BAB I
PENDAHULUAN
download tugas makalah dalam microsoft word disini
1.1
Latar Belakang
Bangsa yang besar adalah bangsa yang berkomitmen membangun
sektor pendidikannya. Menurut pendapat Paulo Freire, seorang pakar filsafat,
”Pendidikan sesungguhnya adalah alat untuk mencerdaskan manusia.” Sejarah pun
telah membuktikan bahwa negara seperti Jepang, Amerika Serikat, Yunani dan
negara-negara maju lainnya membangun bangsa dengan tahapan perdananya yang
berorientasi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta menghargai perkembangan
ilmu pengetahuan. Bagaimana dengan kemajuan sektor pendidikan di Indonesia?
Bagi negara Jepang
pendidikan merupakan alat yang berperan sangat penting guna meningkatkan sumber
daya manusia. Di mana kualitas pendidikan harus terus ditingkatkan karena mampu
menentukan kualitas sumber daya manusia pada suatu negara itu sendiri.
Pendidikan diharapkan mampu mengembangkan kemampuan dan watak setiap individu
di tengah peradaban bangsa. Jepang dianggap unggul dalam memajukan pendidikan
yang ada di negaranya di mana Jepang terpilih sebagai negara dengan kualitas
dan sistem pendidikan terbaik se-Asia dan tercatat sejak tahun 1970. Negara
Matahari Terbit ini mampu mengemban setiap tujuan-tujuan pendidikan yang telah
dicanangkannya hanya dalam kurun waktu 25 tahun.
Berbagai
keunggulan pendidikan di Negara Jepang seperti pada jurusan: kedokteran,
teknologi, sastra, dan seni serta masih banyak lagi merupakan keberhasilan
sistem pendidikan Jepang yang secara gemilang telah mampu menjawab berbagai
permasalahan mengenai sumber daya manusia yang di butuhkan di berbagai bidang
lapangan pekerjaan.
Bahkan Negara Jepang mampu meminimalisir tingkat
pengangguran yang faktanya di setiap negara selalu meningkat jumlahnya.
Kreativitas para lulusan-lulusan pendidikan Jepang diakui secara internasional
sebagai contoh: keberhasilan di bidang otomotif yaitu Honda dan Suzuki yang
selalu mampu menginovasi produk-produknya dalam kurun waktu yang singkat.
Selain menghasilkan tenaga kerja buruh negara ini juga mampu menghasilkan
tenaga-tenaga ahli yang mampu mengembangkan riset-riset terbaru secara terus
menerus.
Atas kemajuan yang begitu pesat dialami oleh Jepang dalam
sektor industri, khususnya industri otomotif dan elektronik, membuat Jepang
menjadi salah satu negara di Asia dengan sistem pendidikan terbaik sampai saat
ini.
Kedaan ini berbanding terbalik dengan Indonesia, UNESCO
dalam Education Development Index menyatakan bahwa tingkat perkembangan
pendidikan Indonesia terletak pada peringkat 102 dunia, sementara itu bebas
buta aksara masyarakat indonesia berada pada peringkat 95 sebesar 87,9%.
Kondisi ini merupakan kondisi yang cukup memprihatinkan karena hal ini
menunjukkan bahwa sistem pendidikan di indonesia belum berjalan secara optimal.
Dari rangkuman di atas
dapat kita tarik kesimpulan bahwa negara Jepang mampu menjadi negara yang
unggul di berbagai bidang seperti: politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi,
dll. Karena memiliki Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan hal tersebut
dapat terwujud apabila adanya kesadaran antara pemerintah dan warga masyarakat
untuk memprioritaskan pendidikan guna mempersiapkan diri dalam tantangan
lapangan pekerjaan, masa depan, serta kamajuan zaman yang kian menuntut
keahlian setiap individunya. Budaya disiplin dan kerja keras orang Jepang turut
berperan serta dalam pencapaian kesuksesan negara tersebut. Nilai-nilai positif
dari negara Jepang patut kita terapkan dalam menyongsong kesuksesan dan
kemajuan pada negara yang sedang berkembang seperti negara kita.
Berdasarkan latar
belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih
dalam mengenai sistem pendidikan yang diterapkan di negara Jepang guna sebagai
penambah informasi dan wawasan sehingga kita dapat membandingkan sistem
pendidikan di negara kita dengan sistem pendidikan yang ada di negara tersebut.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sistem pendidikan yang diterapkan di negara
Jepang?
2.
Bagaimana jenjang pendidikan formal, tujuan pendidikan,
serta kurikulum yang ada di negara Jepang?
3.
Apa yang melatarbelakangi negara tersebut sehingga mampu
menghasilakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas?
4.
Bagaimana Perbandingan sistem
pendidikan Negara Jepang dengan Indonesia?
1.3
Tujuan
Tujuan dari pembuatan Makalah ini adalah:
1.
Memahami sistem pendidikan yang diterapkan di negara Jepang.
2.
Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang pendidikan
formal, tujuan pendidikan, serta kurikulum yang diterapkan di negara Jepang.
3.
Sebagai bahan perbandingan dalam rangka peningkatan kualitas
pendidikan dan Sumber Daya Manusia di negara kita.
4.
Agar pembaca dapat memetik nilai-nilai postif masyarakat Jepang
seperti: budaya kerja keras, disiplin waktu, dll. Dari negara tersebut untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
5.
Mengetahui perbandingan sistem pendidikan Negara Jepang
dengan Indonesia
1.4
Manfaat
Beberapa manfaat
yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Para pendidik dapat menyadari bahwa pendidikan adalah suatu
proses yang harus dipertanggungjawabkan hasilnya demi kemajuan bangsa dan
negara.
2. Sebagai sarana
dalam meningkatkan kesadaran guru untuk lebih memperhatikan kompetensi pribadi
dan peserta didiknya.
3. Sebagai bahan
bacaan bagi masyarakat bahwa peran serta masyarakat adalah salah satu unsur
yang mendukung keberhasilan suatu pendidikan.
4. Sebagai
masukan bagi pemerintah bahwa pengaturan sistem pendidikan yang tertata dengan
baik merupakan jalan untuk menuju pendidikan yang lebih baik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Geografi
Negara Jepang
Jepang adalah negara kepulauan di Asia Timur. Kepulauan Jepang terdiri
dari pulau-pulau stratovolcano, empat pulau utama dari
utara ke selatan adalah Hokkaido, Honshu, Shikoku, dan Kyushu. Jepang berada 36° sebelah
utara khatulistiwa dan 138° sebelah timur meridian utama. Jepang berada di
utara timur laut Cina dan Taiwan (dipisahkan oleh Laut Cina Timur), sebelah timur Korea (dipisahkan oleh Laut Jepang), dan sebelah
selatan Rusia Timur Jauh.
Jepang memiliki
lebih dari 6.800 pulau. Kebanyakan pulau tersebut sangat kecil, hanya 3.40
pulau yang luasnya 1 km², termasuk Okinawa serta pulau-pulau kecil yang
berpenghuni atau tidak berpenghuni. Empat pulau besar mencakup 96% dari negara
ini, yakni Hokkaido, Honshu, Shikoku, dan Kyushu. Pada tahun 2006, total luas
wilayah Jepang adalah 377.923,1 km², di antaranya 374.834 km² adalah
daratan dan 3.091 km² perairan. Sekitar 73% wilayah Jepang adalah daerah
pegunungan. Total luas wilayah Jepang kira-kira 85% luas Pulau Sumatra, namun lebih
besar dari luas wilayah Jerman, Malaysia, Selandia Baru, dan Britania Raya.
Pegunungan
merupakan salah satu ciri alam yang paling indah dimiliki Jepang. Gunung Alpen
di Pulau Honshu sangat termashur, tetapi gunung di Jepang yang paling dikenal
orang tentunya adalah Gunung Fuji yang tingginya 3.776 meter, yang merupakan
gunung tertinggi di Jepang. Sepersepuluh gunung api yang ada di dunia terdapat
di Jepang. Lingkungan alamya sangat molek, tetapi bukan tanpa kesulitan
tertentu, dan orang Jepang harus belajar hidup bersamanya. Misalnya, Kota Kobe
dan beberapa kawasan di sekelilingnya sering dilanda gempa bumi besar. Gempa
pada bulan Januari tahun 1995 menelan korban 6.279 jiwa. Setelah gempa,
kalangan umum dan swasta bekerja sama untuk membangun kembali kawasan tersebut
sebagai kawasan vital dan dinamis dari perekonomian Jepang.
