BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perubahan
sosial merupakan sebuah isu yang tidak akan pernah selesai untuk diperdebatkan.
Perubahan sosial menyangkut kajian dalam ilmu sosial yang meliputi tiga dimensi
waktu yang berbeda, dulu (past),
sekarang (present), dan masa depan (future). Untuk itulah masalah sosial
yang terkait dengan isu perubahan sosial merupakan masalah yang sulit untuk
diatasi dan diantisipasi. Namun, di sisi lain masalah sosial yang muncul di
masyarakat hampir semuanya merupakan konsekuensi adanya perubahan sosial di
masyarakat. Bahkan lebih dari itu, masalah lingkungan pun hampir selalu terkait
dengan isu perubahan sosial ini.
Para
teoritikus ilmu sosial terutama para sosiolog telah merumuskan berbagai kajian
yang dapat dijadikan bahan rujukan untuk meramalkan kondisi manusia di dunia.
Sebagian dari pemikiran mereka sudah dapat dirasakan kebenarannya, meskipun
mereka hanya memberikan argument yang lebih bersifat spekulatif.
Studi
mengenai perubahan sosial tersebut merupakan inti dalam sosiologi. Sosiologi
itu sendiri termasuk ilmu sosial. Oleh karena itu, pada makalah ini akan
dibahas mengenai sejarah teori sosiologi, perkembangannya, dan perubahan
sosial.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa
pengertian sosiologi?
2. Bagaimana
sejarah dan perkembangan teori sosiologi?
3. Siapa
saja tokoh-tokoh sosiologi?
4. Bagaimana
konsep dasar perubahan sosial?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui
pengertian sosiologi.
2. Mengetahui
sejarah dan perkembangan teori sosiologi.
3. Mengenal
tokoh-tokoh sosiologi.
4. Mengetahui
konsep dasar perubahan sosial.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Pengertian
Sosiologi
Secara
etimologi, sosiologi dalam bahasa latin socius = teman, kawan; social =
berteman, bersama, berserikat; logos = ilmu. (Shadily, 1984:1). Brikerhoft dan
White (Damsar, 2001:2) berpendapat bahwa sosiologi adalah studi sistemik
tentang interaksi sosial manusia. Penekanannya pada hubungan dan pola
interaksi, yaitu bagaimana pola-pola ini tumbuh kembang, bagaimana mereka
dipertahankan, dan juga mereka berubah. Sedangkan Horton dan Hunt (Damsar,
2001:4) berpandangan bahwa sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang
mempelajari masyarakat.
Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki
ikatan-ikatan antar manusia yang menguasai kehidupan itu. Karena sosiologi ini
mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat, maka dengan sendirinya
sosiologi berkaitan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya seperti hukum, ekonomi,
ilmu jiwa, antropologi, dan lainnya.
Semua
ilmu sosial mempunyai objek yang sama, akan tetapi di dalam mempelajari
subsitem sosial masing-masing ilmu sosial mempunyai titik tolak tersendiri.
Secara visual gambarannya adalah sebagai berikut:
INDIVIDU
MASYARAKAT
KEBUDAYAAN
|
Gambar
2.1 : Subsistem Sosial
1.
Sosiologi bertitik
tolak pada pola kehidupan bersama atau pola interaksi sosial.
2.
Antropologi bertitik
tolak pada kebudayaan dan nilai-nilai dalam kebudayaan tersebut.
3.
Ilmu politik bertitik
tolak pada cara mendapatkan, menjalankan dan mempertahankan kekuasaan.
4.
Ekonomi bertitik tolak
pada kegiatan-kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan material dengan
benda-benda yang terbatas persediaannya dalam masyarakat.
5.
Sejarah yang bertitik
tolak pada peristiwa-peristiwa pada masa lampau dalam kaitannya dengan keadaan
masa kini.
6.
Psikologi sosial
bertitik tolak pada pengaruh sosial terhadap pembentukkan kepribadian individu.
7.
Ilmu-ilmu hukum yang
bertitik tolak pada kaidah dan keteraturan perilaku, maupun perilaku yang unik.
8.
Ilmu kesehatan
masyarakat yang bertitik tolak pada kegiatan-kegiatan sistematis mengenai
pencegahan timbulnya penyakit, memperpanjang masa hidup manusia, serta
mempertinggi nilai kesehatan.
