Saturday, July 9, 2016

LAPORAN BUKU "PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH"

Posted by Sampai Mati Harus Belajar On July 09, 2016 | No comments

BAB I
IDENTITAS BUKU



A.    Judul Buku
Pendidikan Karakter Di Sekolah

B.     Penulis
Moh. Said

C.    Penerbit
PT JePe Press Media Utama (Jawa Pos Group)
Jl. Karah Agung 45 Surabaya

D.    Kota Terbit
Surabaya

E.     Jumlah Halaman
129 lembar

F.     Tahun Terbit
Tahun 2011

G.    Riwayat Singkat Penulis
Drs. Moh. Said adalah seorang guru yang telah memulai kariernya sejak Januari 1957 di SMA B/C Negeri Pontianak Kalimantan Barat. Pada tahun 1961 pindah ke SMA ABC Negeri di Cirebon dan kemudian tugas belajar di IKIP Bandung. Penulis diangkat menjadi guru SMA Negeri di Surabaya sampai pensiun tahun 2000. Sejak lama penulis aktif dalam memberikan training baik di dalam negeri (ITB, IPB, IKIP Surabaya, IKIP Jogjakarta, juga terlibat dalam Pembaharuan Pendidikan PPSP Surabaya), menjadi anggota Tim Evaluasi Nasional dalam lingkungan Puskur Jakarta, dan lain-lain. Sejak tahun 2000 penulis berkiprah di lembaga pendidikan Lukmanul Hakim (Surabaya) sebagai tim R&D. Kemudian bergabung dengan KPI (Kualita Pendidikan Indonesia) tahun 2002-2008, menatar hampir di seluruh Indonesia. Pengalaman penulis sebagai trainer dan supervisor di seluruh Indonesia memperkaya wawasan dan pengalamannya. Pernah training di luar negeri diantaranya di Australia, Malaysia, Singapura, Jepang, dan terakhir di Inggris. Semua pengalaman ini berakumulasi dalam tulisan yang dibuatnya. Sampai sekarang penulis masih aktif mengajar kimia di Sekolah Internasional di Surabaya.
Jabatan yang pernah dipegangnya diantaranya ialah Ketua Jurusan Kimia-Unesa, Dekan FPMIPA UNESA (1986-1989), Kepala R&D-PPSP Surabaya, Kepala Sekolah SD Al-Falah Darussalam (2004-2006), Asisten Direktur Lembaga Pendidikan Al-Falah As-Salam (2007-2008), Tim ahli KPI (2008-2009), dan sampai sekarang masih aktif memberikan training dan mengajar kimia.