2.2 Penduduk
Negara Jepang
Meskipun merupakan sebuah negara
kecil bila diukur dari luas daratannya, dengan 125,6 juta orang penduduk (sensus
1995), Jepang penduduk terbanya ke-8 di dunia; dengan demikian, menjadi salah
satu Negara yang berpenduduk paling padat di dunia. Rata-rata terdapat lebih
dari 332 orang untuk setiap satu kilometer persegi. Karena kebanyakan daratan
Jepang tidak cukup datar untuk rumah dan jalan, di beberapa kawasan tingkat
kepadatannya sebenarnya bahkan lebih tinggi.
Sebagian besar orang Jepang tinggal di pantai timuryang telah berkembang
ramai, atau di kawasan sebelah selatan. Kawasan-kawasan metropolitan seperti
Tokyo, Osaka, dan Nagoya, kini merupakan tempat tinggal bagi hampir 45%
penduduk Jepang.
2.3 Kegiatan
Ekonomi Negara Jepang
Sektor-sektor yang mendukung perekonomian negara Jepang
antara lain sebagai berikut:
1)
Pertanian
Luas tanah di
Jepang terbatas sehingga kegiatan pertaniannya dilakukan secara intensif dan
mekanis. Hasil pertaniannya antara lain padi, gandum, teh, sutra, buah-buahan,
sayuran, dan tembakau. Dengan kemajuan teknologi yang ada dan keterbatasan
lahan dikembangkanlah teknik bercocok tanam dengan media hidup tanpa
menggunakan tanah yang disebut hidroponik. Media hidupnya seperti busa, arang,
atau serabut kelapa.
2) Perikanan
Penduduk Jepang
termasuk yang paling gemar mengkonsumsi ikan. Industri perikanannya sangat maju
karena didukung oleh kondisi alam yang ada.
Faktor-faktor
pendukungnya antara lain mempunyai perairan laut yang kaya ikan, merupakan
tempat bertemunya arus panas kurosyiwo dan arus dingin oyasyiwo, menggunakan
teknologi modern untuk penangkapan ikan, serta memiliki banyak pelabuhan alam
untuk dermaga perikanan (teluk). Hasil ikannya sarden, salmon, tuna, paus,
haring.
3) Perindustrian
Mata
pencaharian penduduk Jepang sebelum masuk era industrialisasi adalah petani dan
nelayan. Sejarah industrialisasi Jepang dimulai sejak tahun 1880-an dengan
didirikannya pabrik tekstil dan benang. Namun perkembangan industri sangat
pesat terjadi sejak tahun 1920, dengan makin berkembangnya perusahaan raksasa
seperti Mitsubishi, Mitsui, dan Sumitomo. Jepang memiliki kota-kota penting
pusat perekonomian dan pemerintahan yaitu Tokyo, Ginza, Osaka, Kyoto, Nagoya,
dan Yatawa. Hingga saat ini, perekonomian Jepang bertumpu pada perdagangan dan
industri yang menghasilkan motor, mobil, kapal laut, alat-alat elektronika, dan
kereta api tercepat di dunia.
2.4 Sejarah Perjalanan Pendidikan Di Jepang
Pada tahun 1639, Keshogunan Tokugawa mulai menjalankan
kebijakan sakoku (negara tertutup)
yang berlangsung selama dua setengah abad yang disebut periode Edo. Walaupun
menjalani periode isolasi, orang Jepang terus mempelajari ilmu-ilmu dari Dunia
Barat. Di Jepang, ilmu dari buku-buku Barat disebut rangaku (ilmu belanda) karena berasal dari kontak orang Jepang dengan enklave
orang Belanda di Dejima, Nagasaki. Pada periode Edo, orang Jepang juga memulai
studi tentang Jepang, dan menamakan "studi nasional" tentang Jepang
sebagai kokugaku.
Pada 31 Maret 1854, kedatangan
Komodor Matthew Perry dan "Kapal Hitam" Angkatan Laut Amerika Serikat memaksa Jepang untuk membuka diri terhadap Dunia Barat melalui Persetujuan Kanagawa. Persetujuan-persetujuan selanjutnya dengan negara-negara Barat pada
masa Bakumatsu membawa Jepang ke dalam krisis
ekonomi dan politik. Kalangan samurai menganggap Keshogunan Tokugawa sudah
melemah, dan mengadakan pemberontakan hingga pecah Perang Boshin tahun 1867-1868.
Setelah Keshogunan Tokugawa
ditumbangkan, kekcuasaan dikembalikan ke tangan kaisar
(Restorasi Meiji) dan sistem domain dihapus. Semasa Restorasi Meiji, Jepang mengadopsi sistem politik, hukum, dan
militer dari Dunia Barat. Kabinet Jepang mengatur Dewan
Penasihat Kaisar, menyusun Konstitusi Meiji, dan membentuk Parlemen Kekaisaran. Restorasi Meiji
mengubah Kekaisaran Jepang menjadi negara industri
modern dan sekaligus kekuatan militer dunia yang menimbulkan konflik militer
ketika berusaha memperluas pengaruh teritorial di Asia. Setelah mengalahkan Cina dalam Perang Sino-Jepang dan Rusia dalam Perang Rusia-Jepang, Jepang menguasai
Taiwan, separuh dari Sakhalin, dan Korea. Dan setelah Hiroshima dan
Nagasaki dihancurleburkan oleh bom atom sekutu Amerika Serikat pada tahun 1945,
Jepang langsung bangkit berbenah dengan memprioritaskan sektor pendidikan.
Dalam kurun waktu 20 tahun, Jepang kembali menjadi negara yang disegani dalam
percaturan global.
2.5 Landasan
Filosofis Pendidikan
Suatu sistem pendidikan akan
berjalan dengan baik apabila adanya dukungan dari tiga elemen penting yaitu :
keluarga, sekolah, dan pemerintah. Di mana keluarga menjadi sarana pemeberi
dukungan terhadap anak baik secara mental, psikiologis maupun materiil. Sekolah
berperan sebagai rumah kedua bagi anak dalam memproleh ilmu-ilmu pengetahuan
yang akan diterapkan untuk masa depan generasi penerus bangsa. Sementara
pemerintah menjadi pemberi kebijakan dan pengontrol terhadap jalannya sistem
pendidikan disuatu negara, artinya seluruh elemen-elemen penting tersebut
memang saling berkaitan perenannya.
Dalam penyusunan kurikulum
suatu sistem pendidikan juga dibutuhkan tiga landasan filosofis yang menjadi
nilai ideal dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kerja. Kurikulum
merupakan cerminan dari filsafat. Sementara itu perlu kita ketahui bahwa
penyusunan kurikulum pendidikan didasarkan pada tiga aspek penting yaitu :
1. Ontologi
: Landasan ini menguak objek apa yang ditelaah, bagaimana wujud hakiki dari
objek tersebut, bagaimana hubungan objek yang sedang diteliti dengan daya
tangkap atau kemampuan manusia (berfikir, merasa, mengindra, dll.) Artinya
landasan ini berkaitan dengan hakikat realita yang ada pada kenyataan.
2. Epistimologis
: Landasan ini berusaha menjawab terhadap setiap proses yang memungkinkan
timbulnya pengetahuan berupa ilmu pengetahuan, bagaimana prosedurnya, hal apa
sajakah yang harus diperhatikan agar kita memperoleh ilmu pengetahuan yang
benar, apa yang disebut dengan kebenaran itu sendiri, bagaimana kriterianya,
cara/teknik/sarana apa yang harus diterapkan guna memperoleh ilmu pengetahuan
yang benar. Artinya landasan epistemologis berusaha membahas hakikat
pengetahuan.
3. Aksiologi :
Landasan ini menjawab untuk apa ilmu pengetahuan tersebut dipergunakan,
bagaimana cara-cara penggunaan ilmu pengetahuan tersebut berkaitan dengan
kaidah moral, bagaimana menentukan objek yang ditelaah berdasarkan
pilihan-pilihan moral, bagaimana kaitan antara teknik
prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma
moral/professional. Artinya landasan aksiologi menitikberatkan pada
permasalahan nilai-nilai yang berlaku.
Ketiga landasan
filosofi tersebut merupakan tolak ukur dalam sistem pendidikan dan diterapkan dalam
sistem pembuatan kurikulum.