Sosiologi
mempelajari perilaku manusia dalam kelompok-kelompok. Perhatian utamanya adalah
dalam hubungan sosial manusia-perilaku manusia seperti diwujudkan sendiri dalam
perkembangan dan fungsi dari kelompok dan institusi.
Selanjutnya
dalam sosiologi kita perhatikan bahwa manusia itu harus dilihat dalam hubungannya
dengan orang lain, dan bahwa cara hidup dan cara berpikirnya dipengaruhi dan
diarahkan oleh adanya kelompok yang beradat dan berkebudayaan, di mana ia hidup
sebagai anggotanya. Sesungguhnya memang manusia berkelompok inilah yang menjadi
pokok pelajaran sosiologi dan bukan perseorangan yang terpencil.
B.
Sejarah
dan Perkembangan Teori Sosiologi
Orang
tak dapat memastikan kapan teori sosiologi itu lahir. Manusia telah memikirkan
dan membangun teori tentang kehidupan sosial sejak zaman paling awal sejarah.
Namun kita takkan menengok kembali ke zaman Yunani atau Romawi atau ke abad pertengahan.
Kita akan memusatkan perhatian pada beberapa kondisi sosial terpenting abad ke
19 dan awal abad 20 yang sangat signifikan dalam perkembangan teori sosiologi.
Faktor-faktor
yang memunculkan teori sosiologi diantaranya:
1. Revolusi
Politik
Rentetan
panjang revolusi politik yang dihantarkan oleh Revolusi Perancis 1789 dan
revolusi yang berlangsung sepanjang abad 19 merupakan faktor yang paling besar
dalam perkembangan teori sosiologi. Dampak revolusi politik sangat dahsyat, hal
ini menyebabkan para pemikir merasa prihatin dan bertekad untuk memulihkan
ketertiban masyarakat dengan menciptakan perubahan sosial yang dapat
mengembalikan kepada keadaan yang didambakan.
2. Revolusi
Industri dan Kemunculan Kapitalisme
Revolusi
industri merupakan berbagai perkembangan transformasi dunia Barat dari corak sistem
pertanian menjadi system industri sehingga banyak orang yang meninggalkan usaha
pertanian dan beralih ke pekerjaan industri. Hal ini menyebabkan birokrasi
ekonomi skala besar muncul untuk memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh
industri dan sistem ekonomi kapitalis.
3. Kemunculan
Sosialisme
Sosialisme
merupakan seperangkat upaya perubahan yang bertujuan menanggulangi ekses sistem
industri dan kapitalisme. Marx dalah pendukung aktif penghancuran sistem
kapitalisme dan hendak menggantikannya dengan sistem sosialis. Kendati
menyadari adanya berbagai masalah dalam masyarakat kapitalis, namun mencoba
melakukan reformasi di dalam sistem kapitalisme akan jauh lebih baik ketimbang
mengadakan revolusi sosial seperti yang didesakkan Marx.
4. Feminisme
Aktivitas
dan tulisan feminis mencapai puncaknya pada gerakan liberalis di dalam sejarah
Barat modern. Semuanya sangat mempengaruhi perkembangan sosiologi, khususnya
pada sejumlah karya perempuan yang berkaitan di bidang ini. Tetapi karya-karya
mereka sering kali terdesak ke pinggiran, diserobot, diabaikan atau diremehkan
oleh lelaki yang menyusun sosiologi sebagai basis kekuatan professional.
5. Urbanisasi
Sebagai
akibat dari Revolusi Industri, banyak orang yang pindah dari lingkungan
pedesaan ke lingkungan urban. Migrasi besar-besaran ini disebabkan oleh
lapangan kerja yang diciptakan system industry di kawasan urban. Migrasi ini
menimbulkan berbagai persoalan bagi orang yang harus menyesuaikan diri dengan
kehidupan urban. Kondisi kehidupan urban dan berbagai masalah yang dihadapinya
menarik perhatian banyak sosiolog untuk menelitinya.
6. Perubahan
Keagamaan
Banyak
sosiolog yang berlatar belakang religius dan secara aktif terlibat dalam
aktivitas keagamaan professional. Mereka membawa cara berfikir dalam kehidupan
keagamaan mereka ke dalam sosiologi.
