BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Salah satu masalah yang dihadapai dunia pendidikan kita
adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran anak
kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di
kelas lebih diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghapal informasi ; otak
anak dipaksa unbtuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut
memahami informasi yang di ingatnya itu untuk menghubungkannya dengan
kerhidupan sehari-hari. Akibatnya ketika anak didik kita lulus Dari sekolah mereka
hanya pintar secara teoritis tetapi miskin aplikasi.
Padahal tujuan dari
sebuah proses pendidikan adalah untuk
membentuk manusia yang cerdas, memiliki kemampuan memecahlan masalah hidup
serta untuk membentuk manusia yang kreatif dan inopatif.
Undang-undang Nomor
20 tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kescerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat bangsa dan negara.
Terdapat beberapa
hal yang sangat penting yang perlu kita kritisi dari konsep pendidikan menurut
undang-undang tersebut. Pertama pendidikan adalah usaha sadar dan terencana,
hal ini berarti proses pendidikan di sekolah bukanlah proses yang dilaksanaakan
secara asal-asalan dan untung-untungan, akan tetapi proses yang bertujuan
sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan pada pencapaian
tujuan. Kedua proses pendidikan yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran, hal ini berarti pendidikan tidak boleh
mengesampingkan proses belajar. Pendidikan tidak semata-mata untuk mencapai
hasil belajar akan tetapi bagaimana memperoleh hasil atau proses belajar yang
terjadi pada diri anak. Dengan demikian dalam pendidikan antara proses dan hasil
belajar harus berjalan secara seimbang. Pendidikan yang hanya mementingkan salah satu diantaranya
tidak akan membentuk manusia secara utuh.
Ketiga suasana
belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya, ini
berarti proses pendidikan itu harus berorientasi kepada siswa. Pendidikan
adalah upaya pengembangan potensi anak didik. Dengan demikian anak harus
dipandang sebagai organisme yang sedang berkembang dan memiliki potensi. Tugas
pendidikan adalah mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik, bukan
menjejalkan materi pelajaran atau memaksa agar anak dapat menghapal data dan
pakta.
Keempat akhir dari
proses pendidikan adalah kemampuan anak memiliki kekuatan spiritual, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, keterampilan yang diperlukan dirinya
masyarakat bangsa dan negara. Hal ini berarti proses pendidikan berujung kepada
pembentukan sikap pengembangan kecerdasasn atau intelektual, serta pengembangan
keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan. Ketiga aspek inilah (sikap,
kecerdasan dan keterampilan) arah dan tujuan pendidikan yang harus diupayakan.
Maka melihat tujuan dari sebuah pendidikana tepat sekali
jika kita menggunakan kurikulum yang disempurnakan atau KTSP. KTSP merupakan
singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dimana KTSP ini merupakan
upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih pamiliar dengan guru, karena
mereka banyak dilibatkan, diharapka memiliki tanggung jawab yang memadai.
Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan keharusan agar sistem
pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif. Hal ini tersebut juga
sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 35 dan
36.
Yang menekankan
perlunya peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara
berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Penyempurnaan juga dilakukan terhadap struktur kurikulum
yang meliputi jumlah mata pelajaran, beban belajar, alokasi waktu, mata
pelajaran pilihan dan muatan lokal, serta sistem pelaksanaanya, baik sistem
palet maupun sistem satuan kredit.
“KTSP adalah kurikulum operasiaonal yang disususn, dikembanagkan dan
dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya
dengan memperhatikan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 36 :
- Pengembangan kurikulum dilakukan
dengan mengacu pada standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
- Kurikulum pada semua jenjang dan
jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip dipersivikasi sesuai dengan
satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.
·
Kurikulum tingkat satuan
pendidikan dasar dan menengah dikembanagkan oleh sekolah dan komite sekolah
berpedoman pada standar kompetensi
lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat
oleh BSNP” ( Dr. Emulyasa,2006: 12).
