Friday, July 15, 2016

Teknik Pengumpulan Data Pada Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

Posted by Sampai Mati Harus Belajar On July 15, 2016 | No comments
           
            Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperiman, di rumah dengan berbagai responden pada suatu seminar, diskusi, di jalan. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data , misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.
Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan) interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya.
A.    Observasi
1.        Macam-macam Observasi
Nasution 1988 dalam (sugiono: 2013:226) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Selanjutnya Marshal 1995 menyatakan bahwa “ through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to theose behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.
Sanafiah 1999(dalam Sugino 2013: 226) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation) observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (over observation dan cover observation),dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation). Selanjutnya Spradley dalam sugino 2013 membagi observasi partisipasi menjadi empat, yaitu passive observation, moderate participation, active particivation, dan complete observation.
a.         Observasi partisipatif
Susan Stainback 1988 dalam (soegino 2013: 227) menyatakan “In participant observation, the researcher observer what people do, listent to what they say, and participates in their activities” dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisivasi dalam aktivitas mereka. Observasi ini digolongkan menjadi empat, yaitu :
1)   Partisipasi pasif (pasive participation): means the research is present at the scene of action but does not interact or participate. Dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
2)   Partisipasi moderat (moderate participation): mean that researcher maintains a balance between being insider and being outsider. Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif  dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.
3)   Partisipasi aktif (Active participation): means that researcher generally does what others in the setting do. Dalam observasi ini peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.
4)   Partisipasi lengkap (complete participation): means the researcher is a natural participant. This is the highest level of involvement. Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data.
b.    Observasi terus terang atau tersamar
Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.
c.       Observasi tak berstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan, peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
Dalam suatu pameran produk industri dari berbagai negara misalnya, peneliti belum tahu pasti apa yang akan diamati. Oleh karena itu peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik, melakukan analisis dan kemudian dibuat kesimpulan. Atau mungkin peneliti akan melakukan penelitian pada suku terasing yang belum dikenalnya, maka peneliti akan melakukan observasi tidak terstruktur.

2.    Tahapan observasi
Observasi dapat dilakukan oleh peneliti dengan melalui tahapan-tahapan.  Observasi  dapat terlaksana dengan baik apabila melalui alur seperti yang dikemukakan Spradley (dalam Sugiyono, 2011: 230) tahapan observasi ada tiga yaitu 1) observasi deskriptif, 2) observasi terfokus dan 3) observasi terseleksi.
a.    Observasi deskriptif
Observasi deskriptif dapat dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai obyek penelitian. Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti, peneliti perlu melakukan penjelajahan umum dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar dan dirasakan. Semua data direkam, hasil dari observasi ini disimpulkan dalam keadaan yang belum tertata. Observasi pada tahap ini sering disebut sebagai grand tour observation, dan peneliti menghasilkan kesimpulan pertama serta pada tahap ini peneliti dapat melakukan analisis domain.


b.    Observasi terfokus
Pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini tour observation, yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu. Peneliti dapat melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus. Selanjutnya peneliti dapat menghasilkan kesimpulan 2. 
c.    Observasi terseleksi
Observasi terseleksi dilakukan peneliti untuk menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci. Dengan melakukan analisis komponensial terhadap fokus, pada tahap ini peneliti telah menemukan karakteristik, perbedaan dan kesamaan antar kategori, serta menemukan antara satu kategori dengan kategori yang lain. Pada tahap ini diharapkan peneliti telah menemukan pemahaman yang mendalam atau hipotesis.

B.     Wawancara (interview)
1.    Macam-macam Interview/wawancara
Esterberg 2002 dalam Sugiyono 2013: 231 mendefinisikan interview sebagai berikut: “ a meeting of two person to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Dalam penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan interview kepada orang-orang ada di dalamnya. Esterberg 2002 mengemukakan beberapa macam wawancara yaitu:
a.    Wawancara terstruktur(structured interview)
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur inoi, setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.
b.    Wawancara Semi terstruktur(Semistructure Interview)
Jenis wawancara ini sudah termasuk indept interview, di mana dalam pelaksanannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melaksanakan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
c.    Wawancara tak berstruktur(unstructured interview)
Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanyaberupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.