7. Pertumbuhan
Ilmu Pengetahuan (Sains)
Ketika
teori sosiologi sedang dibangun, minat terhadap ilmu pengetahuan (science) meningkat pesat tak hanya di
universitas tetapi juga di dalam masyarakat pada umumnya. Para sosiolog memang
telah berkecimpung dalam sains dan banyak yang menginginkan agar sosiologi meniru kesuksesan ilmu biologi
dan fisika.
Table
2.1 Teori Sosiologi: Masa-masa Awal
Kekuatan Sosial
|
Perancis
Pencerahan (1689-1755) Rousseau (1712-1778)
|
Reaksi
Konservatif de Bonald (1754-1840) de Maisire (1753-1821)
|
Saint
Simon (1760-1825)
|
Comte
(1798-1857)
|
|
Durkheim
(1858-1917
|
|
|
Revolusi Politik
|
Jerman
|
|
Hegel
(1720-1831)
|
Young
Hegelians Feuerbach
(1804-1872
|
Marx
(1818-1883)
Historisisme
Jerman Dilthey (1833-1911)
|
Determinis
Ekonomi Kautsky (1854-1938)
|
|
Hegelian
Marxists (1885-1971)
|
Revolusi Industri dan Bangkitnya
Kapitalisme
|
|
Kant
(1724-1804)
|
|
|
Nietzsche
(1844-1900)
|
|
Max
Weber (1864-1920) Marianne Weber (1870-1954)
|
|
Kebangkitan Sosial
|
Italia
|
|
|
|
|
|
|
|
Feminisme
|
|
|
|
|
Pareto
(1848-1923)
|
|
|
|
Urbanisasi
|
|
|
|
|
|
Mosca
(1858-1941)
|
|
|
Perubahan Agama
|
Inggris
Raya
|
Ekonomi
Politik Smith (1723-1790)
|
Ricardo
(1772-1823)
|
Martineau
(1802-1876)
|
|
|
|
|
Pertumbuhan Sains
|
|
|
|
|
Teori
Evolusioner Spencer (1820-1903)
|
|
|
|
Tabel
di atas meringkaskan sejarah awal teori sosiologi dalam dua bagian. Bagian
pertama menerangkan berbagai kekuatan sosial yang terlibat dalam perkembangan
teori sosiologi. Meski banyak faktor yang berperan, perhatian hanya dipusatkan
pada perkara revolusi politik, revolusi industri dan perkembangan kapitalisme,
sosialisme, urbanisme, perubahan agama, dan pertumbuhan ilmu pengetahuan (sains)
mempengaruhi teori sosiologi.
Bagian
kedua membahas pengaruh kekuatan intelektual terhadap pertumbuhan teori
sosiologi di berbagai Negara. Dimulai dari Perancis dan peran yang dimainkan
era Pencerahan yang menekankan pada reaksi konservatif dan romantic terhadap
pertumbuhan teori sosiologi itu. Dari jalinan-jalinan teori-teori itulah
sosiologi Perancis berkembang.
Selanjutnya
beralih ke Jerman dengan perkembangan teori Marxian. Teori sosiologi dan cara
teori Marxian mempengaruhi sosiologi secara positif dan negatif dalam
Hegelianisme, materialism dan ekonomi politik. Perubahan kemudian bergeser ke
dasar sosiologi Jerman. Karya Max Weber dibahas untuk menunjukkan bermacam
sumber sosiologi Jerman. Teori Weber lebih dapat diterima oleh sosiolog
daripada gagasan Marx.
Selanjutnya
pertumbuhan teori sosiologi di Inggris bersumber dari ekonomi politik,
ameliorisme, dan evolusi sosial. Dalam konteks ini disinggung karya Spencer dan
beberapa Kontroversi yang mengelilinginya. Teori sosiologi Italia ditandai
adanya karya Pareto dan perkembangan teori Marxian di Eropa pada pergantian
abad 19, terutama determinisme ekonomi dan Marxisme Hegelian.
Negara
kita Republik Indonesia telah mengalami zaman purbakala, zaman raja-raja, zaman
kolonial, zaman Jepang, zaman politik bebas (liberal), dan zaman Orde Baru
berdasarkan Pancasila. Dalam tiap rumpun zaman itu dapat kita pelajari
bagaimana masyarakat kita bertahan dan berkembang menurut caranya sendiri
dipimpin oleh dan berpegang kepada adat kepercayaan yang tak tersentuh oleh
kekuasaan pemerintahan negaranya.
