bicara jelas.
4.
Gangguan Emosi dan Perilaku
Selama
tahap perkembangan, anak juga
dapat mengalami berbagai
gangguan yang terkait dengan
psikiatri. Kecemasan adalah
salah satu gangguan
yang muncul pada anak dan memerlukan suatu intervensi
khusus apabila mempengaruh
interaksi social dan perkembangan
anak. Contoh kecemasan
yang dapat dialami
anak adalah fobia sekolah, kecemasan berpisah, fobia
sosial, dan kecemasan setelah
mengalami trauma.
Gangguan
perkembangan pervasif pada anak meliputi autisme serta gangguan
perilaku dan interaksi sosial.
Menurut Widyastuti (2008),
autisme adalah kelainan
neurobiologist yang
menunjukkan gangguan komunikasi,
interaksi, dan perilaku.
Autisme ditandai dengan
terhambatnya perkembangan bahasa, munculnya gerakan-gerakan aneh seperti berputar-putar,
melompat-lompat, atau mengamuk tanpa sebab. Terapi pada anak autisme
diantaranya, terapi medikamentosa, terapi wicara, terapi perilaku, pendidikan
khusus, dan terapi okupasi (jika perlu).
ADHD
(Attention Deficits and Hyper-activity Disorder) adalah gangguan yang berupa
kurangnya perhatian dan hiper-aktivitas (aktivitas yang berlebihan). Gangguan
ini dikenal sebagai Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiper-aktivitas (GPPH).
ADHD sendiri sebenarnya adalah kondisi neurologis (terkait dengan syaraf) yang
menimbulkan masalah dalam pemusatan perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas,
yang tidak sejalan dengan perkembangan usia anak. Berikut contoh bentuk prilaku
anak penyandang ADHD di kelas:
a. Anak
tidak pernah bisa duduk di dalam kelas.
b. Anak
selalu bergerak.
c. Anak
melamun saja di kelas.
d. Anak
tidak dapat memusatkan perhatian pada proses belajar dan cenderung tidak
bertahan lama untuk menyelesaikan tugas.
e. Anak
yang selalu bosan dengan tugas yang dihadapi dan selalu bergerak ke hal lain.
Terapi
yang digunakan untuk menangani anak-anak dengan ADHD adalah terapi bermain
(bermanfaat untuk belajar mengenal aturan, mengendalikan emosi, menunggu
giliran, membuat perencanaan dan untuk mncapai tujuan), terapi medis dan terapi
“Back in Control”.
C.
Tanda-Tanda
Gangguan Pada Perkembangan Anak
Gangguan
perkembangan anak sebenarnya bisa dideteksi sejak dini, dengan merujuk pada red
flags. Baik red flags perkembangan motorik kasar, halus, kognitif, dan bahasa.
Dokter
spesialis anak, dr Attila Dewanti, SpA (K) Neurologi memaparkan red flags untuk
deteksi dini gangguan sensorik motorik, berikut di antaranya:
Motorik
kasar:
* Belum dapat berguling
umur lima bulan.
* Belum dapat
mengontrol kepala usia 6-7 bulan.
* Belum dapat duduk
tegak di lantai 5-1 0 menit pada usia 10-12 bulan.
* Belum dapat merangkak
atau mengesot dan ditarik ke posisi berdiri pada
umur 12-13 bulan.
* Belum berjalan sendiri atau
dititah pada umur 18-21 bulan.
Motorik
halus:
* Tidak dapat memegang
benda yang diletakkan di tangannya pada usia 4-5
bulan.
* Tangan tetap terkepal
erat sampai usa 4-5 bulan.
* Tidak dapat memegang
benda dengan satu tangan pada umur tujuh bulan.
* Tidak dapat
memindahkan benda kecil ke dalam gelas sampai usia 6-7
bulan.
* Tidak dapat menyusun
tiga kubus pada umur dua tahun.
* Tetap memasukkan
benda ke mulut disertai sekresi air liur sampai usia 2
tahun.
Bicara:
* Enam bulan mata tidak
melirik dan kepala tidak menoleh pada sumber
suara dari samping atau belakang.
* 10 bulan tidak
merespons terhadap panggilan namanya.
* 15 bulan tidak
mengerti terhadap kata-kata.
* 18 bulan tidak dapat
mengucapkan 10 kata.
* 21 bulan tidak
merespons perintah duduk, diri, kemari.
* 24 bulan tidak dapat
menunjuk dan menyebut bagian tubuh seperti mata
atau hidung, teliga, mulut.
* 12 bulan tidak
menunjukkan babling, menunjuk atau mimik yang baik.
* Tidak ada kata pada
16 bulan.
* Tidak ada dua kata
spontan pada umur dua tahun.
Kognitif:
* 2-3 bulan tidak
tertarik pada wajah ibunya.
