BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
adalah proses memproduksi sistem nilai dan budaya ke arah yang lebih baik, antara lain dalam
pembentukan kepribadian, keterampilan
dan perkembangan intelektual siswa.
Barnawi & Arifin (2012:53) menyatakan bahwa pendidikan
yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu
mengembangkan potensi peserta didik sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi
dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Dalam lembaga
formal proses reproduksi
sistem nilai dan budaya
ini dilakukan terutama
dengan mediasi proses
belajar mengajar sejumlah mata
pelajaran di kelas.
Proses belajar mengajar merupakan aktivitas antara guru dengan siswa di
dalam kelas. Dalam proses itu terdapat proses pembelajaran yang berlangsung
akibat penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses
belajar mengajar yang baik adalah proses belajar yang dapat mengena pada
sasaran melalui kegiatan yang sistematis dan untuk itu sangatlah diperlukan
keaktifan guru dan siswa untuk menciptakan proses belajar mengajar yang baik tersebut.
Dalam proses
belajar
mengajar, strategi sangat dibutuhkan oleh guru dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Strategi merupakan cara atau keinginan guru dalam membawa siswa
menuju target yang diinginkan secara tepat.
|
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, ada empat
strategi dasar dalam belajar mengajar. Strategi itu adalah (1) mengidentifikasikan serta menetapkan spesifikasi
dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian siswa seperti yang
diharapkan; (2) memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi
dan pandangan hidup masyarakat; (3) memilih dan menetapkan prosedur, metode dan
tehnik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat
dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan pembelajaran; dan (4) menetapkan
norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar
keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam mengevaluasi kegiatan belajar mengajar
yang selanjutnya dijadikan umpan balik untuk kepentingan kegiatan pembelajaran.
Konstruktivistik merupakan salah satu landasan berpikir pendekatan pengajaran dan pembelajaran
kontekstual atau contextual teaching and
learning (CTL), yaitu
pengetahuan yang dibangun oleh siswa sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit). Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu, memberi makna melalui
pengetahuan itu, kemudian memberi makna melalui pengalaman nyata. Esensi dari
teori konstruktivistik adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan
mentranformasikan situasi kompleks ke situasi lain dan apabila dikehendaki,
informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Dengan dasar tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi proses
“mengkonstruk” bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran siswa
membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses
belajar mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.
Konstruktivistik
menekankan pada prinsip belajar yang berpusat pada siswa (student center). Siswa harus menjadikan informasi itu sebagai
miliknya sendiri.
Dalam hal ini
guru tidak dapat hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa,
melainkan siswalah yang harus membangun pengetahuan di dalam benaknya.
Berdasarkan
pemaparan di atas, sudah diketahui bahwa konstruktivistik merupakan salah satu
landasan berpikir pendekatan pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL). Penulis merasa hal tersebut lebih
baik untuk dikaji lebih mendalam pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis
berusaha memaparkan pendekatan konstruktivistik dan pendekatan kontekstual.
silahkan download disini makalahnya.
0 komentar:
Post a Comment