Perkembangan
itu berbeda dengan apa yang diuraikan di atas mengenai garis besar uraian
kota-kota di Eropa. Ilmu teknik dan pengetahuan Barat tidak semuanya
mempengaruhi negeri kita secara langsung dan secara penuh. Negeri kita makmur
dengan tanahnya yang subur mendatangkan sifat agraris dan kehidupannya
bersumber pada hasil tani dan perkebunan yang sedikit sekali memerlukan
pemakaian teknik. Ilmu dan teknik Barat tidak dikenal oleh rakyat jelata.
Kemudian
dari beberapa dari 50-75 orang lulusan berbagai universitas di Indonesia maupun
di Negeri Belanda memiliki keyakinan yang tegas akan hak Indonesia untuk
merdeka, pertama melalui pendidikan Barat akhirnya melalui pergerakan politik.
C.
Tokoh-tokoh
Sosiologi
Berikut
ini beberapa tokoh sosiologi Barat dan Indonesia, yaitu:
1.
Abdul
Rahman Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun lahir di Tunisia, Afrika Utara, 27 Mei
1332 dan meninggal pada tahun 1406. Dalam mengajarkan tentang masyarakat dan
sosiologi, Ibnu Khaldun menekankan pentingnya menghubungkan pemikiran sosiologi
dan observasi sejarah. Ibnu Khaldun telah menghasilkan sekumpulan karya yang
mengandung pemikiran yang mirip dengan sosiologi zaman sekarang. Ia melakukan
studi ilmiah tentang masyarakat, riset empiris, dan meneliti sebab-sebab
fenomena sosial. Ia memusatkan perhatian pada berbagai lembaga sosial (misalnya
lembaga politik dan ekonomi) dan hubungan antara lembaga sosial itu.
2.
Auguste
Marie Francois Xavier Comte
Auguste Comte lahir di Mountpelier, Perancis, 19
Januari 1798 dan meninggal 5 September 1857. Auguste Comte merupakan salah satu
tokoh pemikir andal di bidang sosiologi. Bukunya Course de Philosophie Positive, menjadikan Comte disebut sebagai
Bapak Sosiologi atau peletak dasar sosiologi. Pemikiran Auguste Comte yang
dijadikan dasar pemikiran sosiologi antara lain berikut ini.
a. Membedakan
sosiologi ke dalam statistika sosial dan dinamika sosial.
b. Pengembangan
tiga tahap pemikiran manusia (tahap teologis, metafisis, dan positif) yang
menjadi ciri perkembangan pengetahuan manusia dan masyarakat.
c. Gejala
sosial dapat dipelajari secara ilmiah melalui metode-metode pengamatan,
percobaan, perbandingan dan sejarah.
d. Fakta
kolektif historis dan masyarakat terikat pada hukum-hukum tertentu dan tidak
pada kehendak manusia.
3.
Karl
Marx
Karl Marx lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818 dan
meninggal tahun 1883. Karl Marx lebih dikenal sebagai tokoh sejarah ekonomi
daripada seorang sosiolog. Sebagai seorang penulis sosiologi sumbangan Marx
terletak pada teori kelas. Marx berpendapat bahwa sejarah masyarakat manusia
merupakan sejarah perjuangan kelas.
Menurut Marx, perkembangan pembagian kelas dalam
ekonomi kapitalisme menumbuhkan dua kelas yang berbeda, yaitu:
a. kaum borjuis (kaum
kapitalis) yaitu kelas yang terdiri dari
orang-orang yang menguasai alat-alat produksi dan modal;
b. kaum proletar
adalah kelas yang terdiri atas orang-orang yang tidak mempunyai alat produksi
dan modal, sehingga dieksploitasi oleh kaum kapitalis.
Menurut Marx, pada suatu saat kaum proletar
menyadari akan kepentingan bersama, sehingga mereka bersatu dan memberontak
terhadap kaum kapitalis. Mereka menang dan dapat mendirikan masyarakat tanpa
kelas.
4.
Emile
Durkheim
Durkheim lahir di Epinal, Perancis,
15 April 1858 dan meninggal 15 November 1917. Durkheim merupakan salah satu tokoh
sosiologi yang dipengaruhi oleh tradisi pemikiran Prancis–Jerman. Durkheim
termasuk salah satu peletak dasar-dasar sosiologi modern. Menurut Durkheim yang
harus dipelajari sosiologi adalah fakta-fakta sosial mengenai cara bertindak,
berpikir, dan merasakan apa yang ada di luar individu dan memiliki daya paksa
atas dirinya.
