BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
kajian IPS, sejarah ini terutama ditujukan pada pembahasan hidup dan kehidupan
manusia dalam konteks sosialnya. Oleh karena itu, pembahasan konsep sejarah di
sini lebih menitikberatkan pada sejarah sebagai salah satu bidang ilmu sosial
yang dapat dikonsepkan sebagai ilmu sejarah yang diperuntukkan bagi semua
pesrta didik pada setiap disiplin ilmu.
Melalui
pelajaran sejarah, diharapkan peserta didik dapat mengenali perkembangan
kehidupan umat manusia, baik masyarakat bangsanya maupun masyarakat
bangsa-bangsa lain. Diharapkan pula dapat memahami saling pengaruh yang terjadi
antara satu peristiwa dengan peristiwa lain serta saling pengaruh antar masyarakat
dan antar bangsa. Melaui pemahaman sejarah rasa kebangsaan semakin tebal dan
mengenali “benang merah” perjuangan bangsa serta menghidupkan atau menyajikan
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
masa lalu. Akan tetapi tidak semua peristiwa itu layak untuk disajikan, masalah
dapat dan tidak dapatnya peristiwa sejarah disajikan bergant peristiwa sejarah
disajikan bergantung pada keterhubungan masalah yang ada dalam hubungan konsep
disiplin ilmu sosial dalam kajian ilmu sosial yang ada.
Sejarah
merupakan suatu kontinuitas dan berlangsung dalam hubungan kausal. Suatu
peristiwa merupakan akibat dari peristiwa sebelumnya dan akan menjadi sebab
dari peristiwa selanjutnya. Untuk memahami akibat peristiwa yang ada perlu
dilandasi dengan pengetahuan sejarah dan konsep-konsep dasar sejarah menjadi
dasar bagi pengetahuan itu.
Pengertian sejarah berasal dari
bahasa Arab, yakni dari kata syajaratun yang memiliki arti pohon kayu.
Pengertian pohon kayu di sini adalah adanya suatu kejadian, perkembangan atau
pertumbuhan tentang sesuatu hal (peristiwa) dalam suatu kesinambungan
(kontinuitas). Ilmu sejarah sering dikaitkan dengan politik, padahal yang
sesungguhnaya ilmu sejarah itu memiliki arti yang cangkupannya dapat lebih luas
karena berhubungan dengan kejadian masyarakat di masa lalu yang dapat dilihat
dari segi ilmu-ilmu sosial lainnya, seperti sosiologi, antropologi budaya,
psikologi, geografi, dan ilmu ekonomi. Sehingga sejarah dan ilmu-ilmu sosial
saling berkaitan dalam pembahasannya sesuai kajian dan objek yang dipelajari .
Sejarah adalah studi tentang
kehidupan manusia di masa lalu. Para sejarawan tertarik dengan semua aspek
kegiatan manusia di masa lampau baik dalam bidang politik, ekonomi, hukum,
militer, sosial, keagamaan, kreativitas (seperti yang berkaitan dengan seni,
musik, arsitekur Islam, literatur), keilmuan dan intelektual. Hal itulah yang
membuat para ilmuwan mengkaji tentang sejarah di masa lampau mengenai berbagai
bidang kehidupan.
Adapun ilmu sejarah sendiri adalah
ilmu yang digunakan untuk mempelajari peristiwa penting masa lalu manusia.
Pengetahuan sejarah meliputi pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah
lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis.
Ilmu sejarah mempunyai cakupan yang
luas dalam pembahasanya. Hal ini dikarenakan kajiannya yang mencakup semua
bidang kehidupan dan keterhubungannya dengan ilmu-ilmu sosial yang lain. Oleh
karena itu, makalah ini akan membahas lebih dalam lagi mengenai pengertian,
ruang lingkup, dan konsep dasar sejarah.
B.
Rumusan Masalah
- Apa pengertian dari sejarah?
- Bagaimana ruang lingkup
sejarah?
- Bagaimana konsep dasar sejarah?
C.