BAB II
ISI BUKU


A.    KARAKTER
Karakter adalah ciri khas seseorang sehingga menyebabkan ia berbeda dari orang lain secara keseluruhan (Sastrowardoyo, Kamus Ilmu Jiwa). Sedangkan J.P Chaplin mengatakan bahwa karakter atau fiil, hati, budi pekerti, tabiat adalah suatu kualitas atau sifat yang tetap terus-menerus dan kekal yang dapat dijadikan cirri untuk mengidentifikasikan seorang pribadi, suatu objek atau kejadian.
Karakter artinya mempunyai kualitas positif seperti peduli, adil, jujur, hormat terhadap sesama, rela memaafkan, sadar akan hidup berkomunitas, dan sebagainya. Kita sebut semua ini adalah ciri karakter. Karakter ini lebih banyak menyangkut nilai-nilai moral.
Kita dapat memperkokoh kebiasan-kebiasaan yang bermanfaat dengan melatihnya berulang-ulang, sebagaimana kita juga dapat menjauhkan diri dari kebiasaan-kebiasaan yang membahayakan.
Kebiasaan adalah sesuatu yang biasa kita lakukan misalnya bekerja tepat waktu, disiplin, kerja keras, dan sebagainya. Kebiasaan-kebiasaan ini dapat berupa sesuatu yang dapat diamati seperti ke suatu tempat tertentu, duduk di tempat tertentu, atau makan makanan tertentu. Tetapi dapat juga berupa sikap, karakter, perilaku, atau perasan periang, optimis, menghormati orang lain, dan sebagainya.
Sebagai contoh kebiasan membaca secara bebas. Jika kebiasan membaca dianalisis, tiga unsure yang saling terkait pada kebiasaan membaca:
1.      Pengetahuan yang bersifat teoritis mengenai perbuatan membaca.
2.      Motivasi atau kecenderungan untuk membaca (tujuan membaca).
3.      Keahlian atau kemampuan untuk membaca dengan baik (teknis cara membaca).
Pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan manusia. Dengan katalain, pendidikan merupakan suatu upaya secara sengaja dan terarah untuk “memanusiakan” manusia. Melalui pendidikan manusia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan “sempurna” sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia serta memelihara sekelilingnya secara baik dan bermanfaat.
Pendidikan Islam terdiri atas 7 unsur, yaitu:
1.      Pendidikan Keimanan
2.      Pendidikan Moral
3.      Pendidikan Fisik atau Jasmani
4.      Pendidikan Rasio atau akal
5.      Pendidikan Kejiwaan
6.      Pendidikan Sosial/Kemasyarakatan
7.      Pendidikan Seksual
Beberapa pakar menyatakan bahwa kunci sukses keberhasilan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas karakter masyarakatnya. Karakter yang dimaksud adalah karakter yang kondusif untuk bias maju, yaitu yang disebut oleh Francis Fukkuyama sebagai modal social. Jadi, keberhasilan suatu bangsa bergantung pada modal social, bukan oleh kayanya sumber daya alam, luasnya geografis, atau banyaknya jumlah penduduk semata. Contohnya Singapura, suatu negara yang kecil dan tak punya sumber daya alam, tetapi bias menjadi sebuah negara yang maju.
Negara yang mempunyai modal social tinggi, masyarakatnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1.      Rasa kebersamaan tinggi.
2.      Rasa saling percaya baik vertical maupun horizontal tinggi
3.      Rendahnya tingkat konflik
Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa yang sangat menentukan bagi pembentukan karakter seseorang. Para pakar menyatakan kegagalan penanaman karakter pada seseorang sejak usia dini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Selain itu, menanamkan moral pada generasi muda adalah usaha yang strategis mengingat 20 hingga 30 mendatang generasi muda inilah yang akan memegang komando Negara. Oleh karena itu, penanaman moral melalui pendidikan karakter sedini mungkin adalah kunci utama untuk dapat keluar dari permasalahan yang terjadi saat ini dalam kaitannya dengan masa depan bangsa kita.
Perilaku manusia dikendalikan oleh otaknya. Perilaku yang tidak baik seperti tawuran, pelemparan kampus, atau supporter yang melampiaskan kekalahan tim dengan merusak fasilitas umum, menandakan bahwa pikiran yang ada di dalam otak mereka adalah hal-hal yang tidak baik. Penyebabnya adalah pendidikan karakter yang kurang dan akhirnya lingkungan lebih berperan dalam pembentukkan karakternya. Apabila lingkungan yang baik, maka dia akan terselamatkan dan begitu juga sebaliknya karena otak manusia tidak dapat membedakan informasi yang baik dan yang buruk. Seluruh informasi yang masuk ke otak, baik atau buruk akan diterima seluruhnya oleh otak. Oleh karena itu, pendidikan karakter (membentuk akhlak mulia) sejak usia dini sangat diperlukan.

B.     PENDEKATAN DAN PRINSIP PENDUKUNG PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER
Dalam rangka meningkatkan keberhasilan peserta didik untuk membentuk mental, moral spiritual, personal, karakter, dan sosial, maka dalam penerapan pendidikan karakter dapat digunakan berbagai pendekatan, yaitu:
1.    Pendekatan Penanaman Nilai
Guru pelu membangun kekuatan hubungan antara guru dan siswa. Ini akan membentuk kepercayaan dan penghormatan dalam hubungan guru dan siswa. Siswa terbebas dari ganjalan hati, suasana belajar jadi menyenangkan, serta penanaman nilai-nilai menjadi lebih mudah dan efektif.

