Wednesday, July 6, 2016

PENDEKATAN BEHAVIORIS UNTUK PEMBELAJARAN

Posted by Sampai Mati Harus Belajar On July 06, 2016 | No comments

A.      Masalah Definisi
Pendekatan behaviorisme merupakan pendekatan yang paling terkenal dalam pembelajaran. Behaviorisme muncul setelah abad pertengahan, sebagai hasil dari ilmu pengetahuan. Satu-satunya data manusia yang secara ilmiah bermanfaat adalah perilaku empiris dan terukur. Sedangkan ilmu pengetahuan lebih dari perilaku empiris yang dapat diukur. Hal inilah yang menjadi masalah pendekatan behavioristik.
Menurut Borger dan Seaborne (1966:16) memberikan definisi behavioris klasik bahwa belajar adalah ' kurang lebih perubahan permanen dalam perilaku yang merupakan hasil dari pengalaman'.
Dari awal, kita melihat bahwa ia berfokus pada pengukuran hasil perilaku pembelajaran, bukan dengan pengetahuan, sikap, nilai-nilai, keyakinan dan sebagainya.  Oleh karena itu,  pasti akan menjadi pendekatan yang sangat terbatas.  Dalam pendekatan ini, bukan hanya tindakan dapat diamati. Ini menyangkut segala bentuk respon terhadap stimulus yang dapat diukur, meskipun dalam bentuk perilaku berupa tanggapan  dianggap terukur.

B.       Teori Behavioristik
Secara singkat lima dari teori yang paling sering dikutip dalam literatur behavioris pembelajaran antara lain :

1.      Ivan Pavlov
Pavlov menggunakan anjing sebagai obyeknya. Penelitiannya menunjukkan bahwa anjing mengeluarkan air ludah saat melihat makanan kering. Jika bel terdengar, kemudian anjing diberi makanan maka mereka akan mengeluarkan air liur. Setelah hal ini dilakukan berulang-ilang, anjing-anjing mengeluarkan air ludah saat mendengar bel, bahkan sebelum makanan muncul. Oleh karena itu, dapat mengklaim bahwa anjing telah belajar untuk mengeluarkan air liur pada suara bel.
Pavlov disebut penyajian makanan stimulus berkondisi dan air liur respon terkondisi. Ia beranggapan asosiasi makanan dengan bel sebagai stimulus yang dikondisikan. Respon mengeluarkan air liur disebutnya respon terkondisi. Hal ini yang menjadi dasar dari pengkondisian klasik (classical conditioning).

2.      Edward L. Thorndike
Pada waktu yang sama seperti karya Pavlov di Rusia (akhir abad ke-19), Thorndike melakukan percobaan serupa di Amerika. Karyanya dengan kucing dan makanan. Dia menaruh kucing ke dalam kotak kucing yang memiliki tuas untuk membuka pintu, dan ditempatkan makanan di luar kandang. Kucing akan berusaha untuk mendapatkan makanan itu hingga akhirnya menekan tuas secara tidak sengaja dan pintu terbuka. Ketika percobaan diulang, Thorndike menemukan bahwa kucing secara bertahap belajar untuk mengasosiasikan tuas dengan membuka kotak, sehingga ia mendapatkan makanan lebih cepat. Oleh karena itu Thorndike mengusulkan hukum efek (law of effect) yang ditetapkan bahwa respon terhadap situasi yang diikuti oleh kepuasan akan diperkuat, tanggapan yang diikuti dengan rasa tidak nyaman akan melemah.
Dalam karya Thorndike percobaan awal dengan jenis trial (percobaan) and error (kegagalan) dalam pembelajaran yang terjadi di kehidupan sehari-hari, terutama ketika kita sedang mencari solusi untuk memecahkan masalah.

3.      John B. Watson
Watson adalah orang yang pertama kali menggunakan istilah 'behaviorisme'. Watson membantah adanya pikiran karena menurutnya pengalaman kognitif hanya dapat ditunjukkan dengan perilaku. Watson mengembangkan teori behaviorisme berdasarkan hasil penelitian Pavlov dan memperluas karyanya yang mirip dengan Thorndike. Ia mengusulkan dua undang-undang yang relevan dengan masalah hukum frekuensi dan hukum kebaruan. Yang pertama menunjukkan bahwa lebih sering stimulus dan respon berhubungan, semakin kuat akan menjadi kebiasaan. Yang kedua menegaskan bahwa respon yang terjadi baru-baru ini setelah stimulus adalah yang paling mungkin terkait dengan itu.

4.      B. Frederic Skinner
Seperti pendahulunya, Skinner bekerja dengan hewan dan makanan. Ia menemukan bahwa tikus akan belajar untuk menekan tuas untuk mendapatkan makanan. Dia menggunakan sebuah kotak yang sama dengan merpati. Kemudian, ia merumuskan dua hukum , yaitu  kondisi (conditioning) dan kepunahan (extinction). Pendahulunya menetapkan bahwa respon diikuti oleh stimulus penguat maka akan diperkuat dan lebih mungkin terjadi lagi. Negara-negara yang terakhir sebaliknya. Skinner dianggap sebagai pendiri pengkondisian operan (operant conditioning), yang bertentangan dengan pengkondisian klasik (classical conditioning) yang dirumuskan oleh Pavlov. Tidak seperti Watson, bagaimanapun, Skinner mengakui bahwa pikiran berperan penting dalam proses belajar manusia.

5.      Clark L. Hull
Pekerjaan Hull berpengaruh dalam behaviorisme selama beberapa tahun sejak ia mengusulkan bahwa ada intervensi variabel dalam persamaan stimulus-respon, seperti kekuatan kebiasaan untuk dilanggar dan kekuatan biologis (drive internal) yang memotivasi perilaku.  Dengan sedikit pengecualian, behaviorisme didasarkan pada penelitian yang berkonsentrasi pada stimulus dan respon pada hewan. Hasil penelitian pada hewan sering dikatakan berlaku untuk manusia. Pemberlakuan dari hewan ke manusia ini meragukan, karena penelitian tidak dilakukan dengan subyek manusia.