2.6 Sistem Pendidikan Jepang
a. Penyusunan Kurikulum di
Jepang
Seperti di
Indonesia, kurikulum pendidikan Jepang disusun oleh sebuah komite khusus
dibawah kontrol Kementerian Pendidikan (MEXT). Komisi Kurikulum terdiri dari
wakil dari Teacher Union, praktisi (pakar pendidikan), wakil dari kalangan
industri, dan wakil MEXT. Komisi ini bertugas mempelajari tujuan pendidikan
Jepang yang terdapat dalam Fundamental Education Law (Kyouiku kihonhou), lalu
menyesuaikannya dengan perkembangan yang terjadi baik di dalam maupun luar
negeri. Dalam menyusun draf kurikulum seringkali terjadi perdebatan panjang
antara wakil-wakil persatuan guru dan wakil kementrian karena kepentingan
politik.
Kurikulum di level
sekolah disusun dengan kontrol penuh dari The Board of Education di Tingkat
Prefectur dan municipal (distrik). Karena kedua lembaga ini masih terkait erat
dengan MEXT, maka pengembangan kurikulum Jepang masih sangat kental sifat
sentralistiknya. Namun rekomendasi yang dikeluarkan oleh Central Council for
Education (chuuou shingi kyouiku kai) pada tahun 1997 memungkinkan sekolah berperan
lebih banyak dalam pengembangan kurikulum di masa mendatang.
Pembaharuan
kurikulum di Jepang mengikuti pola 10 tahunan. Hal-hal baru dimasukkan dalam
setiap perubahan kurikulum yang terjadi. Pertimbangan dilakukan perubahan
kurikulum adalah adanya perubahan sosial dan ekonomi masyarakat Jepang
khususnya dan dunia pada umumnya. Berikut ini adalah perubahan kurikulum yang
pernah dilakukan Jepang.
a.
Pada tahun 1955, kurikulum pendidikan setelah PDII disusun,
kurikulum ini merupakan kurikulum yang paling padat dan memuat pengetahuan yang
paling banyak dibandingkan dengan kurikulum-kurikulum berikutnya.
b.
Pada tahun 1967, kurikulum pendidikan Jepang menerima metode
Investigative Learning, yang memuat materi pengajaran sedikit, hanya
bagian-bagian yang sesuai dan memungkinkan dilakukannya kegiatan investigative
yang termuat di dalam kurikulum ini.
c.
Tahun 1977 kurikulum diubah lagi. Kali ini menganut system
pendidikan yang tidak membebani siswa. Dengan pengaruh ini semua siswa dites,
berdasarkan hasil tes ini bagian dari kurikulum yang dianggap sulit dibuang,
dengan demikian isi kurikulum berkurang lagi.
d.
Tahun 1988 terjadi perubahan pandangan pada kalangan
pendidikan di Jepang. Pada saat ini kegiatan hands-on dianggap penting. Maka
dalam kurikulum hanya topik-topik yang bisa dihands-on kan saja yang dimuat,
bagian yang tidak memungkinkan kegiatan hands-on tidak dimuat di dalam
kurikulum.
e.
Kurikulum yang dipakai sekarang ini merupakan kurikulum yang
disusun pada tahun 1998. Dibandingkan dengan kurikulum lainnya, kurikulum ini
merupakan yang paling sedikit dan paling ringan muatannya. Kurikulum ini
mendapat kritikan dari kalangan pengusaha seperti Toyota dan Sharp. Mereka
menganggap kurikulum yang ada tidak memberikan kesempatan belajar yang cukup
bagi anak-anak berbakat. Anak-anak yang cemerlang dianggap tidak mendapat
tantangan yang cukup dari kurikulum yang sekarang ini.
Penerapan kurikulum 1998 membuat pemerintah harus berusaha
keras untuk mengubah pola pikir guru-guru Jepang. Guru-guru di Jepang sejak
jaman perang percaya bahwa pendidikan bersifat massal dan sama. Pendidikan yang
menjurus kepada kekhasan tertentu atau menerapkan pola atau metode yang lain
daripada yang lain dianggap salah. Guru-guru Jepang senantiasa percaya bahwa
semua siswa harus memiliki prestasi yang sama, kedisiplinan yang sama dengan
sistem pendidikan yang sama pula. Adanya kurikulum 1998 memberikan pengertian
bahwa setiap anak punya potensi yang berbeda dengan lainnya dan inilah yang
harus dibina. Kurikulum yang baru bersifat fleksibel dan memungkinkan sekolah
untuk meramu kurikulum sendiri berdasarkan kondisi daerah, sekolah dan siswa
yang mendaftar.
Sebagai pengganti kurikulum 1998, pada tahun 2001 Kementrian
Pendidikan Jepang mengeluarkan rencana reformasi pendidikan di Jepang yang
disebut sebagai `Rainbow Plan`. Isi Rainbow plan meliputi:
a.
Mengembangkan kemampuan dasar siswa dalam model pembelajaran
yang menyenangkan. Ada 3 pokok arahan yaitu, pengembangan kelas kecil terdiri
dari 20 anak per kelas, pemanfaatan Tekhnologi Informasi dalam proses belajar
mengajar dan pelaksanaan evaluasi belajar secara nasional
b.
Mendorong pengembangan kepribadian siswa menjadi pribadi
yang hangat dan terbuka melalui keaktifan siswa dalam kegiatan kemasyarakatan,
juga perbaikan mutu pembelajaran moral di sekolah.
c.
Mengembangkan lingkungan belajar yang menyenangkan dan jauh
dari tekanan, diantaranya dengan kegiatan ekstra kurikuler olah raga, seni, dan
sosial lainnya.
d.
Menjadikan sekolah sebagai lembaga yang dapat dipercaya oleh
orang tua dan masyarakat. Tujuan ini dicapai dengan menerapkan sistem evaluasi
sekolah secara mandiri, dan evaluasi sekolah oleh pihak luar, pembentukan
school councillor, komite sekolah yang beranggotakan orang tua, dan
pengembangan sekolah berdasarkan keadaan dan permintaan masyarakat setempat.
e.
Melatih guru untuk menjadi tenaga professional, salah
satunya dengan pemberlakuan evaluasi guru, pemberian penghargaan dan bonus
kepada guru yang berprestasi, juga pembentukan suasana kerja yang kondusif
untuk meningkatkan etos kerja guru, dan pelatihan bagi guru yang kurang cakap
di bidangnya.
f.
Pengembangan universitas bertaraf internasional
g.
Pembentukan filosofi pendidikan yang sesuai untuk
menyongsong abad baru melalui reformasi konstitusi pendidikan (kyouiku kihon
hou).
Hingga tahun 2007 ketujuh poin telah dilaksanakan secara simultan, walaupun di beberapa bagian masih ada yang diperdebatkan. Protes berasal dari kalangan guru, masyarakat dan pemerhati pendidikan. Salah satu bagian yang masih menjadi perdebatan adalah pendidikan moral berkaitan dengan nasionalisme, perlu tidaknya menceritakan sejarah perang kepada anak didik, perlu tidaknya menyanyikan lagu Kimigayo atau mengibarkan bendera hinomaru. Keunggulan Rainbow Plan ada pada point ke-4. Dengan point ini sekolah berupaya membuka diri kepada masyarakat dan orang tua. Program yang dapat dijalankan misalnya dengan program jugyou sanka (orang tua yang menghadiri kelas anak-anaknya), sougou teki jikan (integrated course) yang melibatkan masyarakat setempat, dan forum sekolah. Poin ke-5 sampai saat ini masih dibicarakan. Hal yang menjadi perdebatan adalah adanya `kyouin hyouka` yaitu sistem evaluasi guru yang dibebankan kepada The Board of Education dan sertifikasi mengajar melalui training atau pendidikan guru.
