BAB
I
IDENTITAS
BUKU
A.
Judul
Buku ini berjudul Model Desain Sistem
Pembelajaran
B.
Penulis
Dikarang oleh Benny A. Pribadi.
C.
Penerbit, Kota dan Tahun Terbit
Pertama diterbitkan di Jakarta tahun
2009 oleh penerbit Dian Rakyat dan buku ini merupakan cetakan ketiga yang
diterbitkan oleh Dian Rakyat pada tahun 2011.
D.
Jumlah Halaman
Ketebalan buku ini terdiri dari 256 halaman.
Terdiri dari 7 bab yaitu : 1) Pendahuluan, 2)
Sistem Pembelajaran, 3) Desain Sistem Pembelajaran, 4) Model Desain Sistem
Pembelajaran, 5) Analisis Model Desain Sistem Pembelajaran, 6) Desain Sistem
Pembelajaran Konstruktivistik, 7) Implementasi Desain Sistem Pembelajaran.
E.
Riwayat Pengarang
BAB
II
ISI
BUKU
a.
ISI BUKU
Isi buku ini terdiri dari 7 bab yaitu 1)
Pendahuluan, 2) Sistem Pembelajaran, 3) Desain Sistem Pembelajaran, 4) Model
Desain Sistem Pembelajaran, 5) Analisis Model Desain Sistem Pembelajaran, 6)
Desain Sistem Pembelajaran Konstruktivistik, 7) Implementasi Desain Sistem
Pembelajaran. Buku ini di sertai dengan gambar, tabel dan setiap bab di beri
penjelasan dengan jelas agar pembaca dapat memahami isi bukunya.
b. RINGKASAN
BUKU
1. BAB I
Isi
dari bab I adalah “pendahuluan” yang terdiri dari : belajar dan pembelajaran,
kompetensi dan tujuan pembelajaran, dan perspektif pembelajaran yang sukses.
Bab ini membahas tentang konsep belajar dan pembelajaran. Dalam pembahasannya
terdapat pandangan-pandangan para pakar pendidikan tentang belajar dan
pembelajaran. Selain itu, pembahasan tentang penggunaan konsep pembelajaran
yang lebih sesuai digunakan daripada konsep pengajaran, kompetensi atau tujuan
pembelajaran klasifikasi dan hierarki dari setiap ranah atau domain, dan juga
dibahas tentang kriteria dan perspektif pembelajaran yang sukses yang meliputi
beberapa indikator, yaitu efektivitas, efisiensi, dan daya tarik.
Pada
sub bab “Belajar dan Pembelajaran” diuraikan tentang pengertian belajar dan
pembelajaran menurut pandangan dari para ahli. Menurut Robert M. Gagne, penulis
buku klasik Principles of
Instructional Design, dapat diartikan sebagai "A
natural process that leads to changes in what we know, what we can do, and how
we behave." Belajar juga dipandang sebagai proses alami yang
dapat membawa pembahan pada pengetahuan, tindakan, dan perilaku seseorang.
Sedangkan menurut Robert Heinich dkk. (2005), belajar diartikan sebagai
"...development of new knowledge, skills, or attitudes as
individual interact with learning resources." Belajar merupakan
sebuah proses pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terjadi
manakala seseorang melakukan interaksi secara intensif dengan sumber-sumber
belajar.
Pada
bab ini “Kompetensi dan Tujuan Pembelajaran“ menguraikan tentang kegiatan atau
aktivitas pembelajaran yang didesain dengan tujuan untuk memfasilitasi siswa
mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran. Kompetensi mencerminkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat diperlihatkan oleh seseorang
setelah menempuh proses pembelajaran. Richey (2001) mengemukakan definisi
kompetensi sebagai berikut:
“Pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang memungkinkan seseorang dapat melakukan aktivitas
secara efektif dalam melaksanakan tugas dan fungsi pekerjaan sesuai dengan
standar yang telah ditentukan.”
2. BAB II
Bab II
ini berisi tentang pandangan-pandangan tentang pembelajaran sebagai sebuah
sistem dengan komponen-komponen yang saling terkait dan bersinergi untuk
mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi secara optimal. Dalam bab ini,
juga dikemukakan deskripsi tentang teori sistem, karakteristik sistem, serta
pembelajaran dan komponen-komponennya.
Pada
sub bab “Teori Sistem”, menguraikan tentang suatu sistem yang dimaknai sebagai
suatu entity atau keseluruhan yang memiliki komponen-komponen
saling berinterfungsi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Komponen-komponen yang terdapat dalam sebuah sistem saling bersinergi untuk
mencapai sebuah tujuan.