* 6-7 bulan tidak
mencari benda yang jatuh.
* 8-9 bulan tidak
berminat dengan permainan ciluk ba.
* 12 bulan tidak
mencari benda yang disembunyikan.
* Dua tahun tidak bisa
mengelompokkan benda berdasarkan kesamaan seperti
hewan, kendaraan.
* Tiga tahun tidak bisa
menyebutkan nama diri.
* Empat tahun tidak bisa
menghitung secara berurutan.
* Lima tahun tidak
mengetahui warna.
* 5,5 tahun tidak
mengetahui hari lahir dan alamat.
Interaksi
sosial:
* Tiga bulan tidak ada
senyum sosial.
* 6-8 bulan tidak
tertawa saat diajak bermain.
* 12 bulan sulit
ditenangkan, tidak suka didekati/dipeluk.
* 24 bulan mudah
mengamuk tanpa sebab, tidak ada kontak mata dengan
anak lain atau orang dewasa.
* 3-5 tahun tidak disiplin, tidak mau
bermain dengan anak lain.
D.
Faktor-faktor
Penyebab Gangguan Pada Perkembangan Anak
Terdapat
beberapa faktor penyebab permasalahan pada anak, baik yang bersifat intrinsik (berasal dari diri anak
sendiri) maupun ekstrinsik (berasal dari luar diri anak). Secara umum,
faktor-faktor tersebut adalah:
1. Pembawaan,
yakni anak dengan semua keadaan yang ada
pada dirinya;
2. Lingkungan
keluarga, mencakup pola asuh orang tua, keadaan sosial ekonomi keluarga, dan
lain-lain;
3. Lingkungan
sekolah, meliputi cara mengajar guru, proses belajar mengajar, alat bantu,
kurikulum, dan lain-lain);
4. Masyarakat,
mencakup pergaulan, norma, adat istiadat, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masalah
yang sering timbul dalam perkembangan
anak meliputi:
1. Gangguan
pertumbuhan fisik,
2. Gangguan
perkembangan motorik,
3. Gangguan
perkembangan bahasa,
4. Gangguan
perkembangan emosi, dan perilaku.
Secara
umum, faktor-faktor penyebab terjadinya gangguan pada perkembangan anak adalah:
1. Pembawaan,
yakni anak dengan semua keadaan yang ada
pada dirinya;
2. Lingkungan
keluarga, mencakup pola asuh orang tua, keadaan sosial ekonomi keluarga, dan
lain-lain;
3. Lingkungan
sekolah, meliputi cara mengajar guru, proses belajar mengajar, alat bantu,
kurikulum, dan lain-lain);
4. Masyarakat,
mencakup pergaulan, norma, adat istiadat, dan lain-lain.
B. SARAN
Gangguan pertumbuhan
dan perkembangan merupakan
masalah yang banyak dijumpai di masyarakat, sehingga
sangatlah penting apabila semua komponen
yang terlibat dalam tumbuh
kembang anak, yaitu orang tua, guru, dan masyarakat
dapat bekerja sama dalam melakukan pemantauan
sejak dini. Tujuan
akhir dari pemantauan
dini gangguan tumbuh kembang
anak ini tentunya
adalah harapan kita
dalam terwujudnya generasi harapan
bangsa yang lebih baik dan berkualitas. Penting bagi para orang tua dan guru
untuk memahami gangguan-gangguan anak
agar dapat meminimalkan kemunculan dan dampak gangguan tersebut serta
mampu memberikan upaya bantuan yang
tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Chamidah, A. N. 2012. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak.(Online),http://eprints.uny.ac.id/4226/2/deteksi_dini_gangguan_tumbang.pdf,
diakses 11 Januari 2014.
Fazriyati,
W. 2013. Deteksi Dini Gangguan Sensorik
Motorik Anak. (Online), http://health.kompas.com/read/2013/09/30/0942049/Deteksi.Dini.Gangguan.Sensorik.Motorik.Anak.
diakses 18 Januari 2014.
---------.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Jilid 3.
(Online). http://www.kamusbesar.com/11568/gangguan. diakses 19 Januari 2014.
Nuryanti,
L. 2008. Psikologi Anak. Jakarta: PT
Indeks.
Soepardi, E. A. dan Iskandar, N (ed).
2000. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok.
Edisi ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Soetjiningsih. 2003. Perkembangan Anak dan Permasalahannya.
Jakarta: EGC.
Tanuwijaya, S. 2003. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Jakarta:
EGC
Widyastuti, D, dan Widyani, R.
2001. Panduan Perkembangan Anak
0 Sampai 1
Tahun. Jakarta: Puspa Swara.
Wiramihardja,
S, A. 2007. Pengantar Psikologi Klinis.
Bandung: PT. Refika Aditama.
0 komentar:
Post a Comment