Hingga tahun 2007 ketujuh poin telah dilaksanakan secara simultan, walaupun di beberapa bagian masih ada yang diperdebatkan. Protes berasal dari kalangan guru, masyarakat dan pemerhati pendidikan. Salah satu bagian yang masih menjadi perdebatan adalah pendidikan moral berkaitan dengan nasionalisme, perlu tidaknya menceritakan sejarah perang kepada anak didik, perlu tidaknya menyanyikan lagu Kimigayo atau mengibarkan bendera hinomaru. Keunggulan Rainbow Plan ada pada point ke-4. Dengan point ini sekolah berupaya membuka diri kepada masyarakat dan orang tua. Program yang dapat dijalankan misalnya dengan program jugyou sanka (orang tua yang menghadiri kelas anak-anaknya), sougou teki jikan (integrated course) yang melibatkan masyarakat setempat, dan forum sekolah. Poin ke-5 sampai saat ini masih dibicarakan. Hal yang menjadi perdebatan adalah adanya `kyouin hyouka` yaitu sistem evaluasi guru yang dibebankan kepada The Board of Education dan sertifikasi mengajar melalui training atau pendidikan guru.
b. Struktur
dan Jenis Pendidikan Negara Jepang
Secara umum tidak ada perbedaan antara struktur pendidikan
di Jepang dengan di Indonesia yang terdiri atas taman kanak-kanak, pendidikan
dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi dan pendidikan non formal.
a. Taman Kanak-Kanak
Sekitar
63% anak-anak dijepang memulai pendidikan dengan Taman Kanak-kanak. Usia masuk
taman kanak-kanan adalah 3-5 tahun. Pendidikan Taman kanak-kanak berada di
bawah naungan kementrian pendidikan Jepang (MEXT). Kurikulum TK ditetapkan oleh
masing-masing sekolah dengan cara musyawarah antar sekolah dan mempertimbangkan
petunjuk pemerintah. Setiap taman kanak-kanak harus mengembangkan kurikulum
yang cocok untuk tahap perkembangan anak-anak dan masyarakat setempat. Setiap
kurikulum yang disusun harus mengikuti persyaratan hukum yang berlaku.
b. Pendidikan Dasar
Jepang
menerapkan wajib belajar sembilan tahun. Rentang usia pendidikan dasar 6 sampai
15 tahun. Seperti halnya di Indonesia wajib belajar di Jepang terdiri dari SD
dan SMP. Lain dengan Indonesia wajib belajar sembilan tahun benar-benar
ditekankan oleh pemerintah kepada semua penduduk yang tinggal di Jepang baik
warga negara Jepang maupun warga negara asing. Setiap orang tua yang mempunyai
anak berusia 6-15 tahun harus menyekolahkan anaknya. Apabila terdapat orang tua
yang tidak menyekolahkan anaknya maka sanksi hukum dapat dikenakan kepada orang
tua tersebut. Sekolah Dasar di Jepang 97% adalah sekolah negeri. Biaya
pendidikan sebagian besar ditanggung pemerintah seperti biaya masuk, biaya
pengajaran dan buku sekolah dengan fasilitas sekolah yang lengkap. Orang tua
hanya menyediakan fasilitas lainnya seperti perlengkapan sekolah, makan siang
dan biaya piknik.
Usia
awal masuk sekolah dasar adalah 6 tahun, dengan lama pendidikan di sekolah
dasar 6 tahun. Kelas di Jepang akan ditentukan berdasarkan usia anak per bulan
April. Kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 07.15 sampai dengan 15.00 dan
tidak boleh diantar maupun dijemput oleh orang tua. Tidak seperti di Indonesia,
anak-anak tidak memakai seragam ke sekolah. Pakaian anak-anak Jepang ke Sekolah
Dasar adalah bebas.
Tujuan
pendidikan dasar di Jepang adalah menyempurnakan karakter, karena itu
pendidikan Jepang menekankan pada etika, seni, olahraga, dan pengetahuan umum.
Pelajaran umum yang diberikan juga tidak mengacu kepada kurikulum, namun
disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan anak. Pengetahuan umum di sekolah
Jepang antara lain pelajaran menanam padi, koperasi atau pelajaran koordinasi,
dan seni. Pendidikan di sekolah dasar (SD) lebih menitikberatkan pada pengembangan
mental. Karena itu, pelajaran yang diberikan adalah ketrampilan, sosial
(bersosialisasi dengan teman), rumah tangga, bahasa nasional, pelajaran
berhitung, pengetahuan alam (mengenal alam dan lingkungan), seni, olahraga, dan
lompat tali.
Guru Sekolah Dasar di Jepang memiliki tingkat pendidikan sarjana dan memiliki sertifikat mengajar kelas satu. Setelah mendapatkan sertifikat mengajar, hambatan bagi seorang guru di sekolah umum adalah lulus ujian yang ditetapkan oleh prefektur agar menjadi seorang guru. Setelah lulus dari ujian ini maka guru dapat bekerja di semua sekolah di prefektur. Namun, lisensi ini hanya berlaku untuk satu tahun dan selanjutnya harus mengikuti ujian lagi
Guru Sekolah Dasar di Jepang memiliki tingkat pendidikan sarjana dan memiliki sertifikat mengajar kelas satu. Setelah mendapatkan sertifikat mengajar, hambatan bagi seorang guru di sekolah umum adalah lulus ujian yang ditetapkan oleh prefektur agar menjadi seorang guru. Setelah lulus dari ujian ini maka guru dapat bekerja di semua sekolah di prefektur. Namun, lisensi ini hanya berlaku untuk satu tahun dan selanjutnya harus mengikuti ujian lagi
c. Pendidikan
Menengah Pertama
Pendidikan
menengah di Jepang terdiri dari dua level yaitu SMP dan SMA. SMP merupakan
wajib belajar. Seperti halnya di SD, SMP-SMP jepang 97% merupakan sekolah
negeri dan hanya 3% saja yang dikelola oleh swasta. Sekolah-sekolah yang
dikelola oleh swasta biasanya memiliki ciri khas seperti keagamaan.
Sejalan
dengan pendidikan di Sekolah Dasar pendidikan di SMP bertujuan menitikberatkan
pada pendidikan mental dengan tingkatan yang lebih tinggi. Pada level ini siswa
diberikan pembelajaran vokasional dan bahasa. Mata Pelajaran terdiri atas mata pelajaran
wajib dan mata pelajaran pilihan. Mata pelajaran pilihan bersifat ”efektif” dan
yang paling banyak digunakan adalah bahasa Inggris. Beberapa mata pelajaran
yang diberikan di Sekolah Menengah Pertama adalah bahasa nasional, sosial, etika,
bahasa Inggris, pengetahuan alam, olahraga, menulis, lompat tali, seni,
koperasi, renang, dan lari jarak jauh.
Pemerintah
jepang sangat peduli dengan wajib belajar sembilan tahun. Usaha pemerintah
jepang agar seluruh anak di jepang dapat bersekolah sampai SMP tidak memandang
apakah anak tersebut warga negara jepang maupun warga negara asing yang sedang
berada di Jepang. Secara otomatis kantor kelurahan akan memanggil orang tua
yang memiliki anak dalam usia wajib belajar. Berikut ini adalah proses yang
harus dilakukan oleh warga asing jika mempunyai anak dalam usia wajib belajar
1) Menentukan
alamat tempat tinggal
2) Mendaftarkan
kependudukan warga negara asing
3) Menerima kartu
kependudukan warga negara asing
4) Mendaftarkan
untuk masuk sekolah pada kantor kelurahan setempat
5) Menerima surat
ijin masuk sekolah dari departemen pendidikan kelurahan
setempat.
d. Pendidikan
Menengah Atas
Tamatan SMP dapat melanjutkan ke SMA dengan mengikuti
seleksi yang diadakan oleh masing-masing sekolah. Hampir 90% tamatan Sekolah
Menengah Pertama di Jepang melanjutkan ke SMA. Ada tiga jenis SMA di Jepang
yaitu sekolah negeri yang diatur oleh pemerintah pusat, sekolah negeri yang
diatur pemerintah propinsi dan sekolah swasta yang diatur oleh lembaga hukum
swasta. Biaya pendidikan untuk tingkat SMA ditanggung oleh masing-masing
individu karena pendidikan di SMA tidak termasuk pendidikan dasar.
Kurikulum di SMA diatur oleh masing-masing sekolah dengan
mengikuti aturan pemerintah. Kebebasan untuk meramu kurikulum di masing-masing
sekolah sangat terbatas namun memungkinkan tiap daerah dan sekolah mempunyai
ciri khas tersendiri. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat membuat
kurikulum untuk SMA adalah menetapkan tujuan sekolah, mempelajari standar
kurikulum dan korelasinya dengan tujuan sekolah, menyusun mata pelajaran wajib
dan pilihan serta mengalokasikan hari efektif sekolah dan jam belajar. Mata
pelajaran yang diajarkan meliputi bahasa Jepang, bahasa Inggris, Matematika,
Sejarah, Olahraga, Keterampilan dan Kesenian, IPA, Mata pelajaran terpadu serta
Home room. Tiap sekolah memiliki kebebasan meramu pelajaran pilihan khususnya
untuk kelas 2 dan 3 dengan jumlah kredit rata-rata adalah 30 untuk setiap
jenjang.