C.      Pengkondisian (Conditioning)
Dalam penelitian ini ada dua bentuk pengkondisian (conditioning), yaitu: pengkondisian klasik (classical conditioning), terkait dengan Pavlov, dan pengkondisian operan (operant conditioning), terkait dengan Skinner.
1.      Pengkondisian Klasik (Classical Conditioning)
Pengkondisian di sini merupakan proses di mana respon berkondisi (air liur) yang ditimbulkan tidak dari stimulus berkondisi (makanan) tetapi dari stimulus terkondisi (bunyi bel). Ketika respon yang ditimbulkan hanya dari stimulus terkondisi, itu dianggap sebagai respon terkondisi. Pembelajaran yang terkait dengan proses ini adalah asosiasi dari stimulus dikondisikan dengan stimulus berkondisi dan produksi hasil yang sama. Jelas pendekatan ini dapat berlaku pada manusia sama seperti halnya dengan binatang. Misalnya, siswa bisa belajar seperti subjek karena mereka tidak sadar mengasosiasikannya dengan seorang guru yang mereka sukai atau suasana yang menyenangkan di dalam kelas.
Mungkin dapat dikatakan bahwa bentuk pengkondisian tidak benar-benar belajar, itu hanyalah refleksif. Namun, beberapa psikolog kini mulai menunjukkan bahwa sebenarnya ada dimensi kognitif untuk proses karena asosiasi tidak hanya  antara stimuli tetapi antara representasi mental dari rangsangan, dan ini memungkinkan individu untuk memprediksi hasil.

2.      Pengkondisian Operan (Operant Conditioning)
Pada pengkonndisian operan, stimulus mempengaruhi respon dan hasil. Stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku.
Ada banyak bentuk penguat baik positif maupun negatif. Proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif) dapat mengakibatkan perilaku tersebut terulang kembali atau hilang sesuai dengan keinginan. Pujian adalah penguat positif sementara hukuman adalah salah satu penguat negatif.

D.      Pendidikan dan Pembelajaran
1.      Pembelajaran Trial and Error
Dalam pendidikan dan pembelajaran, pendekatan ini juga disebut pembelajaran penemuan atau pemecahan masalah. Pembelajaran trial and error  sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya ketika kita menghadapi situasi baru maka kita akan berusaha untuk mencari tahu bagaimana sikap terbaik yang harus dilakukan. Hal ini dapat diterapkan dalam pendidikan. Dengan pendekatan ini, pendidik memberikan kebebasan kepada siswa dalam melaksanakan eksperimen sehingga dapat menemukan sendiri hasilnya.

2.      Pengajaran Instrumental
Umumnya di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, hasil pembelajaran dilihat dari perilaku. Tujuan  perilaku yang diharapkan sering dikembangkan oleh sekolah dan perguruan tinggi melalui kursus dan kejuruan. Sehingga seorang pendidik harus merencanakan tujuan sebelum pembelajaran. Tujuannya untuk mengukur hasil perilaku.
Dalam pengajaran, pendekatan ini juga dapat dilihat sebagai indoktrinasi, karena guru mengontrol belajar siswa untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Guru dapat menggunakan penguat positif atau negatif untuk mendapatkan hasil yang baik.
Namun, bukan hanya moralitas yang bermasalah. Pendekatan ini menghasilkan hasil yang konvensional. Siswa menjadi bergantung pada mereka yang berwenang yang menentukan bahwa perilaku itu benar. Mungkin dalam jangka panjang pendekatan ini diklaim sangat tidak efisien apabila untuk pembelajaran karena belum mendorong peserta didik untuk berpikir sendiri, tetapi hanya untuk belajar agar sesuai dengan posisi yang diterima. Sehingga pendekatan ini hanya berlaku untuk terapi dan modifikasi perilaku. Keterampilan dapat melalui banyak metode, seperti trial and error, yang tidak mengambil kebebasan peserta didik, meskipun perilaku yang benar masih bisa diberi penguat positif.

E.       Kesimpulan
Pendekatan behavioris mengalami banyak perdebatan tentang perbedaan antara pendidikan dan pelatihan. Ada yang mendukung pendekatan ini, ada yang menyalahkan, dan ada juga yang menganggap bahwa pendidikan ini tidak hanya dapat diterapkan dalam dunia pendidikan tetapi juga sangat penting dalam dunia kerja dan rekreasi.
Di jaman ini, produk baru dianggap selalu lebih penting. Guru diharapkan memperoleh hasil pembelajaran yang cepat dan terukur. Seperti halnya Pendidikan Berbasis Kompetensi dan meningkatnya penekanan pada Kualifikasi Kejuruan Nasional yang berusaha untuk menilai tingkat kompetensi. Selain mengukur hasil, pengembangan ini juga memberikan kontribusi.

Dari pembahasan di atas, dapat dipahami bahwa pendekatan behavioristik yang merupakan pendekatan instrumental dalam pendidikan dan pembelajaran diperkenalkan dengan nilai dan moralitas yang meragukan. Ujung-ujungnya masyarakat menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hasil yang baik. Sehingga dapat dipahami bahwa Watson hanya memahami sebagian kecil dari manusia, yaitu hanya perilaku mereka. Padahal dalam waktu yang lama, pendidikan tidak hanya mengukur perilaku saja tetapi juga dari segi kognisi yang jelas bertentangan dengan teori Watson.

0 komentar:

Post a Comment

Blogroll

×

About