Hal penting
lain yang perlu mendapat perhatian dalam memahami konsep sistem adalah
mekanisme umpan balik atau feedback. Melalui umpan balik, kita
dapat mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada setiap komponen
selama melakukan proses untuk menghasilkan output.Dengan cara ini
kita dapat melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan tersebut.
Cara
sistemik adalah cara pandang yang menganggap sebuah sistem sebagai suatu
kesatuan yang utuh dengan komponen-komponen yang berinterfungsi. Istilah
sistematik merujuk kepada suatu upaya untuk melakukan tindakan secara terarah
dan langkah demi langkah untuk mencapai suatu tujuan yang telah digariskan.
Dick
dkk. (2005) mengemukakan dua keuntungan yang akan diperoleh perancang dalam
mendesain sebuah aktivitas pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
sistem. Pertama, melalui pendekatan sistem, perancang akan
berfokus atau memusatkan perhatian pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Setiap langkah yang dilakukan dalam sebuah sistem akan diarahkan pada upaya
untuk mencapai tujuan.
3. BAB III
Bab
ini berisi tentang “Desain Sistem Pembelajaran” yang membahas tentang makna
desain sistem pembelajaran. Paparan makna desain sistem pembelajaran ini
mengemukakan pandangan para ahli tentang konsep desain sistem pembelajaran
serta hubungan antara bidang teknologi pendidikan dengan desain sistem
pembelajaran. Selain itu, dalam bab ini juga membahas tentang rasional dan
beberapa asumsi yang mendasari digunakannya desain sistem pembelajaran,
kompetensi yang perlu dimiliki oleh perancang desain sistem pembelajaran, dan
teori-teori yang mendasari aplikasi desain sistem pembelajaran.
Pada
sub bab “Definisi Desain Sistem Pembelajaran”, dijelaskan bahwa Istilah desain
bermakna adanya keseluruhan, struktur, kerangka atau outline,dan
urutan atau sistematika kegiatan (Gagnon clan CoUay, 2001). Selain itu, kata
desain juga dapat diartikan sebagai proses perencanaan yang sistematik yang
dilakukan sebelum tindakan pengembangan atau pelaksanaan sebuah kegiatan.
(Smith dan Ragan, 1993, p). Upaya untuk mendesain proses pembelajaran agar
menjadi sebuah kegiatan yang efektif, efisien, dan menarik disebut dengan
istilah sistem pembelajaran atau instructionalsistem design(lSD).
Briggs
dalam Ritchey (1986, p. 9) mendefinisikan desain sistem pembelajaran sebagai
suatu keseluruhan proses yang dilakukan untuk menganalisa kebutuhan dan tujuan
pembelajaran serta perkembangan sistem penyampaian materi pembelajaran untuk
mencapai tujuan tersebut.
Hasil
dari proses desain sistem pembelajaran berupa cetak biru yang berisi rancangan
sistematik dan menyeluruh dari sebuah aktivitas atau proses pembelajaran.
Rancangan atau desain tersebut dapat diaplikasikan untuk mengatasi masalah
pembelajaran.
4. BAB IV
Bab IV
berisi tentang “Model Desain Sistem Pembelajaran”, yang membahas tentang pengertian,
kegunaan, dan klasifikasi model desain sistem pembelajaran. Selain itu,
dikemukakan juga tentang perkembangan dan evolusi model desain sistem
pembelajaran dengan karakteristik yang spesifik pada masing-masing tahap
perkembangan. Dan membahas tentang klasifikasi model-model desain sistem
pembelajaran, yaitu classroom oriented, product oriented, dan sistem
oriented.
Benny
A. Pribadi (2012), menjelaskan tentang konsep desain sistem pembelajaran
dikemukakan dalam bentuk model. Sebuah model menggambarkan sebuah prosedur atau
kesatuan konsep dengan komponen-komponen yang memiliki keterkaitan satu sama
lain. Model desain sistem pembelajaran merupakan sarana konseptual untuk
menganalisis, merancang, memproduksi, menerapkan, dan mengevaluasi setiap
aktivitas atau program pembelajaran. Model desain sistem pembelajaran biasanya
digunakan dalam bentuk flowchart, atau grafis yang pelaksanaannya
perlu dilakukan secara sistemik dan sistematik.
5. BAB V
Isi
bab V yaitu tentang “Analisis Model Desain Sistem Pembelajaran”, yang
menguraikan secara rinci tentang model-model desain sistem pembelajaran yang
meliputi beberapa model penting, yaitu : model desain sistematik Walter
Dick dan Lou Carey; model ASSURE dikembangkan oleh Sharon E. Smaldino, James D.
Russel, Robert Heinich, dan Michael Molenda; model Cycle dari
Jerold E. Kemp; model ADDIE; dan model desain Front-end sistematic
design oleh A.W. Bates.