Berikut
ini adalah contoh kurikulum yang diterapkan di SMA Nakamura sebuah SMA Negeri
dan favorit di Jepang. SMA Nakamura adalah SMA yang menganut sistem mata
pelajaran waktu penuh dengan hari belajar dari Senin sampai Jumat. Tujuan
sekolah adalah untuk mengarahkan lulusannya melanjutkan ke Perguruan Tinggi.
Seperti halnya SMA lainnya di Jepang, jam pelajaran pertama dimulai pada pukul
8:45 dan berakhir pada pkl 15.15. Terdapat 31 jam pelajaran selama 5 hari
belajar yaitu 6 jam setiap harinya kecuali hari Rabu. Waktu belajar mengajar
setiap jam belajarnya adalah 50 menit. Mata pelajaran yang diajarkan meliputi:
Bahasa Jepang, Geografi/ Sejarah, Pendidikan Kewarganegaraan, matematika,
Pendidikan Jasmani dan OR, Pendidikan Seni, Bahasa Asing (Bahasa Inggris),
Pendidkan Kesejahteraan Keluarga, dan Mata pelajaran terpadu. Ujian diadakan
sebanyak 5 kali yaitu pada bulan Mei, Juli, Oktober, Desember dan Februari.
Tahun ajaran baru dimulai pada bulan April dan diakhiri bulan pertengahan Juli.
Salah satu ciri khas SMA Nakamura adalah Reading Session yang diperuntukkan
untuk kelas 1 dan 2. Pada kegiatan ini masing-masing kelas dianjurkan untuk
memilih satu buku yang akan didiskusikan bersama dalam kelas. Tujuan kegitan
ini adalah untuk memberikan pemahaman yang luas dan saling pengertian antar
siswa dalam mengeluarkan pendapat.
e. Pendidikan
Kejuruan
Seperti halnya di Indonesia, selain Sekolah Menengah Atas
terdapat pula Sekolah Kejuruan. Konsep pemisahan antara sekolah umum dan
sekolah menengah adalah bentuk pelaksanaan demokrasi, yang memberikan
kesempatan kepada warganegara untuk mengikuti pendidikan sesuai keinginannya.
Penyediaan sekolah kejuruan bertujuan untuk menampung aspirasi warganegara yang
tidak menginginkan pendidikan umum.
Namun sejalan dengan perkembangan dan tuntutan pendidikan di
jepang timbullah sebuah pemikiran untuk mengintegrasikan pendidikan umum dan
pendidikan kejuruan. Reformasi yang dilakukan bukan berarti mengintegrasikan
antara SMA dan SMK, namun meramu kurikulum baru yang seimbang antara konten
akademik dan konten vokasionalnya. Dengan usulan itu, maka kurikulum SMK pun
harus dilengkapi dengan pendidikan umum selain pendidikan kejuruan demikian
pula sebaliknya.
Salah satu contoh sekolah yang menerapkan pendidikan umum
dan pendidikan kejuruan adalah SMA Negeri favorit di Nagano yaitu SMA Tatsuno.
Pendidikan umum di SMA Tatsuno dibagi dalam 3 jurusan, yaitu Jurusan Bahasa
yang merupakan jurusan untuk melanjutkan ke Fakultas Bahasa, Akademi/College,
atau bercita-cita menjadi pegawai negeri. Jurusan kedua adalah Jurusan Sains
yang mempersiapkan siswa untuk meneruskan ke Perguruan Tinggi jurusan sains.
Dan yang ketiga adalah Jurusan Kesejahteraan dan Keluarga yaitu jurusan yang
mempersiapkan siswa untuk meneruskan ke PT jurusan sosial kemasyarakatan.
Pendidikan Kejuruan di Tatsuno adalah pendidikan bisnis, yang dibagi menjadi
tiga jurusan, yaitu Jurusan Akuntansi, Jurusan Informasi, dan Jurusan
Manajemen. Jurusan Akuntansi mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke Perguruan
Tinggi pada jurusan terkait. Jurusan Informasi menekankan kepada penguasaan
multimedia dan penyusunan informasi bisnis, dengan sasaran melanjutkan ke
Perguruan Tinggi. Jurusan Manajemen memfokuskan kepada kegiatan manajemen
bisnis, marketing dan etika berbisnis.
f.
Pendidikan
Tinggi
Di Jepang secara umum ada 2 jenis perguruan tinggi yaitu Daigaku
(Universitas) dan Tanki-daigaku (junior college). Lamanya pendidikan Daigaku
adalah 4 tahun kecuali pada program-program kedokteran. Sedangkan pada
Tanki-daigaku selama 2 sampai 3 tahun. Untuk masuk ke Perguruan Tinggi di
jepang harus mengikuti proses seleksi yang sangat ketat dengan tingkat
kompetisi yang tinggi. Awalnya mereka mengikuti Achievement tes (tes tertulis)
yang diadakan serentak sama seperti SPMB di Indonesia. Setelah itu calon
mahasiswa harus mengikuti interviuw, tes essay dan ujian-ujian lain yang
diselenggarakan oleh Pergururuan Tinggi.
g.
Pendidikan
Non Formal
Pendidikan
non formal di Jepang dikenal sebagai pendidikan sosial. Banyak tersedia untuk
pendidikan non formal seperti pendidikan untuk remaja, usia lanjut, atau hobi
seperti surat menyurat. Kegiatan pendidikan non formal di Jepang rata-rata
dilaksanaan oleh lembaga non pemerintah seperti lembaga persurat kabaran,
lembaga penyiaran, toko-toko, perusahaan dan lain-lain.
h. Bagi
mahasiswa asing disajikan lima jenis pemilihan pendidikan yaitu :
1. Program Sarjana :
Ditempuh selama 4 tahun seperti pendidikan pada universitas reguler umumnya
sedangkan jurusan kedokteran harus menempuh pendidikan selama 6 tahun.
2. Pascasarjana :
Terdiri atas program Master, Doktor, Mahasiswa Peneliti (mahasiswa yang
diizinkan selama satu semester ataupun 1 tahun melakukan penelitian tanpa
memperoleh gelar), Mahasiswa Pendengar, dan Pengumpul Kredit mata kuliah.
3. Diploma : Menempuh
pendidikan selama 2 tahun. 60% dari program ini
diperuntukkan bagi pelajar perempuan dan mengajarkan bidang-bidang seperti
kesejahteraan keluarga, sastra, bahasa, kependidikan, kesehatan, dan
kesejahteraan.
4. Special
Training Academy : Merupakan lembaga pendidikan yang mengajarkan bidang-bidang
khusus seperti ketrampilan dalam membuka usaha dan berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari dengan lama pendidikan 1-3 tahun.
Sekolah
Kejuruan : Program khusus bagi tamatan SMP dengan masa pendidikan 5 tahun
dengan tujuan menghasilkan teknisi-teknisi yang handal dan mau mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan tuntutan zaman.
c. Sistem Penilaian
Tahun ajaran baru
di sekolah-sekolah Jepang dimulai pada bulan April dan diakhiri pada bulan
Maret tahun depannya. Sistem ini berlaku sama dari mulai TK hingga Perguruan Tinggi.
Berbeda dengan Indonesia yang mengenal sistem dua semester, sekolah-sekolah di
Jepang masih menggunakan sistem CAWU atau three terms, yaitu CAWU I dari April
- Juli, CAWU II September- Desember, dan CAWU III dari bulan Januari hingga
Maret. Liburan terpanjang ada pada bulan Agustus-September, yaitu selama 40
hari (liburan musim panas).
Sejak bulan September 1992 Jepang menerapkan sistem 5 hari sekolah (Senin-Jumat), yang awalnya hanya diterapkan sekali sebulan, yaitu pada pekan pertama saja. Kemudian sejak April 1995, diterapkan dua kali sebulan, yaitu pada pekan ke-2 dan pekan terakhir. Dengan sistem ini hari efektif sekolah selama setahun sebanyak 220 hari.