Pemberlakuan KTSP pada mata pelajaran IPA bagi guru SD
selain dapat mendatangkan dampak positif juga dapat menimbulkan dampak negatif.
Dampak positifnya karena komponen-komponen dalam KTSP telah memberikan
pengetahuan baru mengenai bagaimana pengelolaan pembelajaran yang dapat menghasilkan autput berkualitas
sehingga lulusan dari sebuah sekolah dapat bertahan hidup. Misalnya menyangkut
mata pelajaran IPA guru menjadi lebih tahu bagaimana cara mengajarkannya kepada
siswa sehingga dapat mencetak siswa yang terampil dalam pelajaran IPA.
Adapun dampak negative dari pemberlakuan KTSP yaitu belum
tersosialisasinya dari pihak terkait tentang bagaimana cara pelaksanaan atau
penerapan KTSP di sekolah-sekolah terutama dalam mata pelajaran IPA.
Kelengkapan sarana juga menjadi penghambat pelaksanaan KTSP di sekolah terutama
sekolah dasar. Penulis sebagai guru kelas enam SD menyadari pentingnya
kesesuaian antara tuntutan standar kompetensi mata pelajaran IPA, pembelajaran
IPA seharusnya berkaitan dengan mencari tahu tentang hal-hal yang berkaitan
dengan alam secara sistematika bukan hanya berupa pakta, konsep ataupun data
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan dalam pemanfaatannya bagi khalayak
umum. Kendala untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan cara peningkatan
kualitas guru dengan menambah pengetahuan dalam pengelolaan pembelajaran IPA
agar sejalan dengan kurikulum yang
berlaku. Pembelajaran sains yang cenderung verbalistik karena metode mengajar
yang dilakukan oleh para guru hanya berupa teacher centered dengan metode
berupa ceramah murni. Penulis memperhatikan pembelajaran selama ini dalam mata
pelajaran IPA jauh dari seharusnya. Siswa hanya mendengarkan penjelasan guru
dan mencatat ringkasan-ringkasan konsep yang diberikan oleh guru. Adapun
sekali-kali guru menggunakan alat peraga namun alat peraga yang digunakannya
pun seadanya bahkan hal ini tidak melalui sebuah persiapan yang matang.
Pendeknya siswa dalam setiap pembelajaran IPA sangat pasif. Jarang bahkan belum
pernah siswa dibimbing dan diarahkan secara khusus dan terencana untuk
melakukan kegiatan keterampilan proses
atau kerja ilmiah IPA yang sangat mendasar. Dengan kata lain kegiatan praktikum
sangat asing bagi siswa di sekolah dasar. Beranjak dari keadaan pembelajaran
yang bermasalah ini penulis secara bertahap merancang suatu pembelajaran yang diharapkan dapat menjadi masukan dan
pengalaman baru yang bermanfaat bagi para guru dalam melakukan kegiatan
pembelajaran sehingga dapat menghasilkan siswa yang aktif kreatif dan inovatif
dalam pembelajaran IPA. Keinginan penulis dalam mencoba memperbaiki
pembelajaran IPA di SD sebagai mana dijelaskan terdahulu maka pada saat ini
dimulai dengan melakukan sebuah terobosan baru yang dituangkan dalam makalah
yang berjudul : ‘Aplikasi Model Contexstual Teaching And Learning Dalam Pembelajaran IPA Topik
Penggunaan Energi Listrik di Kelas VI Sekolah Dasar’
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
Makalah ini disusun
dari latar belakang pembelajaran Sains dikelas VI pada topik energi listrik.
Berdasarkan latar belakang yang dibahas diatas secara umum perumusan masalah
utama adalah bagaimanakah penggunaan contexstual teaching untuk meningkatkan
keterampilan siswa dalam pembelajaran Sains atau IPA dikelas VI SD ?’. Gagasan
penggunaan dibatasi pada pembelajaran IPA di kelas VI dengan topik penggunaan
energi listrik.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang
hendak dicapai dari kajian makalah ini yaitu menyampaikan salah satu bentuk
perencanaan pembelajaran IPA model contextual teaching and learning (CTL) untuk
meningkatkan keterampilanm siswa dengan topik energi listrik di kelas VI SD.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat
utama dari kajian makalah ini yaitu :
- Bagi guru kelas VI (penulis).