Beragam
model desain sistem pembelajaran telah diciptakan oleh sejumlah pakar dan
akademisi pendidikan dan pembelajaran. Model-model tersebut telah dikembangkan
dan diuji coba secara empiris dalam situasi pembelajaran atau setting yang
pesifik. Seorang perancang program pembelajaran atau instructional designer
perlu melakukan kajian tentang model-model desain sistem pembelajaran agar
dapat menentukan, menerapkan, dan memodifikasi model yang sesuai untuk
digunakan dalam menciptakan aktivitas pembelajaran.
Model-model
desain sistem pembelajaran yang dikemukakan dalam buku ini pada dasarnya dapat
diklasifikasikan berdasarkan pemanfaatan danoutput yang dihasilkan,
yaitu model yang berorientasi terhadap pembelajaran di dalam kelas, model yang
berorientasi pada produk, dan model yang berorientasi pada sistem. Setiap model
desain sistem pembelajaran memiliki keunggulan dan keterbatasan untuk digunakan
dalam setting yang spesifik.
6. BAB VI
Isi
dari bab ini adalah tentang “Desain Sistem Pembelajaran Konstruktivistik”. Bab
ini membahas tentang pendekatan atau alirran konstruktivistik dalam desain
sistem pembelajaran yang meliputi pergeseran paradigma dari pendekatan
behaviouristik menjadi pendekatan konstruktivistik. Dalam bab ini juga dibahas
tentang makna pendekatan konstruktivistik, komponen-komponen yang penting dalam
pendekatan konstruktivistik, dan contoh desain sistem pembelajaran yang
menggunakan pendekatan konstruktivistik.
Seiring
dengan terjadinya perubahan paradigma dalam pembelajaran, desain sistem pembelajaran
sebagai sebuah bidang juga mengalami perubahan orientasi. Aktivitas
pembelajaran, yang pada masa sebelumnya diwarnai oleh pendekatan behavioristik,
kini mulai menggunakan pendekatan lain yaitu pendekatan konstruktivistik.
Pendekatan
konstruktivistik memiliki perbedaan yang signifikan dengan pendekatan
behavioristik, yang lebih menekankan pada perilaku yang dapat diamati dan
diukur sebagai hasil dari aktivitas dan proses pembelajaran. Pendekatan
konstruktivistik yang berakar pada teori belajar kognitif dan humanistik lebih
menekankan pada potensi individu sebagai pembangun atau konstruktor ilmu
pengetahuan.
Guru
yang menggunakan pendekatan konstruktivistik lebih banyak berperan sebagai
fasilitator yang menyediakan pengalaman belajar dan memudahkan berlangsungnya
proses belajar dalam diri siswa. Siswa dapat membangun pcngetahuan dan
keterampilan yang diperlukan melalui pengalaman belajar yang bermakna dan
interaksi sosial secara intensif dengan sejawat atau kolega. Komponen-komponen
desain sistem pembelajaran yang menerapkan pendekatan teori belajar
konstruktivistik perlu memperhatikan faktor-faktor situasi, pengelompokkan,
pengaitan, pertanyaan, eksibisi, dan refleksi.
7. BAB VII
Pada
bab ini diuraikan tentang “Implementasi Desain Sistem pembelajaran”.
Implementasi model-model desain sistem pembelajaran dalam sistem pendidikan
formal dan formal. secara khusus, bab ini juga memperlihatkan bahwa
implementasi desain sistem pembelajaran sebagai suatu prosedur yang sistematik
dan sistemikdapat diaplikasikan dalam sistem sekolah, perguruan tinggi, program
pendidikan dan pelatihan, kursus, dan pendidikan luar sekolah. model desain
sistem pembelajaran yang sesuai akan memberi respon positif terhadap
efektivitas program pembelajaran.
Desain
sistem pembelajaran, yang bertujuan untuk menciptakan aktivitas dan program
pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik, dapat digunakan pada semua
jenjang dan satuan pendidikan. Setiap model desain sistem pembelajaran memiliki
ciri khas tersendiri untuk dapat digunakan sesuai dengan karakteristik sistem
pendidikan tempat model tersebut diimplementasikan. Sistem pendidikan dalam
konteks ini dapat dikategorikan dalam 6 macam, yaitu:
1. Pembelajaran tatap muka,
2. Pembelajaran dengan menggunakan media,
3. Pembelajaran mandiri,
4. Pembelajaran berbasis web,
5. Workshop dan pembelajaran di laboratorium, serta
6. Seminar dan studi lapangan atau field
study.
BAB
III
ANALISIS
BUKU
a.