2.    Pendekatan Perkembangan Moral Kognitif
Pendekatan ini menekankan pada berbagai tingkatan dari pemikiran moral. Guru dapat mengarahkan anak dalam menerapkan proses pemikiran moral sehingga peserta didik akan sadar hokum, melayani kehendak sendiri, menuruti peranan yang diharapkan, menuruti dan menaati otoritas, berbuat untuk kebaikan orang banyak, dan bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip etika universal dengan cara mendemonstrasikan suatu permainan, melakukan diskusi kelompok, dan menarik kesimpulan.
3.    Pendekatan Analisis Nilai
Pendekatan ini menekankan agar peserta didik dapat menggunakan kemampuan berpikir logis dan ilmiah dalam menganalisis masalah sosial yang berhubungan dengan nilai tertentu dengan cara diskusi terarah yang menuntut argumentasi, penegasan bukti, penegasan prinsip, analisis terhadap kasus, debat, dan penelitian.
4.    Pendekatan Klarifikasi Nilai
Pendekatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan siswa untuk mengidentifikasi nilai-nilai orang lain, membantu siswa untuk mampu mengkomunikasikan secara jujur dan terbuka tentang nilai-nilai atau karakter mereka sendiri kepada orang lain, dan membantu siswa menggunakan kemampuan berpikir rasional dan emosional dalam menilai perasaan, nilai, dan tingkah laku mereka sendiri dengan cara bermain peran, simulasi, analisis mendalam tentang nilai atau karakter sendiri, diskusi kelompok, dan aktivitas yang mengembangkan sensitivitas kegiatan di luar kelas.
5.    Pendekatan Pembelajaran Berbuat
Tujuan pendekatan ini adalah mengembangkan kemampuan sehingga peserta didik dapat menyadari nilai-nilai atau karakter sendiri dan orang lain, mengembangkan kemampuan melakukan kegiatan sosial, mendorong melihat diri sendiri yang selalu berinteraksi dengan kehidupan dengan cara bermain peran, mengembangkan kemampuan berpikir logis dan ilmiah, mengembangkan kemampuan menganalisis kemampuan sosial yang berhubungan dengan karakter tertentu, metode proyek, praktik hidup bermasyarakat, dan berorganisasi.
Prinsip pendukung penerapan pendidikan karakter meliputi 3 hal, yaitu:
1.      Cara mempertahankan sikap yang baik.
2.      Cara mencegah sikap atau perilaku yang tidak baik.
3.      Rambu-rambu penerapan.
Berikut ini merupakan karakter yang dapat dikembangkan untuk jenjang SD/MI.
1.      Taat kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.      Toleransi
3.      Disiplin
4.      Harga diri
5.      Tanggung jawab
6.      Potensi diri
7.      Cinta dan kasih saying
8.      Kebersamaan dan gotong royong
9.      Kesetiakawanan
10.  Saling menghormati
11.  Tata krama dan sopan santun
12.  Kejujuran
Seluruh peran guru atau fasilitator pendidikan karakter, menentukan apa yang menjadi tujuan pokok pembelajaran. Sehingga guru harus segera berusaha memadukan model pembelajaran yang dipilih. Pemaduan model pembelajaran inilah yang penting dihubungkan dengan tingkat konseptual. Conceptual learning adalah suatu tingkat struktur atau lingkungan dan tempat peserta didik beroperasi dalam kegiatan belajar dan berlatih.



C.    PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH I
Kesalahan umum yang sering dibuat guru ialah berpikir bahwa seorang siswa tidak dapat membuat hal yang luar biasa. Guru efektif perlu memenuhi tanggung jawab pertamanya dengan menerapkan fondasi emosi bagi semua pengajaran yang akan terjadi dengan menetapkan saling pengertian antara guru dan siswa. Hasil pembentukkan saling pengertian adalah meningkatkan rasa ama, perubahan pengalaman, dan perubahan tanggung jawab.
Pada kurikulum Depdiknas 2006, pendidikan budi pekerti atau karakter diintegrasikan dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan atau contoh, kegiatan spontan, teguran, pengkondisian lingkungan, kegiatan rutin dan dalam kegiatan yang diprogramkan.