Sejak bulan September 1992 Jepang menerapkan sistem 5 hari sekolah (Senin-Jumat), yang awalnya hanya diterapkan sekali sebulan, yaitu pada pekan pertama saja. Kemudian sejak April 1995, diterapkan dua kali sebulan, yaitu pada pekan ke-2 dan pekan terakhir. Dengan sistem ini hari efektif sekolah selama setahun sebanyak 220 hari.
Sistem akselerasi
atau kelas percepatan untuk anak pandai juga tidak ada di Jepang, tetapi pada
tahun 1990, MEXT pernah mengeluarkan kebijakan untuk mengijinkan anak di bawah
18 tahun melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Kesempatan ini terutama diberikan
kepada anak jenius di bidang matematika dan sains. Namun kebijakan ini
kelihatannya tidak berlanjut, karena asas homogenitas kelihatannya masih tetap
kuat dipertahankan oleh para pendidik.
Pendidikan dasar (shougakkou) tidak mengenal ujian kenaikan kelas, tetapi siswa yang telah menyelesaikan proses belajar di kelas satu secara otomatis akan naik ke kelas dua, demikian seterusnya. Ujian akhir pun tidak ada, karena SD dan SMP masih termasuk kelompok compulsoy education atau pendidikan dasar, sehingga siswa yang telah menyelesaikan studinya di tingkat SD dapat langsung mendaftar ke SMP.
Pendidikan dasar (shougakkou) tidak mengenal ujian kenaikan kelas, tetapi siswa yang telah menyelesaikan proses belajar di kelas satu secara otomatis akan naik ke kelas dua, demikian seterusnya. Ujian akhir pun tidak ada, karena SD dan SMP masih termasuk kelompok compulsoy education atau pendidikan dasar, sehingga siswa yang telah menyelesaikan studinya di tingkat SD dapat langsung mendaftar ke SMP.
Penilaian proses
belajar dilakukan dengan ulangan harian yang bertujuan untuk mengecek daya
tangkap siswa. Penilaian ulangan tidak menggunakan angka melainkan dengan huruf
: A, B, C, kecuali untuk matematika. Tes IQ dilakukan pada siswa kelas 4 hingga
kelas 6 untuk melihat kemampuan dasar siswa. Data ini tidak dipergunakan untuk
mengelompokkan siswa berdasarkan hasil test IQ-nya, tetapi untuk memberikan
perhatian lebih kepada siswa dengan kemampuan di atas normal atau di bawah
normal. Siswa-siswa di Jepang tidak dikelompokkan berdasarkan kepandaian,
tetapi semua anak dianggap `bisa` mengikuti pelajaran, sehingga kelas berisi
siswa dengan beragam kemampuan akademik.
Di tingkat SMP dan SMA ada dua kali ulangan yaitu mid test dan final test, tetapi tidak bersifat wajib ataupun nasional. Di beberapa prefecture (daerah) yang melaksanakan ujian, final test dilaksanakan serentak selama tiga hari, dengan materi ujian yang dibuat oleh sekolah berdasarkan standar dari Educational Board di setiap prefektur. Penilaian kelulusan siswa SMP dan SMA tidak berdasarkan hasil final test, tapi akumulasi dari nilai test sehari-hari, ekstra kurikuler, mid test dan final test. Dengan sistem seperti ini, tentu saja hampir 100% siswa naik kelas atau dapat lulus.
Di tingkat SMP dan SMA ada dua kali ulangan yaitu mid test dan final test, tetapi tidak bersifat wajib ataupun nasional. Di beberapa prefecture (daerah) yang melaksanakan ujian, final test dilaksanakan serentak selama tiga hari, dengan materi ujian yang dibuat oleh sekolah berdasarkan standar dari Educational Board di setiap prefektur. Penilaian kelulusan siswa SMP dan SMA tidak berdasarkan hasil final test, tapi akumulasi dari nilai test sehari-hari, ekstra kurikuler, mid test dan final test. Dengan sistem seperti ini, tentu saja hampir 100% siswa naik kelas atau dapat lulus.
Selanjutnya siswa
lulusan SMP dapat memilih SMA yang diminatinya dengan mengikuti ujian masuk SMA
yang bersifat standar, artinya soal ujian dibuat oleh Educational Board di
setiap prefektur. Di Aichi prefecture, SMA-SMA dikelompokkan dengan
pengelompokan A, B. Pengelompokan tersebut dibuat dalam proses memilih SMA.
Setiap siswa dapat memilih satu sekolah di kelompok A dan satu sekolah di
kelompok B. Jika siswa lulus dalam kelompok A, maka secara otomatis dia gugur
dari kelompok B. Dalam memilih SMA, siswa berkonsultasi dengan guru, orang tua atau
disediakan lembaga khusus di Educational Board yang bertugas melayani
konsultasi dalam memilih sekolah. Ujian masuk pun hampir serentak di seluruh
Jepang dengan bidang studi yang sama yaitu, Bahasa Jepang, English, Math,
Social Studies, dan Science. Di level ini siswa dapat memilih sekolah di
distrik lain.
d.
Kualifikasi Guru
Guru-guru sekolah
dasar dan sekolah menengah di Jepang dididik dan dilatih oleh lembaga-lembaga
pendidikan tinggi, seperti univeristas (daigaku) dan junior college (junior
daigaku) yang dipilih oleh kementerian Pendidikan. Untuk menjadi pengajar
sekolah dasar atau sekolah menengah negeri seorang calon harus mengikuti sistem
rekrutmen. Pengangkatan dilakukan oleh dewan pendidikan distrik. Pengangkatan
dilakukan atas dasar rekomendasi superinden distrik berdasarkan hasil ujian
rekrutmen.
Sertifikat mengajar untuk
sekolah dasar hanya membolehkan guru mengajar pada sekolah dasar untuk seluruh
mata pelajaran. Demikian juga guru yang yang memperroleh sertifikat mengajar
untuk sekolah menengah hanya boleh mengajar di sekolah menengah dan membolehkan
mereka mengajar hanya pada satu mata pelajaran saja.
Untuk mendapatkan
tugas tambahan seperti kepala sekolah dan wakil kepala sekolah harus mengikuti
serangkaian ujian dan menyelesaikan ”inservece training” khusus. Guru-guru di
Jepang memiliki tingkat profesional yang lebih baik di bandingkan dengan
Amerika Serikat. Guru-guru di Jepang dapat diberikan sanksi oleh sesama rekan
profesi jika tidak menjalankan profesinya dengan baik
Sejalan dengan kualitas dan profesionalitas yang tinggi. Gaji guru di Jepang sangat memadai, sehingga guru-guru di Jepang sangat dihormati dan mendapat tempat. Guru-guru di Jepang mendapatkan gaji 1,77 kali gaji pegawai perusahaan dan merupakan gaji tertinggi di negara asia. Data yang dikutip dari buku Education at a Glance-nya OECD (Japan) menyebutkan bahwa seorang guru yang baru mengajar akan memperoleh 156,500 yen per bulan atau sekitar 12 juta rupiah. Guru yang telah bekerja selama 20 tahun akan memperoleh gaji sebesar 362,900 yen atau setara dengan Rp 27,324,555 rupiah per bulan. Selain medapatkan gaji bulanan guru juga memperoleh pendapatan tambahan (adjusment allowance) sebesar 4% gaji bulanan. Bonus juga akan didapatkan 2 kali dalam setahun yaitu bulan Juni dan Desember sebesar 4.65% gaji bulanan. Sehingga guru yang bekerja selama 20 tahun akan menerima total penghasilan per bulan sebesar 362,900 plus (362,900×4%) = 377,416 yen. Dan akan menerima gaji per tahun sebesar 362,900×12 ditambah (362,900×4%x12) dan bonus (362,900×4.65%x2) sehingga total pendapatan 4,562,741.7 yen atau sekitar Rp342.205.627.500. Dengan gaji sebesar itu guru di Jepang tidak diperbolehkan melakukan kerja sambilan.