Memperoleh pengetahuan yang baru dan pengalaman dalam mengatasi
masalah pembelajaran sehingga penulis dapat mengembangkan hal tersebut untuk
mengatasi permasalahan-permasalahan pada mata pelajaran lainnya.
- Bagi guru atau kepala sekolah.
Diharapkan kajian makalah ini dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas
proses pembelajaran di SD serta mensosialisasikan tentang pelaksaaan
pembelajaran IPA yang sesuai dengan KTSP.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Konsep Dasar
Pembelajaran
1.
Mengajar
a. Mengajar Sebagai Proses Menyampaiakan Materi
Pelajaran
Kata teach atau mengajar berasal dari bahasa Inggris
kuno yaitu teacan. Kata ini berasal dari bahasa Jerman kuno yaitu taikjan. Kata
tersebut juga ditemukan dalam bahasa sansakerta. Dilihat dari asal katanya
berarti memperlihatkan sesuatu kepada seseorang melalui tanda atau symbol;
penggunaan symbol atau tanda ini dimaksudkan untuk membangkitkan atau menumbuhkan
respons mengenai kejadian, seseorang, observasi, penemuan dan lain sebagainya.
Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai suatu
proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses penyampaian
itu sering juga dianggap sebagai proses mentransper ilmu. Dalam konteks ini,
mentransper ilmu tidak diartikan dengan memindahkan atau dianalogkan dengan memindahkan uang
karena jika dianalogkan dengan memindahkan uang dari seseorang ke orang lain,
pasti jumlah uang yang dimiliki seseorang itu akan berkurang bahkan habis.
Menurut Dr. Wina Sanjaya (2007:94) menyatakan
bahwa “ Kata mentransper dalam konteks ini diartikan sebagai proses
menyebar luaskan”
Sebagai proses menyampaikan atau menanamkan ilmu
pengetahuan, maka mengajar mempunyai beberapa karakteristik :
- Preses pengajaran berorientasi
pada guru ( techer centered).
- Siswa sebagai objek.
- Kegiatan pengjaran terjadi pada
tempat dan waktu tertentu.
- Tujuan utama pengajaran adalah
penguasaan materi pelajaran.
b. Mengajar sebagai Proses Mengatur Lingkungan
Pandangan ini mengajar adalah proses mengubah perilaku .
dalam konteks ini mengajar tidak ditentukan oleh lamanya serta banyaknya materi
yang disampaikan, tetapi dari dampak proses pembelajaran itu sendiri. Biasa
saja terjadi guru hanya beberapa menit saja dimuka kelas, namun dari waktu yang
sangat singkat itu membuat siswa sibuk melakukan proses belajar, itu sudah
dikatakan mengajar.
Terdapat beberapa karakteristik dari konsep mengajar
sebagai proses mengatur lingkungan itu diantaranya :
- Mengajar berpusat pada siswa (
student Centered ).
- Siswa sebagai subjek.
- Proses pembelajaran berlangsung
dimana saja.
- Pembelajaaran berorientasi pada
pencapaian tujuan.
Dari konsep tentang mengajar ini sangat berkaitan erat
dengan pembelajaran IPA, karena dalam mata pelajaran IPA banyak dipelajari
tentang lingkungan alam yang berada disekitar lingkungan anak didik
2.
Belajar
Belajar dianggap sebagai proses perubahan prilaku sebagai
akibat dari pengalaman dan latihan Menurut Hilgard yang menyatakaan bahwa :
“ learning is the process by
wich an activity originates or changed through training prosedurs (wether in
the laboratory or in the naural en vironment) as distinguished from change by
factores not attributable to training.’(Dr. Winasanjaya, 2007:110).
Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan.