D.    PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH II
Guru merupakan jembatan ilmu bagi peserta didik serta menjadi panutan atau model bagi peserta didik. Namun sangat disayangkan saat ini banyak terjadi penurunan mutu guru, rasa tanggung jawabnya kurang, dan karakternya mengecewakan. Hal yang menyebabkan guru stress antara lain: beban pekerjaan, tuntutan orang tua murid, tuntutan kemajuan ilmu, tuntutan persaingan mutu sekolah, kewajiban terhadap keluarga.
Untuk mengantisipasi dan sekaligus mengobati hal tersebut, solusinya adalah penguatan karakter dirinya. Selain itu juga guru harus dilatih: mengajar dengan Quantum Teaching, mengajar dengan Quantum Learning, mengajar menggunakan Multiple Intelligence, dilatih SAL (Student Active Learning), classroom Management, Brain Based Teaching, penetapan gaya belajar murid dan sebagainya.
Bagi sekolah-sekolah yang akan menerapkan pendidikan karakter, maka perlu mempersiapkan:
1.    Filosofi, dalam hal ini adalah Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
2.    Guru atau fasilitator, guru merupakan key-personal yang menentukan untuk uji coba pendidikan karakter.
3.    Sekolah, bagi sekolah yang menerapkan pendidikan karakter, setidaknya mam membuat kondisi sekolah mendukung kebutuhan sarana dan prasarana, ini menyangkut perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku, dan sumber belajar lainnya.
4.    Strategi, tidak ada sebuah perancangan tertulis tentang pendidikan karakter yang efektif. Namun ada beberapa prinsip utama yang harus dipegang, yaitu:
a.       Prinsip 1, kembangkan nilai-nilai etis ini karakter sebagai karakter yang baik.
b.      Prinsip 2, tetapkan yang dimaksud dengan karakter secara komprehensif mencakup berpikir, merasakan, dan berperilaku.
c.       Prinsip 3, gunakan pendekatan yang komprehensif, intesional, proaktif, dan efektif pada pengembangan karakter.
d.      Prinsip 4, ciptakan masyarakat peduli pendidikan karakter di sekolah.
e.       Prinsip 5, persiapkan siswa siap untuk pendidikan moral.
f.       Prinsip 6, cakuplah kurikulum akademik yang bermakna dan menantang.
g.      Prinsip 7, bekerja keraslah untuk membantu mendorong perkembangan motivasi diri siswa.
h.      Prinsip 8, libatkan staf sekolah sebagai masyarakat pembelajar moral yang membantu tanggung jawab pendidikan karakter.
i.        Prinsip 9, bantulah dukungan kepemimpinan moral dan dukungan jangka panjang prakarsa pendidikan karakter.
j.        Prinsip 10, libatkan anggota keluarga dan masyarakat sebagai partner dalam upaya membangun karakter.
k.      Prinsip 11, evaluasilah karakter sekolah, fungsi anggota staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan sejauh mana para siswa mampu menunjukkan karakter yang baik.

E.     PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER
Langkah yang dilakukan dalam penerapan pendidikan karakter adalah:
1.    Penetapan karakter yang akan diujicobakan.
2.    Mengajarkan pilar-pilar karakter dalam waktu 2 tahun di sekolah.
3.    Menggunakan kurikulum karakter (eksplisit) yang diterapkan dalam refleksi pilar.
4.    Menggunakan system “Pembelajaran Terpadu Berbasis Karakter”.
5.    Menggunakan teori MI dan DAP.
6.    Menerapkan co-parenting, dimana orang tua siswa diberitahu setiap awal pilar karakter dimulai.
Setiap pelaksanaan suatu uji coba program apapun perlu ada control. Maksudnya ialah untuk mengetahui apakah suatu percobaan yang dimaksud berjalan seperti yang direncanakan.
Implikasi dari diterapkannya standar kompetensi adalah proses penilaian yang dilakukan guru, baik yang formatif  maupun sumatif harus menggunakan acuan criteria atau patokan. Seorang pendidik karakter yang berhasil memiliki cirri sebagai berikut:
1.    Yang dapat meleburkan dirinya secara menyeluruh.
2.    Dapat membangun hubungan pribadi dengan murid-muridnya secara lebih total.
3.    Mempunyai kemampuan komunikasi secara efektif.
4.    Mampu mengelola emosinya dengan baik.
5.    Mampu menghidupkan suasana.