Sejalan dengan kualitas dan profesionalitas yang tinggi. Gaji guru di Jepang sangat memadai, sehingga guru-guru di Jepang sangat dihormati dan mendapat tempat. Guru-guru di Jepang mendapatkan gaji 1,77 kali gaji pegawai perusahaan dan merupakan gaji tertinggi di negara asia. Data yang dikutip dari buku Education at a Glance-nya OECD (Japan) menyebutkan bahwa seorang guru yang baru mengajar akan memperoleh 156,500 yen per bulan atau sekitar 12 juta rupiah. Guru yang telah bekerja selama 20 tahun akan memperoleh gaji sebesar 362,900 yen atau setara dengan Rp 27,324,555 rupiah per bulan. Selain medapatkan gaji bulanan guru juga memperoleh pendapatan tambahan (adjusment allowance) sebesar 4% gaji bulanan. Bonus juga akan didapatkan 2 kali dalam setahun yaitu bulan Juni dan Desember sebesar 4.65% gaji bulanan. Sehingga guru yang bekerja selama 20 tahun akan menerima total penghasilan per bulan sebesar 362,900 plus (362,900×4%) = 377,416 yen. Dan akan menerima gaji per tahun sebesar 362,900×12 ditambah (362,900×4%x12) dan bonus (362,900×4.65%x2) sehingga total pendapatan 4,562,741.7 yen atau sekitar Rp342.205.627.500. Dengan gaji sebesar itu guru di Jepang tidak diperbolehkan melakukan kerja sambilan.
e.
Anggaran Pendidikan
Berikut ini adalah
contoh anggaran pendidikan Jepang tahun 1997 yang dikeluarkan oleh Kementerian
Pendidikan, Olahraga, Budaya dan Teknologi Jepang (MEXT). Pada tahun 1997
anggaran pendididkan Jepang adalah sebesar 5,270.5 billion yen. Berikut adalah
alokasi anggaran yang diterbitkan oleh MEXT
MEXT’s General Budget for FY2007 graph
MEXT’s General Budget for FY2007 graph
Anggaran terbesar
dialokasikan untuk pembinaan dan pengembangan compulsory education (wajib
belajar), yaitu untuk pembayaran SPP siswa yaitu 31.6% dari total anggaran.
Pengeluaran terbesar kedua adalah untuk manajemen pendidikan tinggi yang
beralih status dari universitas negeri menjadi “koujinka” (Corporation Law),
semacam BHMN di Indonesia. Dana untuk kegiatan ini sebesar 22.9% dari total
anggaran. Perubahan status universitas di Jepang adalah sebagai langkah
privatisasi instansi negara yang sudah dimulai sejak masa PM Koizumi. Anggaran
terbesar ketiga adalah untuk pengembangan sains dan teknologi (16%). Di SMP dan
SMA Jepang, 2 tahun yang lalu telah diperkenalkan program Super Science, berupa
peningkatan value materi sains, dan penambahan perlengkapan eksperimen di
sekolah. Sebagian besar dana disalurkan untuk penelitian sains di universitas.
Anggaran selanjutnya adalah untuk membantu sekolah atau universitas swasta,
sebesar 8.6% dari total anggaran. Dari dana ini bagian terbesar diberikan
kepada universitas swasta. Sekolah-sekolah swasta di Jepang mendapat bantuan
dana dari MEXT dan juga pemerintah daerah setempat, tergantung kepada tingkat
keperluan. Anggaran selanjutnya adalah untuk life long learning education
contohnya olahraga dan anggaran untuk mahasiswa asing. Tahun ini beasiswa yang
dikeluarkan oleh MEXT untuk mahasiswa asing sebesar 175,000 yen per kepala,
yang ada rencana akan diturunkan menjadi 160,000 yen per Oktober tahun ini.
Anggaran lainnya adalah untuk kebijakan energi berupa penggunaan peralatan
listrik yang diperlukan saat musim panas (AC) atau heater (saat musim panas),
penggunaan listrik dan air. Dana untuk keperluan ini sebesar 4.2% total anggaran, lalu 2.3% anggaran
dipakai untuk pemberian beasiswa kepada anak-anak Jepang, 2% untuk pemeliharaan
fasilitas sekolah negeri, 1.9% untuk kegiatan budaya, 1% untuk grant
pemeliharaan fasilitas universitas negeri, dan 0.8% untuk pemesanan dan
pembelian buku pelajaran.
f. Metode
Pengajaran
Pendidikan Jepang sama rata di mana pun di Jepang. Pada
dasarnya tidak ada UN karena memang semua sekolah sudah didasari oleh fondasi
kurikulum yang dijaga sangat ketat oleh Kementerian Pendidikan Sains dan
Teknologi Jepang (MEXT).
Pedoman Kurikulum Pendidikan (PKP) yang disebut
gakushuu shido youryou sudah ada dan semua sekolah harus mengacu kepada hal
tersebut yang sudah ditentukan MEXT atau Monbusho.
PKP tersebut wajib diikuti oleh semua sekolah, baik
SD, SMP, SMA, dan sekolah Kejuruan di Jepang, yang memuat isi pendidikan dan
detil pengajaran setiap mata pelajaran. Dapat dikatakan seperti manual book.
Kyoukasho atau buku pelajaran Jepang dibagikan gratis oleh
pemerintah Jepang dengan berbagai perbaikan. Kalau dulu sejarah hitam Jepang
dengan penjajahannya berusaha tidak dimunculkan, kini sejarah Jepang sudah
berisi apa adanya, menuliskan sesuai sejarah di masa lalu.
g. Permasalahan
Pendidikan Jepang
Permasalahan pertama yang
masih dimiliki Jepang saat ini adalah banyaknya guru SMA yang tidak mengajarkan
secara lengkap mata pelajaran ke siswanya yang mempengaruhi kelulusan mereka.
Tiga mata pelajaran yang disoroti adalah sejarah dunia (”sekai-shi”), sejarah
nasional (”nihon-shi”) dan geografi (”chiri”). Tercatat lebih dari 60 SMA di 11
propinsi di Jepang yang tidak mengajarkan sejarah dunia (”sekai-shi”), padahal
ini mata pelajaran wajib. Menurut aturan Monbukagakusho, sekai-shi adalah mata
pelajaran wajib SMA yang harus diikuti siswa. Sedangkan geografi (”chiri”) dan
sejarah nasional Jepang (”nihon-shi”) adalah mata pelajaran pilihan tetapi
siswa harus mengikuti satu diantara keduanya. Alasan yang dikemukan oleh pihak
sekolah adalah menyajikan mata pelajaran yang sesuai dengan yang diujikan saat
masuk ke perguruan tinggi. Banyaknya siswa yang masuk keperguruan tinggi cmengangkat nama
baik sekolah sehinggga banyak sekolah yang berkosentrasi pada mata pelajaran yang
diujiankan pada saat masuk perguruan tinggi.
Permasalahan yang
kedua adalah para siswa yang terbebani tugas berat. Apabila dilihat lebih jauh
ternyata sistem pendidikan Jepang jika dilihat dengan kacamata teori pendidikan
barat bisa dikategorikan sebagai suatu sistem pendidikan tradisional.
Pemerintah pusat memegang kontrol pendidikan, termasuk menentukan kurikulum
yang berlaku secara nasional baik bagi sekolah negeri ataupun sekolah swasta.
Pengajaran menekankan hafalan dan daya ingat untuk menguasai materi pelajaran
yang diberikan. Materi pelajaran diarahkan agar murid bisa lulus ujian akhir
atau test masuk ke sekolah lebih tinggi, tidak mengembangkan daya kritis dan
kemandirian murid. Semua murid diperlakukan sama, tidak ada treatment khusus
untuk murid yang tertinggal. Sekolah menekankan pada diri murid sikap hormat
dan patuh kepada guru dan sekolah. Dengan singkat sistem pendidikan Jepang
dapat dikatakan suatu sistem pendidikan yang “kaku, seragam dan tiada pilihan
bagi anak didik”. Meskipun anak didik di Jepang memiliki prestasi lebih tinggi
dari pada prestasi anak Amerika, namun hal itu dicapai dengan pengorbanan yang
tidak ringan. Antara lain murid-murid di Jepang tidak bisa “menikmati” enaknya
sekolah. Sebab dari waktu ke waktu anak didik di Jepang dikejar-kejar oleh
pekerjaan rumah, ulangan dan ujian. Hasilnya murid-murid Amerika lebih
independent dan inovatif dalam berfikir.