Belajar adalah proses mental yang terjadi didalam diri seseorang sehingga
menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktifitas mental ini terjadi karena
adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.
Proses belajar pada hahikatnya merupakan kegiatan mental
yang tidak dapat dilihat. Artinya proses perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan. Kita hanya mungkin dapat
menyaksikan dari adanya perubaha perilaku yang tampak.
Banyak teori yang
membahas tentang perubahan perilaku diantaranya :
1. Teori belajar menurut aliran behavioristik
Menurut aliran behavioristik pada
hakikatnya belajar adalah pembentukan asosiasi anatar pesan yang ditangkap
panca indera dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus
dan respon. Oleh karena teori ini dinamakan teori stimulus respon. Jadi belajar
adalah upaya membentuk stimulus dan respon sebanyak-banyaknya.
2. Teori belajar kognitif
Menurut
aliran kognitifisme belajar pada hakikatnya adalah bahwa belajar berpusat pada
tingkah laku manusia yang hanya dapat diamati sebagai akibat dari eksitensi
internal yang pada hakikatnya bersipat pribadi.
3. Strategi Pembelajaran
Strategi
pembelajaran adalah suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya / kekuatan .’(Dr.
Winawanjaya, 2007 :124’.
Dari pendapat
diatas kita dapat mengambil secara terperinci yang pertama penyusunan suatu
strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai kepada
tindakan, dua strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya arah
disemua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian
penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai pasilitas dan
sumber belajar semuanya diarahkan kepada upaya-upaya pencapaian tujuan.
Kemp (1995)
menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Menurut Dick en carey (1985) juga menyebutkan bahwa
startegi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang
digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
B. Model Pembelajaran CTL
Contextual Teaching
and Learning adalah suatu strategi pembelajran yang menekankan pada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari
dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan yang nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Dr. Wina Sanjaya, 2007
: 253).
Dari konsep diatas
ada tiga hal yang harus kita pahami,
1.
CTL menekankan pada proses
keterlibatan pada siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar
diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan
agar siswa hanya menerima pelajaran akan tetapi proses mencari dan menemukan
sendiri materi pelajaran.
2.
CTL mendorong agar siswa dapat
menemukan hubungan anatara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan
nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan
mengkorelasikan materi yang ditemukan dalam kehidupan nyata, bukan saja bagi
siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang
dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah
dilupakan.
3.
CTL mendorong siswa dapat menerapkan dalam
kehidupan nyata. Artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami
materi yang dipelajarinya tetapi juga materi itu dapat mewarnai perilakunya
dalam kehidupan sehari-hari.
Sehubungan dengan hal ini terdapat lima karakteristik
penting proses pembelajaran menggunakan CTL.
1.
Dalam CTL proses pembelajaran
merupakan proses pengaktipan pengetahuan yang sudah ada.
2.
Pembelajaran yang contextual
adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru.
3.
Pemahaman pengetahuan, artinya
pengetahuan yang diperoleh bukan hanya untuk dihapalkan tetapi untuk diyakini
dan dipahami.
4.
Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut dalam kehidupan siswa
sehingga tampak perubahan perilaku siswa
5.
Melakukan refleksi terhadap
strategi pengembangan pengetahuan.
CTL banyak dipengaruhi oleh filsafat kontruktivisme yang
mulai digagas oleh Mark Bald Win yang selanjutnya dikembangkan oleh Jean
Piaget. Pandangan pilsafat kontruktivisme tentang hakikat pengetahuan
mempengaruhi tentang konsep belajar. Bahwa belajar bukanlah sekedar menghafal
tapi proses kontruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah
hasil pemberian orang lain seperti guru, tapi dari proses mengkontruksi yang
dilakukan setiap individu. Piaget berpendapat bahwa setiap anak sejak kecil
sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan skema. Skema terbentuk
karena pengalaman. Pandangan Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan
itu terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap
beberapa model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran kontekstual.
Menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna manakala
dibangun dan ditemukan sendiri oleh siswa. Pengetahuan yang diperoleh dari
hasil pemberitahuan orang lain tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna.
Pengetahuan yang demikian akan mudah dilupakan dan tidak fiungsional.
Dari segi
psikologis CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran ini
proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan. Belajar
bukanlah peristiwa mekanisme seperti keterkaitan stimulus dan respon melainkan
melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi dan
kemampuan atau pengalaman. Ada beberapa asumsi yang mendasar tentang belajar
dalam konteks CTL.
- Belajar bukanlah menghapal akan
tetapi proses mengkontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang
mereka miliki.
- Belajar bukan sekedar mengumpulkan
pakta-pakta yang lepas.
- Belajar adalah proses pemecahan
masalah sebab dengan memecahkan masalah anak akan berkembang secara utuh.
- Belajar adalah proses pengalaman
sendiri yang berkembang secara bertahap dari yang sederhana menuju yang
kompleks.
- Belajar pada hakikatnya adalah
menangkap pengetahuan dari kenyataan.
C. Perbedaan CTL dengan pembelajaran konvensional
1. CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar,
artinya siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara
menemukan dan menggali materi sendiri sedangkan konvesional siswa ditempatkan
sebagai objek.
2. Pembelajaran CTL siswa belajar melalui
kegiatan kelompok sedangkan dalam pembelajaran konvesional siswa lebih banyak
belajar secara individual.
3. Dalam CTL pembelajaran dikaitkan
dalam kehidupan nyata secara riil, sedangkan dalam pembelajaran konvensional
pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak.
4. Dalam CTL kemampuan didasarkan
atas pengalaman sedangkan dalam pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh
melalui latihan-latihan.
5. Tujuan akhir dari pembelajaran CTL adalah
kepuasan diri sedangkan dalam pembelajaran konvensional adalah nilai atau
angka.
6. Dalam CTL tindakan atau perilaku
dibangun atas kesadaran diri sendiri sedangkan konvensional tindakan atau
perilaku individu didasarkan oleh paktor dari luar dirinya.
7. Dalam CTL pengetahuan yang
dimiliki setiap individu selalu berkembang
sesuai dengan pengalaman yang dialaminya. Sedangkan dalam pembelajaran
konvensional hal ini tidak mungkin terjadi.
8. Dalam pembelajaran CTL siswa bertanggung jawab
dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing sedangkan
dalam pembelajaran konvensional guru adalah penentu jalannya proses
pembelajaran.
9. Dalam pembelajaran CTL pembelajaran bisa
terjadi dimana saja dalam konteks dan seting yang berbeda sesuai dengan
kebutuhan. Sedangkanm dalam pembelajaran konvensional pembelajaran hanya
terjadi didalam kelas.
10. dalam pembelajaran CTL
keberhasilan pembelajaran di ukur dengan berbagai cara misalnya dengan evaluasi
proses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman, observasi dan sebagainya.
Sedangkan dalam pembelajaran konvensional keberhasilan pembelajaran biasanya di
ukur dengan test.
D. Peran Guru dan siswa dalam CTL
Terdapat beberapa hal bagi guru manakala mengugunakan
pendekatan CTL.
- Siswa dalam pembelajaran kontekstual
dipandang sebagai individu yang sedang berkembang, Peran guru disini
sebagai pembimbing siswa agar mereka belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
- Setiap anak memiliki kecenderungan
untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan. Guru berperan
dalam memilih bahan-bahan belajar
yang dianggap penting untuk dikaji
oleh siswa.
- Belajar bagi siswa adalah proses
mencari keterkaitan atau keterhubungan anatara hal-hala yang baru dengan
hal-hal yang sudah diketahui. Guru berperan untuk membimbing atau membantu
setiap siswa agar mampu menemukan keterkaitan antara pengalaman baru
dengan pengalaman sebelumnya.
- Belajar bagi anak adalah proses
menyempurnakan skema yang telah ada atau proses pembentukan skema baru.