2.    Langkah-langkah wawancara
Pada saat wawancara, peneliti perlu menyiapkan tahapan-tahapan wawancara. Lincoln and Guba (dalam Sugiyono, 2011:235), mengungkapkan ada tujuh langkah dalam penggunaa wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif yaitu:
a.    Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
b.    Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan
c.    Mengawali atau membuka alur wawancara
d.   Melangsungkan alur wawancara
e.    Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
f.     Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
g.    Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh

3.    Jenis-jenis pertanyaan dalam wawancara
Patton dalam Moeleong (2014:187) menggolongkan enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan :
a.    Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan pengalaman yang telah dialami oleh informan atau subyek yang diteliti dalam hidupnya, baik dalam kehidupan pada waktu masih kanak-kanak, selama di sekolah, di masyarakat di tempat kerja dan lainnya. Hasil dari wawancara ini, peneliti dapat mengkonstruksi profil kehidupan seseorang sejak lahir sampai akhir hayatnya.


b.    Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat
Ada saatnya peneliti ingin minta pendapat kepada informan terhadap data yang diperoleh dari sumber tertentu. Peneliti perlu menyiapkan pertanyaan yang akan disampaikan kepada informan berkenaan dengan pendapatnya tentang data tersebut.
c.    Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan
Mendapatkan data tentang perasaan orang yang sifatnya afektif lebih sulit dibandingkan mendapatkan data yang sifatnya kognitif maupun psikomotorik. Pada dasarnya perasaan orang yang sedang susah atau senang dapat terlihat dari ekspresi wajahnya. Oleh karenanya pertanyaan yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan seseorang menggunakan pertanyaan yang tidak langsung. Pada awalnya dilakukan percakapan yang biasa, dan lama-lama diarahkan pada pertanyaan yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan.
d.   Pertanyaan tentang pengetahuan
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan atau menggali pengetahuan informan terhadap suatu kasus atau peristiwa yang diketahui. Mereka ini dipilih menjadi narasumber karena diduga ia ikut terlibat dalam peristiwa tersebut.
e.    Pertanyaan yang berkaitan dengan indera
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan data atau informasi karena yang bersangkutan melihat, mendengar, meraba, dan mencium suatu peristiwa.
f.     Pertanyaan berkaitan dengan latar belakang atau demografi
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan latar belakang subyek dipelajari meliputi status sosial ekonomi, latar belakang pendidikan, asal usul,  tempat lahir, usia, pekerjaan dan yang lainnya. 


4.    Alat-alat wawancara:
Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti otentik telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka diperlukan bantuan alat-alat sebagai berikut.
a.    Fieldnote atau Buku catatan lapangan
Buku catatan lapangan berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data. Saat ini sudah banyak laptop atau netbook yang dapat digunakan untuk membantu mencatat data hasil wawancara.
b.    Tape recorder atau alat perekam suara
Tape recorder berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan. Penggunaan alat perekam suara dalam wawancara perlu memberi tahu informan apakah boleh atau tidak.
c.    Camera
Alat ini digunakan untuk memotret ketika peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan informan/sumber data. Dengan adanya foto ini, dapat meningkatkan keabsahan penelitian akan lebih terjamin, karena peneliti betul-betul melakukan pengumpulan data.


C.     Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan perlengkapan dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dalam hal dokumen, Bodan (dalam Sugiyono 2013: 240) menyatakan :”In most tradition of qualitative research, the phrase, personal document is used broadly to refer to any first person narrative produced by an individual which describes his or her own actions, experience and belief”.
Hasil penelitian akan kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibelitas yang tinggi. Sebagai contoh banyak foto yang tidak mencerminkan keadaan aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan tertentu.

D.    Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari beberapa teknik pengumpulan data dan sumber pengumpulan data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibelitas data, yaitu mengecek kredibelitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
Triangulasi teknik, berarti peneiliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggabungkan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik sama.
Dalam hal triangulasi, Susan stainback 1988 dalam (Sugiyono 2013: 241) menyatakan bahwa “ the aim is not to determine the truth about same social phenomenon, rather the purpose of triangulation is to increase one’s understanding of what ever is being investigated”. Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.
Nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas),tidak konsisten atau kontradiksi. Oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas, dan pasti.


0 komentar:

Post a Comment

Blogroll

×

About