F.     DAMPAK PENDIDIKAN KARAKTER
Hasil studi untuk mengukur efektifitas program pendidikan karakter pada murid sekolah menunjukkan hasil sebagai berikut:
a.     Keinginan untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah meningkat.
b.    Berani mengekspesikan opininya di kelas.
c.     Mengerjakan tugasnya dengan mandiri dan percaya diri.
d.    Menerima kegagalan dengan cara yang positif.
e.     Berani melontarkan ide-ide kreatif untuk aktivitas di kelas
f.     Mengajukan pertanyaan kepada guru ketika tidak mengerti.
g.    Bisa mengambil keputusan dan menetukan tujuannya.
h.    Berperilaku seperti seorang pemimpin dalam kelompoknya.
Jadi, pendidikan karakter dapat memberikan kesehatan emosional sia anak dan ini dapat meningkatkan kemampuan kognitif, memberikan motivasi anak untuk belajar, dan selanjutnya untuk kesuksesan dalam bidang akademik.

G.    PENDIDIKAN KARAKTER YANG KOMPETEN
Ternyata pada guru-guru yang sukses dan dirindukan murid-murid ada beberapa factor, yaitu:
1.    Mengetahui perannya dengan jelas.
2.    Selalu membuat persiapan
3.    Selalu memulai dengan menyiapkan murid untuk menerima pelatihan dan pelajaran.
4.    Cara pembelajaran yang tepat.
5.    Teknik pembelajaran yang tepat.
6.    Strategi pembelajaran efektif.
7.    Keterampilan yang memadai.
Sederhana, tugas guru mencakup bimbingan kurikulum, evaluasi kemajuan pembelajaran, bimbingan dalam seni menjalani kehidupan, konseling dalam perencanaan kehidupan, dan pengembangan kreativitas serta potensi diri menghadapi perubahan sosial kemasyarakatan.
Ini nampaknya seperti alur produksi di pabrik hanya ini di pendidikan. Memang sekali lagi, desain uji coba ini harus dirancang jelas oleh si pencipta pendidikan karakter. Dengan jelasnya deain uji coba, maka control penerapan, pengukuran, langkah-langkah pendidikan, analisa hasil pengukuran, dan kemudian control terhadap langkah keseluruhan dapat secara cermat dilakukan dan ini semua terletak pada si pencipta.
BAB III
ANALISIS ISI BUKU

Adapun kelebihan pada buku yang berjudul Pendidikan Karakter di Sekolah ini secara garis besar, adalah:
1.      Sangat bagus dan menarik. Isinya dipaparkan dengan jelas dan detail sehingga pembaca dapat memahami apa yang dibahas oleh penulis.
2.      Susunan penulisan atau sistematikanya sudah sangat bagus, runtut dan sarat makna.
3.      Desain buku sangat menarik karena terdapat ornament-ornamen yang unik dalam setiap lembarnya sehingga pembaca tidak merasa jenuh sewaktu melihat tulisannya.
4.      Pembahasan dalam buku ini mengambil beberapa pendapat ahli dan beberapa hasil penelitian sehingga menambah kekuatan isi buku.
5.      Pembaca bisa mengetahui ahli–ahli yang berpendapat tentang pendidikan karakter sehingga menambah pengetahuan dari berbagai sudut pandang.
6.      Terdapat pepatah dan kata-kata motivasi, untuk memberikan motivasi kepada pembaca.
Untuk kelemahan dari buku yang berjudul Pendidikan Karakter ini adalah:
1.      Hanya cocok untuk pembaca muslim karena didalamnya diselipkan beberapa hadist. Sebaiknya jangan diselipkan hadist karena buku ini bisa saja dibaca oleh kalangan non muslim.

2.      Terlalu banyak tulisan, kurang menggunakan gambar atau skema. Hal ini menyebabkan pembaca jenuh harus membaca tulisan yang terlalu panjang.

0 komentar:

Post a Comment

Blogroll

×

About