Tugas guru adalah mempasilitasi atau mempermudah agar anak mampu melakukan
proses asimilasi dan proses akomodasi.
E. Asas-asas CTL
CTL suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas.
Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekastan CTL diantaranya :
- Konstruktivisme, yaitu proses
membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif
berdasarkan pengalaman.
- Inkuiri, yaitu proses pembelajaran
didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berepikir secara
sistematis.
- Questioning, yaitu dimana bertanya
dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu,
sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan seseorang dalam berpikir.
- Learnhing community, yaitu konsep
masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh
melalui kerja sama dengan orang lain, maksudnya dalam kelompok belajar
secara pormal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara ilmiah dimana
hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain.
- Modeling, yaitu proses pembelajarn
dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap
siswa.
- Reflektion, yaitu proses
pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara
mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang
telah dilalui (siswa diberi kesempatan untuk merenung atau mengingat kembali
apa yang telah dipelajari).
- Authentic Assessment, yaitu proses
yang dilakukan oleh guru untuk mengumpulkan inpormasi tentang perkembangan
belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui
apakah siswa belajar atau tidak.
F. Pola dan Tahapan pembelajaran CTL
Untuk mencapai
kompetensi yang sama dengan menggunakan CTL guru menggunakan langkah-langkah
pembelajaran seperti dibawah ini.
- Pendahuluan
(1). Guru menjelaskan kopetensi
yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi
pembelajaran yang akan dipelajari.
(2). Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL :
- Siswa dibagi adalam beberapa kelompok sesuai dengan
jumlah siswa.
- Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi.
- Siswa mencatat berbagai hal yang ditemukan melalui
observasi.
(3). Guru melakukan tanya jawab
sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.
b. Inti
(1). Dilapangan
- Siswa melakukan observasi dengan
memperhatikan lampu penerangan rumah
sesuai dengan pembagian tugas kelompok.
- Siswa mencatat
hal-hal yang ditemukan.
(2). Didalam kelas
- Siswa mendiskusikan hasil temuannya sesuai
dengan kelompoknya masing-masing.
- Siswa melakukan
percobaan membuat rangkain listrik sederhana.
- Setiap kelompok menjawab setiap
pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.
c. Penutup
- Dengan bantuan guru siswa
menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah listrik.
- Guru menugaskan siswa untuk
membuat rangkaian listrik untuk rangkaian batre.
BAB III
APLIKASI CTL DALAM PEMBELAJARAN IPA
Aplikasi dalam pembelajarn CTL IPA dalam makalah ini
hanya dibatasi pada pembuatan rencana pembelajaran dikelas VI SD dengan topik
penggunaan energi listrik. Rencana tersebut dimulai dengan mengkaji materi
pelajaran karakteristik pelajaran IPA kurikulim 2006 (KTSP) dan pedoman
penilaian. Berikut adalah hasil kajian dan aplikasinya dalam RPP.
A.
Wacana Tentang Energi Untuk Pembelajaran Sains SD
Ringkasan
Materi
Kegunaan Energi listrik dan Penghematan
Energi
Penggunaan
peralatan listrik saat ini semakin luas dan beragam. Mulai dari rumah dari
rumah tangga sampai industri. Dengan adanya listrik , beberapa aktifitas
manusia lebih mudah dilakukan. Didalam ruangan terdapat beberapa peralatan
rumah tangga yang menggunakan listrik misalnya televise, radio, tave recorder,
setrika, rice kooker, dispenser, VCD, berbagai mainan anak-anak yang
menggunakan energi listirk dan lain-lain. Contoh lain benda diruangan yang menggunakan
aliran listrik adalah lampu. Lampu tersebut berguna untuk menerangi rumah atau
ruangan. Dengan adanya lampu, kita dapat membaca pada malam hari dan melakukan
berbagai kegiatan yang lainnya.