Tujuan
1. Memahami
pengertian dari sejarah.
2. Mengetahui
ruang lingkup sejarah.
3. Mengetahui
konsep dasar sejarah.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sejarah
Istilah sejarah berasal dari bahasa
arab yakni syajarotun yang memliki arti pohon kayu. Pengertian pohon kayu
disini adalah adanya suatu kejadian, perkembangan atau pertumbuhan tentang
suatu hal (peristiwa) dalam suatu kesinambungan (kontinuitas). Selain itu, ada
pula peneliti yang menganggap bahwa arti kata syajarah tidak sama dengan kata
sejarah, sebab sejarah bukan hanya bermakna sebagai pohon keluarga, asal usul,
atau silsilah. Walaupun demikian, diakui bahwa ada hubungan antara kata syajarah
dengan kata sejarah, seseorang yang mempelajari sejarah berkaitan dengan
cerita, silsilah, riwayat, dan asal usul tentang seseorang atau kejadian
(Sjamsuddin 1996 dalam Dadang Supardan 2011:287).
Pengertian sejarah yang dipahami
sekarang ini dari alih bahasa Inggris, yakni history yang bersumber dari bahasa Yunanai kuno historia yang berarti belajar dengan
cara bertanya-tanya. Kata historia diartikan
sebagai telaah mengenai gejala-gejala (terutama hal ihwal manusia) dalam urutan
kronologis (Sjamsuddin 1996 dalam Dadang Supardan 2011:287).
Menurut
Dadang Supardan (2011:287), sejarah adalah cerita atau kejadian yang benar-benar telah terjadi pada masa
lalu. Hugiono dan P.K Poerwantana (1987:9) dalam Silvester Petrus Taneo (2009:2-62)
mendefinisikan sejarah sebagai berikut” Sejarah adalah gambaran tentang
peristiwa-peristiwa masa lampau yang dialami manusia, disusun secara ilmiah,
meliputi urutan waktu, diberi tafsiran dan analisis kritis sehingga mudah
dimengerti dan dipahami.” Sedangkan Sartono Kartodirdjo (1992:59) dalam
Silvester Petrus Taneo (2009:2-62) secara singkat mengkonsepkan “Sejarah
sebagai berbagai bentuk penggambaran pengalaman kolektif pada masa lampau”. Dan
pada sisi lain Ephrain Fischoff (Fairchild, H.P dkk:1982: 141) dalam Silvester
Petrus Taneo (2009:2-62) mengemukakan “ Sejarah adalah riwayat tentang masa
lampau atau suatu bidang ilmu yang menyelidiki dan menuturkan riwayat itu
sesuai dengan metode tertentu yang terpercaya.” Menurut Suhartono W.Pranoto
(2010:2), sejarah adalah ilmu pengetahuan dari subjek yang definit disyaratkan
oleh metode yang bebas dan teratur ata proses dan diatur dalam ketentuan yang
dapat diterima. Menurut Gilbert.J.Garraghan,S.J dalam Suhartono W.Pranoto
(2010:2), sejarah dapat dibedakan menjadi
1) kejadian masa lampau manusia; 2) catatan aktivitas masa lampau; 3)
proses dan teknik pembuatan catatan. Sejarah dapat memiliki
sifat ilmu-ilmu sosial, dan dapat kita harapkan bahwa dalam hal itu akan dapat
diperoleh kemajuan-kemajuan. Tetapi sejarah juga menaruh minat kepada masa
lampau demi masa lampau itu sendiri beserta manusia individual dan beserta tindakan
khusus manusia, karena manusia menarik hati sebagai manusia (Louis Gottschalk).