Di balik sistem
pendidikan di Jepang yang kaku dan seragam tersebut sebenarnya ada beberapa hal
yang patut diperhatikan. Pertama penegakkan disiplin patuh terhadap guru dan
sekolah menyebabkan anak didik di Jepang secara menggunakan waktu sekolah lebih
besar dari pada anak-anak sekolah di Amerika Serikat. Kedua, sistem pendidikan
di Jepang telah berhasil melibatkan orang tua anak didik dalam pendidikan
anak-anaknya. lbu, khususnya senantiasa memperhatikan, memberikan pengawasan
dan bantuan belajar kepada anak-anaknya. Ketiga, di luar sekolah berkembang
kursus-kursus yang membantu anak didik untuk mempersiapkan ujian atau mendalami
mata pelajaran yang dirasa kurang. Keempat, status guru dihargai dan gaji guru
relatif tinggi. Hal ini mengakibatkan pekerjaan guru mempunyai daya tarik.
2.7 Perbandingan sistem
pendidikan Negara Jepang dengan Indonesia
Perbedaan
yang menyolok pada sistem pendidikan di kedua negara ini sebagai berikut:
1.
Dalam tujuan umum pendidikan Jepang mengutamakan
perkembangan kepribadian secara utuh, menghargai nilai-nilai individual, dan
menanamkan jiwa yang bebas. Sedangkan di Indonesia pendidikan bertujuan agar
peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
2.
Jepang tidak memasukkan mata pelajaran pendidikan agama di
semua jenjang persekolahan (memisahkan pendidikan agama dengan persekolahan),
sedangkan di Indonesia pendidikan agama adalah mata pelajaran yang wajib untuk
setiap jenjang persekolahan.
3.
Dilihat dari kurikulum yang dikembangkan dapat dikemukakan
beberapa hal:
a.
Kurikulum TK di Jepang tidak membebani anak, karena anak
tidak dijejali materi-materi pelajaran secara kognitif tetapi lebih pada
pengenalan dan latihan ketrampilan hidup yang dibutuhkan anak untuk kehidupan
sehari-hari, seperti latihan buang air besar sendiri, gosok gigi, makan, dan
lain sebagainya. Sedangkan kurikulum di Indonesia telah berorientasi pada
pengembangan intelektual anak.
b.
Mata pelajaran level pendidikan dasar di Jepang tidak
seberagam yang dikembangkan di Indonesia, jumlahnya tidak banyak, sehingga
berbagai mata pelajaran tersebut diberikan pada waktu yang berlainan setiap
hari selama seminggu, maka jarang ada jadwal pelajaran yang sama pada hari yang
berbeda.
c.
Di Indonesia jarang ditemukan adanya mahasiswa peneliti,
lebih-lebih mahasiswa pendengar, sehingga yang ada mahasiswa reguler. Hal itu
terjadi barangkali karena orientasi belajar bagi mahasiswa Indonesia jauh
berbeda dengan mahasiswa Jepang.
4.
Pendidikan wajib di Jepang gratis bagi semua siswa, bahkan
bagi anak yang kurang mampu mendapat bantuan khusus dari pemerintah pusat
maupun daerah untuk biaya makan siang, sekolah, piknik, kebutuhan belajar,
perawatan kesehatan dan kebutuhan lainnya, sedangkan di Indonesia masih sebatas
slogan (kecuali di daerah tertentu, seperti kebijakan di Sukoharjo, tetapi baru
terbatas biaya sekolah saja).
5.
Sistem administrasi pendidikan di Jepang sudah lama
menerapkan kombinasi antara sentralisasi, desentralisasi, Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS), dan partisipasi masyarakat. Sedangkan
di Indonesia baru dalam proses peralihan dari sentralisasi ke desentralisasi
dan juga diberlakukan MBS.
6.
Di samping itu juga ada perbedaan
kecil dalam hal mulai masuknya anak pada pendidikan prasekolah, terutama di TK.
Kalau di Jepang dimulai usia 3 tahun, sedang di Indonesia dimulai pada usia 4
tahun.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Tujuan pendidikan Jepang
lebih mengarah pada pengembangan kepribadian individu secara utuh, menanamkan
jiwa yang bebas dan bertanggung jawab, bertoleransi untuk menghargai antar
individu. Dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip pendidikan yang ada di negara
Jepang lebih bersifat humanis bekaitan dengan kehidupan sehari-hari dan
ilmunya benar-benar real dapat diaplikasikan dan dibutuhkan di kehidupan nyata.
Negara Jepang
merupakan negara yang sukses dalam memajukan pendidikannya terlihat pada
pengaturan sistem pendidikannya yang tertata dengan baik dimana seluruh
lembaganya berkerjasama dan melaksanakan peranannya masing-masing secara
optimal mulai dari lembaga administrasi, lembaga pendidikan, lembaga pengawas
kurikulum dll. Serta adanya dukungan yang baik antara pemerintah, kepala sekolah,
guru, murid dan orang tua yang turut berperan terhadap majunya pendidikan di
negara tersebut. Kerjasama yang baik antar seluruh komponen negara inilah yang
mampu membawa kesuksesan negara Jepang hingga mampu mencapai seluruh
tujuan-tujuan pendidikan yang dicanangkannya kurang dari 25 tahun dan tercatat
sebagai negara dengan kualitas dan sistem pendidikan terbaik se-Asia, sungguh
prestasi yang mengagumkan.
Pendidikan wajib yang
diberikan secara gratis di negara tersebut menandakan bahwa pemerintahan disana
memang amat memperdulikan Sumber Daya Manusia di negaranya dan menjadi bukti
bahwa sistem administrasi negara Jepang memang berjalan dengan baik dan
bertanggungjawab terhadap pemenuhan kebutuhan negaranya termasuk memfasilitasi
sarana dan prasarana yang bermutu dalam proses belajar menagajar.
Budaya disiplin waktu dan
kerja keras negara Jepang yang sejak dahulu diajarkan dari leluhur-leluhur
mereka selalu mereka tanamkan di dalam kehidupan sehari-hari turut berpengaruh
pada kemajuan negara ini.
Kesuksesan
dari negara maju inilah yang patut kita contoh bagi negara kita di mana harus
ada kerjasama yang baik antar berbagai sistem yang ada di negara terutama
sistem pendidikan yang kaitannya dengan peningkatan kualitas manusia. Apabila
sistem-sistem tersebut berjalan dengan baik maka kemajuan suatu negara akan
tercapai dan yang teramat penting perlu adanya pembinaan moral yang baik dalam
setiap individu-individu suatu negara karena awal dari kesuksesan diawali dari
karakteristik pribadi suatu bangsa.
3.2 Saran
Pada umumnya
sistem pendidikan di Indonesia sudah bagus apabila dilaksanakan sesuai dengan
aturan ideal yang berlaku. Misalnya pada kurikulum 2013 yang menekankan adanya
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Namun kenyataannya proses
pembelajaran yang berlangsung belum sesuai dengan idealnya. Hal ini disebabkan
karena adanya faktor-faktor penghambat seperti kurangnya kesiapan guru,
faslitas pendidikan yang kurang memadai, dan karakter masyarakat Indonesia yang
kurang mendukung. Kekurangan lainnya yaitu pada sistem evaluasi yang masih menekankan
pada kuantitas bukan kualitas.
Hal penting yang bisa dijadikan
masukan untuk kemajuan pendidikan di Indonesia yaitu penekanan pada kualitas
pendidikan bukan kuantitas. Misalnya dengan pengurangan materi pelajaran pada
setiap jenjang pendidikan, pengurangan jam pelajaran yang disesuaikan dengan
tahap perkembangan peserta didik, dan sistem evaluasi pendidikan yang tidak
menekankan penilaian pada suatu kuantitas tertentu (nilai tertentu). Selain itu
pemerintah perlu meningkatkan profesionalitas guru dengan program – program
yang berkualitas. Misalnya dengan program perekrutan guru dengan kualifikasi
yang di perketat dan pembatasan program jurusan guru di universitas sehingga
guru – guru yang dihasilkan lebih profesional dan berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Assegaf, Rahman. 2003. Internasionalisasi
Pendidikan, Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara-negara Islam dan Barat.
http://noviswan.blogspot.com/2013/01/makalah-pola-kebijakan-pendidikan-di.html.
Diakses
tanggal 10 Oktober 2014
http://windiloviyo.blogspot.com/2011/05/latar-belakang-pendidikan-negara-jepang.html.
Diakses
tanggal 10 Oktober 2014
Suprihatin
(2009). Sekolah di Jepang (TK dan SD). http://ict-indonesia. wetpaint.com/.
Diakses tanggal 10 Oktober 2014
www.
Wikipedia.com. Education-in- Japan. htm. Diakses tanggal 7 November 2009.
0 komentar:
Post a Comment