Peralatan listrik
memberikan banyak kemudahan untuk kegiaatan segari-hari. Namun, jika kurang
dalam menggunakannya, dapat mengakibatkan pemborosan, baik poemborosan waktu
maupun biaya. Untuk itu hematlah penggunaan energi listrik supaya dapat
bertahan sampai lama.
B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Berikut ini adalah
contoh instrument Rencana Pembelajaran IPA dengan model Contextual Teaching and
Learning.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas / Semester : VI / II
Aspek : Energi dan
Perubahannya
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
A. Standar
Kompetensi
- Memahami pentingnya penghematan energi.
B. Kompetensi
Dasar
- Membuat suaru karya / model yang
menggunakan energi listrik (bel listrik/ alarm
/ model lampu lalu lintas / kapal terbang / mobil-mobilan / model penerangan
rumah).
C. Indikator
- Membuat suatu karya/model yang
menggunakan energi listrik (membuat
lampu penerangan sederhana).
D. Tujuan
Pembelajaran
- Siswa mampu membuat suatu karya /
model yang menggunakan energi listrik (pembuatan lampu penerangan sederhana).
E. Materi Pokok
Membuat alat listrik
sederhana
F. Sumber dan
Alat Pelajaran
- Sumber pelajaran
: Buku paket Lebih Dekat Dengan
Alam hal ;100-103
- Alat pelajaran :
Lingkungan sekitar, benda-benda didalam kelas.
G. Metode
Pelajaran
- Ceramah
- Tanya jawab
- Demonstrasi
- Diskusi
- Pengamatan
- Pemberian tugas.
H.
Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Mengkondisikan siswa pada suasana pembelajaran yang
efektif
b.Memberikan apersepsi melalui tanya
jawab tentang materi pelajaran sebelumnya.
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
- Siswa mengamati contoh dan
menyimak penjelasan tentang cara membuat suatu karya / model yang menggunakan
energi listrik (pembuatan lampu senter sederhana).
3. Kegiatan Akhir
a. Menyimpulkan materi pelajaran yang telah disampaikan.
b. Memberikan evaluasi
c. Memeriksa hasil evaluasi
d. Menganalisis hasil evaluasi
e. Mengadakan tindak lanjut.
I.
Penilaian.
- Bentu tes :
Tulisan, perbuatan, unjuk kerja.
- Jenis tes :
Esay
- Instrumen :
Kumpulan soal.
Lampiran I
Ringkasan Materi
Kegunaan Energi listrik dan Penghematan Energi
Penggunaan
peralatan listrik saat ini semakin luas dan beragam. Mulai dari rumah dari
rumah tangga sampai industri. Dengan adanya listrik , beberapa aktifitas
manusia lebih mudah dilakukan. Didalam ruangan terdapat beberapa peralatan
rumah tangga yang menggunakan listrik misalnya televise, radio, tave recorder,
setrika, rice kooker, dispenser, VCD, berbagai mainan anak-anak yang
menggunakan energi listirk dan lain-lain. Contoh lain benda diruangan yang
menggunakan aliran listrik adalah lampu. Lampu tersebut berguna untuk menerangi
rumah atau ruangan. Dengan adanya lampu, kita dapat membaca pada malam hari dan
melakukan berbagai kegiatan yang lainnya.
Peralatan listrik
memberikan banyak kemudahan untuk kegiaatan segari-hari. Namun , jika kurang
dalam menggunakannya, dapat mengakibatkan pemborosan, baik poemborosan waktu
maupun biaya. Untuk itu hematlah penggunaan energi listrik supaya dapat
bertahan sampai lama.
Cara membuat model lampu sederhana penerangan rumah.
* Alat dan bahan :
- Papan / kayu
-
satu buah tempat / dudukan
lampu kecil (bohlam).
-
Bohlam kecil
-
Baterai
-
Kabel
-
Paku / paku payung
-
Saklar
-
Gunting
-
Solatif
* Cara Kerja :
- Sediakan alat-alat dan bahan.
- Pasangkan
dudukan lampu kecil pada kayu / papan dengan dipaku.