Bardasarkan
konsep-konsep yang telah dikemukakan tadi, kunci dalam pengertian sejarah
terletak pada masa lampau, baik berupa peristiwa, pengalaman kolektif maupun
riwayat masa lampau tersebut. Secara singkat sejarah itu berkenaan dengan
peristiwa masa lampau tentang kehidupan manusia dalam konteks sosialnya. Dalam
konteks tadi, peristiwa atau pengalaman kolektif atau riwayat masa lampau itu,
tidak hanya digambarkan ataupun dinarasikan sebagai suatu fakta, melainkan ditafsirkan
dan dianalisis, bahkan juga diteliti dengan menerapkan metode tertentu yang
sesuai. Oleh karena itu sejarah tidak hanya sebagai pengetahuan, melaikan
memenuhi syarat juga sebagai bidang ilmu. Dalam hal ini sejarah termasuk bidang
ilmu social.
B.
Ruang Lingkup Sejarah
Pengertian sejarah secara umum dari
para ahli ialah memiliki makna sebagai cerita atau kejadian yang benar-benar
telah terjadi pada masa lalu. Kemudian disusul oleh Depdiknas yang memberikan
pengertian sejarah sebagai mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan
nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan
dunia dari masa lampau hingga kini (Depdiknas,2003:1). Namun, yang jelas kata
kuncinya bahwa sejarah merupakan suatu penggambaran ataupun rekonstruksi
peristiwa, kisah, maupun cerita yang benar-benar telah terjadi pada masa lalu.
Pada umunya, para ahli sepakat untuk
membagi peranan dan kedudukan sejarah yang terbagi atas tiga (3) hal yakni,
sejarah sebagai peristiwa, sejarah sebagai ilmu dan sejarah sebagai cerita
(Ismaun, 1993: 277 dalam Dadang Supardan 2011:288). Untuk lebih rinci akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Sejarah
sebagai Peristiwa
Adalah sesuatu yang terjadi pada masyarakat manusia di masa lampau.
Pengertian sejarah sebagai peristiwa sebenarnya memiliki makna yang luas dan
beranekaragam. Keluasan dan keanekaragaman tersebut sama dengan luasnya
kompleksitas kehidupan manusia. Beberapa aspek kehidupan kita, seperti aspek
sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, politik, kesehatan, agama, keamanan, dan
sebagainya terjalin dalam peristiwa sejarah. Dengan demikian para ahli pun
mengelompokkan sejarah agar dapat memudahkan kita untuk memahaminya yaitu :
- Pembagian sejarah secara tematis; pembagian
sejarah atas beberapa tema. Contoh : sejarah politik, sejarah sosial,
sejarah kebudayaan, sejarah perekononiam, sejarah agama, sejarah
pendidikan dan sebagainya.
- Pembagian sejarah berdasarkan periode waktu;
sejarah Indonesia dimulai dari zaman prasejarah, zaman pengaruh
Hindhu-Budha, zaman pengaruh Islam, zaman kekuasaan Belanda, zaman
pergerakan nasional, zaman pendudukan Jepang, zaman kemerdekaan, zaman
revolusi fisik, orde lama, orde baru dan orde reformasi.
- Pembagian sejarah berdasarkan unsur ruang; dalam
sejarah regional dapat menyangkut sejarah dunia, tetapi ruang lingkupnya
lebih terbatas oleh persamaan karakteristik, baik fisik maupun sosial
budayanya. Contoh : sejarah Eropa, sejarah Asia Tenggara, sejarah Afrika
Utara dan sebagainya.
Sejarah
sebagai peristiwa sering pula disebut sebagai kenyataan dan serba objektif
(Ismaun, 1993:279 dalam Dadang Supardan 2011:288). Artinya, peristiwa-peristiwa
tersebut benar-benar terjadi dan didukung oleh evidensi-evidensi yang
menguatkan, seperti berupa saksi mata (witness) yang dijadikan
sumber-sumber sejarah (historical sources),
peninggalan-peninggalan (relics atau remains) dan catatan-catatan
(recods) (Lucey, 1984:27 dalam Dadang Supardan 2011:289). Selain itu,
dapat pula peristiwa itu diketahui dari sumber-sumber yang bersifat lisan yang
disampaikan dari mulut ke mulut. Menurut Sjamsudin (1996:78) dalam Dadang
Supardan 2011:289, ada dua macam sumber lisan. Pertama, sejarah lisan (oral
history), contohnya ingatan lisan (oral reminiscence), yaitu ingatan
tangan pertama yang dituturkan secara lisan oleh orang-orang yang diwawancarai
oleh sejarawan. Kedua, taridisi lisan (oral tardition), yaitu narasi dan
deskripsi dari orang-orang dan peristiwa-peristiwa pada masa lalu yang
disampaikan dari mulut ke mulut selama beberapa generasi.