Merespon, memaknai, mengomentari
Desain
sistem pembelajaran merupakan salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk
menciptakan sistem pembelajaran yang berkualitas, yaitu pembelajaran yang
efektif, efisien, dan menarik. pembelajaran yang efektif adalah aktivitas dan
proses pembelajaran.
Desain
sistcm pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses yang sistematik dan
sistemik. Proses untuk mendesain sebuah sistem pembelajaran dilakukan tahap
demi tahap dan menyeluruh. Pembelajaran dapat dipandang sebagai sebuah sistem
dengan komponen-komponen yang saling terkait di dalamnya. Cara memandang
pembelajaran sebagai sebuah sistem dikenal dengan istilah pendekatan sistem.
Pendekatan
sistem memandang pembelajaran sebagai suatu keseluruhan, memiliki bagian-bagian
yang saling memengaruhi untuk mengoptimalkan penguasaan kompetensi atau
kemampuan. Hal ini sesuai dengan pendapat Heinich dkk. (2005) yang menyatakan
bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses yang berisi serangkaian komponen
saling terkait satu sama lain dan bekerja sama secara efektif dan reliabel
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Lebih
lanjut Heinich dkk. (2005) mengkategorikan sistem pembelajaran dalam beberapa
tipe sebagai berikut.
1.
Pembelajaran
di kelas (tatap muka).
2.
Pembelajaran
menggunakan siaran radio dan televisi.
3.
Pembelajaran
mandiri dengan menggunakan bahan ajar.
4.
Pembelajaran
berbasis web.
5.
Aktivitas
belajar di laboratorium dan workshop.
6.
Seminar
dan studi lapangan (field study).
7.
Pembelajaran
dengan memanfaatkan komputer (multimedia) dan telekonferensi.
Istilah
pembelajaran yang digunakan dalam buku ini tidak dibatasi pada sistem
pendidikan formal seperti yang belrlangsung di kelas, tetapi juga sistem
pendidikan non-formal seperti pada pcnyelenggaraan kursus serta program
pendidikan dan pelatihan. Semua bentuk proses pembelajaran perlu didesain
secara sistematik dan sistemik untuk mencapai hasil yang optimal. Desain sistem
pembelajaran dikemukakan dalam bentuk model yang dapat memudahkan para pengguna
untuk menerapkannya secara sistemik dan sistematik. Ada beberapa model desain
sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli sistem pembelajaran. Setiap
model desain sistem pembelajaran mempunyai karakteristik dan kekuatan yang
spesifik dan penggunaannya perlu didasarkan pada kebutuhan. Gustafson dan
Branch (2002) mengemukakan klasifikasi model desain sistem pembelajaran dalam
tiga kategori, yaitu:
1. model desain sistem pembelajaran untuk
digunakan di kelas (classroom oriented),
2. model desain sistem pembelajaran untuk
memproduksi program pembelajaran (product oriented), dan
3. model desain sistem pembelajaran yang
berorientasi pada sistem pembelajaran (sistem oriented).
Aktivitas
desain sistem pembelajaran dapat dilakukan baik pada tingkat perorangan,
seperti guru dan instruktur, maupun tingkat kerja tim (teamwork)yang
sengaja ditugaskan untuk menciptakan sebuah sistem pembelajaran dalam skala
lebih besar. Dengan kata lain, aktivitas desain sistem pembelajaran dapat
diaplikasikan untuk keperluan mendesain aktivitas pembelajaran yang bersifat
mikro, messo, dan makro.
Model-model
desain sistem pembelajaran kerap memperlihatkan beberapa perbedaan baik dalam
hal langkah-langkah yang terdapat di dalamnya maupun istilah-istilah atau kosa
kata yang digunakan. Namun demikian, pada dasarnya semua model desain sistem
pembelajaran memiliki beberapa kesamaan dalam hal komponen-kornponen yang
terdapat di dalamnya, seperti analisis, desain, pengembangan, irnplementasi,
dan evaluasi.
Dalam
prakrek di lapangan, paradigma desain sistem pembelajaran yang selama ini
didominasi oleh teori belajar behavioristik telah mengalami pergeseran ke arah
pendekatan pembelajaran yang bersifat konstruktivistik. Pendekatan ini lebih
memandang siswa sebagai pembangun ilmu pengetahuan(knowledge builder) daripada
penerima ilmu pengetahuan yang bersifat pasif.
Pendekatan konstruktivistik mendorong
individu, melalui pengalaman belajar yang ditempuh, untuk berupaya menemukan
dan menafsirkan pengetahuan menjadi hasil belajar yang bermakna bagi dirinya.
Dalam konteks pendekatan pembelajaran konstruktivistik, guru atau instruktur
perlu menjalankan tugasnya sebagai fasilitator yang dapat membantu membangun
ilmu pengetahuan yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan siswa.
0 komentar:
Post a Comment