-
Kemudian masukan bohlam pada
dudukan lampu
-
Sambungkan lampu, baterai dan
paku payung menggunakan kabel.
-
Sentuhkanlah penjepit kertas /
kawat sebagai saklar (stop kontak).
Lampiran II
Soal.
Kerjakanlah soal berikut ini dengan baik dan benar !
1.
Apa fungsi energi listrik dalam
kehidupan sehari-hari ?
2.
Sebutkan peralatan rumah tangga
yang menggunakan energi listrik ?
3.
Perlukan kita untuk menghemat
energi listrik ? Mengapa demikian !
4.
Tuliskan alat-alat yang
digunakan untuk merangakai lampu sebagai penerangan rumah !
5.
Bagaimana cara membuat model penerangan lampu sederhana sebagai penerangan di rumah !
Jawaban.
1
Sebagai penerangan,
menghidupkan alat-alat / mesin elektronik, kebutuhan peralatan rumah tangga
yang menggunakan energi lisstrik dan lain-lain
- Kompor listrik, kulkas, mesin
cuci, setrika listrik, Magic jar / rise cooker dan lain-lain.
- Perlu. Karena energi yang digunakan lebih sedikit dan
tahan lama. Kemudian dalam pemakaiannya supaya tidak terbentur oleh biaya
sehingga dapat meringankan biaya untuk pembayaran listrik.
- - Papan / kayu
-
satu buah tempat / dudukan
lampu kecil (bohlam).
-
Bohlam kecil
-
Baterai
-
Kabel
-
Paku / paku payung
-
Saklar
-
Gunting
-
Solatif
- - Sediakan alat-alat dan bahan.
- Pasangkan
dudukan lampu kecil pada kayu / papan dengan dipaku.
-
Kemudian masukan bohlam pada
dudukan lampu
-
Sambungkan lampu, baterai dan
paku payung menggunakan kabel.
-
Sentuhkanlah penjepit kertas /
kawat sebagai saklar (stop kontak)
Bobot setiap soal : 2
2 x 5 = 10
Lampiran III
LEMBAR KERJA SISWA
A. Petunjuk
1. Bergabunglah kamu dengan kelompok
belajar yang telah ditentukan
2. Perhatikan penjelasan guru.
3. Ambil alat dan bahan yang akan
digunakan untuk percobaan
4.
Lakukan percobaan sesuai dengan petunjuk
5. Kegiatan dilakukan dengan hati-hati
dan tertib.
B. Cara membuat model lampu sederhana penerangan rumah.
* Alat dan bahan :
- Papan / kayu
-
satu buah tempat / dudukan
lampu kecil (bohlam).
-
Bohlam kecil
-
Baterai
-
Kabel
-
Paku / paku payung
-
Saklar
-
Gunting
-
Solatif
C. Cara kerja :
- Sediakan alat-alat dan bahan.
- Pasangkan dudukan lampu kecil pada kayu /
papan dengan dipaku.
-
Kemudian masukan bohlam pada
dudukan lampu
-
Sambungkan lampu, baterai dan
paku payung menggunakan kabel.
-
Sentuhkanlah penjepit kertas /
kawat sebagai saklar (stop kontak).
1. a Setelah batre dihubungkan dengan satu buah
lampu maka lampu itu ….
|
b Hubungan batre dengan lampu dapat
digambarkan berikut ini (buat garis yang menghubungkan batre dan saklar sesuai
dengan hasil pengamatan).
- Setelah tuas
saklar diangkat maka …
Lampu
menyala
Lampu padam
- Jika lampu
dilonggarkan maka lampu …
Menyala
Padam
- Jika lampu
dikencangkan maka …
Menyala
Padam
- Setelah batre
dan lampu dirangkai seperti gambar 1 diatas maka lampu akan …
Menyala
Padam
Kunci Lembar Pengamatan
1.a. Menyala
|
b.
2. Padam
3. Padam
4. Menyala
5. Menyala
Keterangan :
lampiran terpisah untuk lembar analisis
0 komentar:
Post a Comment