2.
Sejarah sebagai Ilmu
Dalam pengertiannya, kita mengenal definisi sejarah yang bermacam-macam.
Berikut ini dikemukakan beberapa definisi sejarah yang akan dikemukakan oleh
sejarawan.
Bury (Teggart, 1960:56) dalam Dadang Supardan 2011:290, menyatakan sejarah
adalah ilmu, tidak kurang dan tidak lebih. Collingwood berpendapat bahwa
sejarah merupakan riset atau suatu inkuiri. Selanjutnya Collingwood menegaskan
sasran penyusunan sejarah adalah untuk membentuk pemikiran agar kita dapat
mengemukakan pertanyaan-pertanyaan dan mencoba menemukan jawaban-jawabannya
atau sejarah adalah sebuah pemikiran. Daniel dan Banks (Dadang Supardan
2011:290), mengemukakan sejarah adalah kenangan pengalaman umat manusia.
Kartodirjo (Dadang Supardan 2011:291), sejarah dapat didefinisikan sebagai
bentuk penggambaran pengalaman kolektif di masa lampau.
Sejarah dikategorikan sebagai ilmu karena dalam sejarah memiliki “batang
tubuh keilmuan” (the body of knowledge), metodologi yang spesifik.
Sejarahpun memliki struktur keilmuan tersendiri, baik dalam fakta, konsep,
maupun generalisasinya (Banks 1977:211-219;sjamsuddin, 1996:7-19 dalam Dadang
Supardan 2011:292). Kedudukan sejarah di dalam ilmu pengetahuan digolongkan ke
dalam beberapa kelompok.
- Ilmu sosial, karena menjelaskan perilaku sosial.
Fokus kajiannya menyangkut proses-proses sosial (pengaruh timbal balik
antara kehidupan aspek sosial yang berkaitan satu sama lainnya) beserta
perubahan-perubahan sosial.
- Seni atau art. Sejarah digolongkan dalam satra.
Herodotus (484-425 SM) yang digelari sebagai “bapak Sejarah” beliaulah
yang telah memulai sejarah itu sebagai cerita (story telling) dan
sejak saat itu sejarah telah dimasukkan kedalam ilmu-ilmu kemanusiaan
atau humaniora (Sjamsudin, 1996:189-190 Dadang Supardan 2011:292).
Sejarah dikategorikan sebagai ilmu humaniora, terutama karena dalam
memelihara dan merekm warisan budaya serta menafsirkan makna perkembangan
umat manusia. Itulah sebabnya dalam dalam tahap histografi dan eksplanasi,
sejarah memerlukan sentuhan-sentuhan estetika atau keindahan.
- Sejarah
sebagai Cerita
Dalam sejarah sebagai cerita merupakan suatu karya yang dipengaruhi oleh
subjektivitas sejarawan. Hal ini berarti sejarah memuat unsur-unsur dari
subjek, si penulis atau sejarawan sebagai subjek turut serta mempengruhi atau
memberi “warna” , atau “rasa” sesuai dengan “kacamata” atau selera (Kartodirjo,
1992:62 Dadang Supardan 2011:293). Oleh karena itu, tidak aneh jika sejarah
sebagai cerita sering disebut ”sejarah sebagai subyektif”.
Dilihat dari ruang lingkupnya terutama pembagian sejarah secara tematik,
Sjamsudin dan Burke mengelompokkannya dalam belasan jenis sejarah, yaitu
sejarah sosial, sejarah ekonomi, sejarah kebudayn, sejarah demografi, sejarah
politik, sejarah kebudayaan rakyat, sejarah intelektual, sejarah keluarga,
sejarah etnis, sejarah psikologi dan psikologi histori, sejarah pendidikan dan
sejarah medis (Dadang Supardan 2011:293).
C.
Konsep Dasar Sejarah
Sejarah merupakan cabang ilmu
pengetahuan yang mengkaji secara sistematis keseluruhan perkembangan proses
perubahan dinamika kehidupan masyarakat dengan segala aspek kehidupannya yang
terjadi di masa lampau. Masa lampau itu sendiri merupakan sebuah masa yang
sudah terlewati. Masa lampau selalu terkait dengan konsep-konsep dasar berupa
waktu, ruang, manusia, perubahan, dan kesinambungan atau when, where, who,
what, why, dan How.
Beberapa konsep yang dikembangkan
dalam ilmu sejarah seperti perubahan, peristiwa, sebab dan akibat,
nasionalisme, peradaban, perbudakan, waktu, feminisme, liberalisme, dan
konservatisme. Penjelasan mengenai konsep-konsep tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Perubahan
Konsep
perubahan merupakan istilah yang mengacu kepada sesuatu hal yang menjadi
“tampil berbeda”. Konsep tersebut demikian penting dalam sejarah dan
pembelajaran sejarah, mengingat sejarah itu sendiri pada hakikatnya adalah
perubahan. Perubahan merupakan konsep dasar yang penting dan mutlak maknanya
sebagai suatu dinamika kehidupan. Seorang futuris ternama Amerika Serikat Alvin
Toffler (1981) mengemukakan bahwa perubahan tidak sekedar penting dalam
kehidupan, tetapi perubahan itu sendiri adalah kehidupan.
2. Peristiwa
Konsep
peristiwa memiliki arti sebgaai suatu kejadian yang menarik maupun luar biasa
karena memiliki keunikan. Dalam penelitian sejarah, peristiwa selalu menjadi
objek kajian, mengingat salah satu karakteristik ilmu sejarah adalah mencari
keunikan-keunikan yang terjadi pada peristiwa tertentu, dengan penekanan pada
tradisi-tradisi relativisme.
Pembelajaran
suatu kajian terhadap peristiwa-peristiwa bagi peserta didik adalah penting,
bukan sekedar untuk memahami peristiwanya itu sendiri secara objektif, tetapi
dapat ditelusuri dengan baik tentang sebab, proses terjadinya dan dampak yang
ditimbulkan dari peristiwa itu sendiri.
3. Sebab dan Akibat
Istilah
sebab merujuk kepada pengertian faktor-faktor determinan fenomena pendahulu
yang mendorong terjadinya sesuatu perbuatan, perubahan, maupun peristiwa
berikutnya, sekaligus sebagai suatu kondisi yang mendahului peristiwa.
Sedangkan akibat adalah sesuatu yang menjadikan kesudahan atau hasil suat
perbuatan maupun dampak dan peristiwa.
4. Nasionalisme
Konsep
nasionalisme, secara sederhana memiliki arti rasa kebangsaan, dimana
kepentingan negara dan bangsa mendapat perhatian besardalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Menurut Kenneth Minogue mengemukakan bahwa nasionalisme pun
merupakan keyakinan bahwa pada hakikatnya setiap abngsa memiliki hak dan
kewajiban untuk membentuk dirinya sebagai negara.
5. Kemerdekaan/ Kebebasan
Konsep kemerdekaan atau kebebasan adalah nilai utama dalam kehidupan
politik bagi setiap negara dan bangsa maupun umat manusia yang senantiasa
diagung-agungkan, sekalipun tidak selamanya dipraktikkan. Arti penting
kemerdekaan ini dapat dilihat pada ketentuan yang mengatur hak-hak asasi
manusia, sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Hak-Hak Manusia Universal yang
disetujui dengan suara bulat oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
tanggal 10 Desember 1948.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, konsep kemerdekaan ini lebih
menitikberatkan pada komitmennya untuk menentukan nasibnya sendiri sebagai
bangsa yang berdaulat dan tidak terikat oleh bangsa dan negara manapun,
termasuk penjajah sekalipun.
6. Kolonialisme
Konsep
kolonialisme merujuk kepada bagian imperialisme dalam ekspansi bangsa-bangsa
Eropa Barat ke berbagai wilayah lainnya di dunia sejak abad ke-15 dan 16. Pada
puncak perkembangannya, kolonialisme merajalela pada abad ke-19. Dimana hampir
setiap negara di Eropa memiliki daerah jajahan di Asia, Afrika, dan Amerika.
Kolonialisme bermula dari serangkaian petualangan liar mencari kekayaan,
kejayaan, dan penyebaran agama.
7. Revolusi
Konsep revolusi menunjuk pada suatu pengertian tentang perubahan sosial
politik yang radikal, berlangsung cepat, dan besar-besaran. Revolusi terjadi
ketika berbagai kesulitan perang dan krisis keuangan negara berhasil diatasi,
namun memiliki institusi-institusi yang rentan terhadap revolusi. Skocpol yang
mengidentifikasi tiga ciri kelembagaan yang menyebabkan kerentanan revolusi
tersebut, yaitu:
- lembaga militer negara sangat
inferior terhadap militer dari negara-negara pesaingnya.
- elite
yang otonom mampu menentang atau menghadang implementasi kebijaksanaan
yang dijalankan pemerintah pusat.
- kaum
petani memiliki organisasi pedesaan yang otonom.
8. Fasisme
Konsep
fasisme atau facism adalah nama pengorganisasian pemerintah dan
masyarakat secara totaliter oleh kediktatoran partai tunggal yang sangat
memiliki rasa nasionalis yang sempit, rasialis, militeristis, dan
imperialis.
9. Komunisme
Pada dasarnya,
konsep dari istilah komunisme merujuk kepada setiap pengaturan sosial yang
didasarkan pada kepemilikan, produksi, konsumsi, dan swapemerintahan yang
diatur secara komunal atau bersama-sama.
10. Peradaban
Konsep
peradaban atau civilization merupakan konsep yang merujuk pada suatu
entitas kultural seluruh pandangan hidup manusia yang mencakup nilai, norma,
institusi, dan pola pikir terpenting dari suatu masyarakat yang terwariskan
dari generasi ke generasi (Bozeman dalam Hungtinton, 1998:41). Selain itu,
peradaban menunjuk kepada suatu corak maupun tingkatan moral yang menyangkut
penilaian terhadaptotalitas kebudayaan. Jadi, peradaban jauh melebihi luasnya
dari suatu kebudayaan yang saling mempengaruhi.
11. Perbudakan
Pada
hakikatnya, konsep perbudakan atau siavery adalah istilah yang
meggambarkan suatu kondisi dmana seseorang maupun kelompok tidak memiliki
kedudukan dan peranan sebagai manusia yang memiliki hak asasi sebagai manusia
yang layak.
12. Waktu
Konsep waktu
dalam hal ini (hari,tanggal, bulan, tahun, windu, dan ahad) merupakan konsep
esensial dalam sejarah. Begitu pentingnya mengenai waktu yang digunakan baik
pada riset historis dan empiris dalam prespektif kronologis, fungsional,
strukturalis, maupun simbolis. Secara alternatif, ilmuwan atau sejarawan dapat
menggunakan penempatan subjektif darisaat kemarin, sekarang, dan akan datang.
Mengenai pentingnya pemahaman tentang waktu, menurut Sztompka (2004: 58-59)
terdapat enem fungsi waktu, yaitu (a) sebagai penyelaras tindakan, (b) sebagai
koordinasi, (c) sebgai bagian dalam tahapan atau rentetan peristiwa, (d)
menempati ketepatan,(e) menentukan ukuran, (f) untuk membedakan suatu masa
tertentu dengan lainnya.
13. Fenimisme
Istilah
fenimisme adalah nama suatu gerakan emansipasi wanita dari subordinasi pria.
Menurut Maggie Humm (2000:354), semua gerakan feminis mengandung tiga unsur
asumsi pokok. Pertama, gender adalah suatu konstruksi yang menekan kaum wanita
sehingga cenderung menguntungkan pria. Kedua, konsp patriarki-dominasi kaum
pria dalam lembaga-lembaga sosial melandasi konstruk tersebut. Ketiga,
pengalaman dan pengetahuan kaum wanita harus dilibatkan untuk mengembangkan
suatu masyarakatnonseksis di masa mendatang.
14. Liberalisme
Konsep liberalisme mengacu kepada sebuah doktrin yang maknanya hanya dapat
diungkapkan melalui penggunaan kata-kata sifat yang menggambarkan nuansa-nuansa
khusus.
15. Konservatisme
Istilah konservatisme merujuk kepada
doktrin yang menyakini bahwa realitas suatu masyarakat dapat ditemukan pada
perkembangan sejarahnya. Oleh karena itu, pemerintah membatasi diri dalam
campurtangan terhadap perilaku kehidupan masyarakatnya, dalam arti tidak boleh
melupakan akar-akar sejarahnya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kunci dalam
pengertian sejarah terletak pada masa lampau, baik berupa peristiwa, pengalaman
kolektif maupun riwayat masa lampau tersebut. Secara singkat sejarah itu
berkenaan dengan peristiwa masa lampau tentang kehidupan manusia dalam konteks
sosialnya. Dalam konteks tadi, peristiwa atau pengalaman kolektif atau riwayat
masa lampau itu, tidak hanya digambarkan ataupun dinarasikan sebagai suatu
fakta, melainkan ditafsirkan dan dianalisis, bahkan juga diteliti dengan
menerapkan metode tertentu yang sesuai. Oleh karena itu sejarah tidak hanya
sebagai pengetahuan, melaikan memenuhi syarat juga sebagai bidang ilmu. Dalam
hal ini sejarah termasuk bidang ilmu social.
Pada umunya,
para ahli sepakat untuk membagi peranan dan kedudukan sejarah yang terbagi atas
tiga (3) hal yakni, sejarah sebagai peristiwa, sejarah sebagai ilmu dan sejarah
sebagai cerita. Dalam sejarah, masa lampau selalu terkait dengan konsep-konsep
dasar berupa waktu, ruang, manusia, perubahan, dan kesinambungan atau when,
where, who, what, why, dan How. Sehingga, Konsep dasar yang dikembangkan dalam
ilmu sejarah seperti perubahan, peristiwa, sebab dan akibat, nasionalisme,
peradaban, perbudakan, waktu, feminisme, liberalisme, dan konservatisme.
B.
Saran
Bagi guru
hendaknya dapat mengajarkan sejarah sesuai dengan objek kajiannya. Terkait
dengan kajian sejarah yang mempelajari masa lalu, hendaknya guru dapat
mengajarkanya sebagai suatu pelajaran yang dapat dimanfaatkan di masa
sekarang sebagai sebuah pengalaman yang berharga untuk dapat menjalankan
kehidupan yang lebih baik.
DAFTAR RUJUKAN
Gottschalk,
Louis.2008. ab Nugroho Notosusanto.Mengerti Sejarah.Jakarta : Universitas
Indonesia Press
Kuntowijoyo(2008).Penjelasan
sejarah (Historical Explanation). Yogyakarta: Tiara Wacana
Pranoto,Suhartono.W.2010.
Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta :Graha Ilmu
Rochmat, Saefur.2009.
Ilmu sejarah dalam Pespektif Ilmu Sosial. Yogyakarta : Graha Ilmu
Supardan,Dadang
(2011).Pengantar Ilmu sosial Sebuah kajian Pendekatan Struktural.Jakarta: Bumi
aksara.
Taneo, Silvester Petrus. 2009. Kajian IPS
SD.Jakarta:Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
0 komentar:
Post a Comment