Contoh fakta sosial menurut
Durkheim antara lain hukum, moral, kepercayaan, adat istiadat, tata cara
berpakaian dan kaidah ekonomi. Fakta-fakta sosial tersebut dapat mengendalikan
dan memaksa individu karena individu yang melanggarnya akan diberi sanksi oleh
masyarakat.
5.
Max
Weber
Max Weber lahir di Erfurt, Jerman, 21 April 1864 dan
meninggal 14 Juni 1920. Max Weber mengatakan bahwa yang dipelajari oleh
sosiologi adalah tindakan sosial. Tindakan manusia disebut tindakan sosial
apabila mempunyai arti subjektif. Tindakan itu dihubungkan dengan tingkah laku
orang lain dan diorientasikan kepada kesudahannya, yang termasuk dalam tindakan
social bukanlah tindakan terhadap objek-objek bukan manusia, seperti tukang
kayu atau tindakan batiniah seperti bersemedi.
Dalam analisis yang dilakukan Weber terhadap
masyarakat, konflik menduduki tempat sentral. Konflik merupakan unsur dasar
kehidupan manusia dan tidak dapat dilenyapkan dari kehidupan manusia.
Manusia dapat mengubah sarana-sarana, objek,
asas-asas atau pendukung-pendukungnya, tetapi tidak dapat membuang konflik itu
sendiri. Konflik terletak pada dasar integrasi sosial maupun perubahan sosial.
Hal ini terlihat nyata dalam politik (perjuangan demi mencapai kekuasaan) dan
dalam persaingan ekonomi.
6.
Prof.
Dr. Selo Soemardjan
Terlahir di Yogyakarta, 23 Mei 1915 dan meninggal di
Jakarta pada 11 Juni 2003.Bergelar lengkap Kanjeng Pangeran Haryo Prof. Dr.
Selo Soemardjan, dikenal sebagai bapak sosiologi Indonesia. Banyak sekali buku
acuan sosiologi dan anthropologi Indonesia bersumber atau berpegangan pada
buku-buku beliau. Nama Selo Soemardjan begitu kental dalam ingatan orang-orang
yang pernah belajar ilmu sosial dan kebudayaan di Indonesia. Sebagai ilmuwan,
karya Selo yang sudah dipublikasikan adalah Social
Changes in Yogyakarta (1962) dan Gerakan 10 Mei 1963 di Sukabumi (1963).
Penelitian terakhir Selo berjudul Desentralisasi Pemerintahan.
7.
Prof.
Dr. Paulus Wirutomo
Pria kelahiran Solo, 29 Mei 1949 ini menamatkan
sarjana sosiologi dari Universitas Indonesia, 1976. Meraih S2 bidang
Perencanaan Sosial dari University College of Swansea Wales, Inggris, 1978 dan
S3 bidang Sosiologi Pendidikan dari State University of New York at Albany,
USA, 1986.
Menurutnya, pembangunan sosial saat ini masih
disalahpahami. Bagi pemerintah, pembangunan sosial hanya dianggap sebagai
sektor pembangunan saja. Meskipun hal ini tidak sepenuhnya salah, namun juga
tidak bisa dibenarkan.
Pasalnya, kata Paulus, pengertian pembangunan sosial
yang benar itu lebih dari sekadar pembangunan sektor. Dalam pembangunan sosial,
harus termuat peningkatan interaksi dan hubungan sosial dalam masyarakat. Tanpa
terjadi kualitas hubungan sosial dari langkah pembangunan sosial yang diambil,
sulit mengatakan adanya pembangunan sosial.
Menurut beliau, pendidikan sama halnya dengan
kesehatan dan agama yang juga dianggap pembangunan sosial, terkadang dianggap
sebagai anggaran yang habis terpakai tanpa menghasilkan uang. Padahal, ujarnya,
pembangunan pendidikan itu akan menghasilkan peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Sumber daya manusia yang meningkat inilah yang nantinya diharapkan
akan menjadi pendorong terjadinya peningkatan kualitas hubungan sosial. Oleh
karena itu, Paulus dikenal sebagai Sang Sosiolog Pendidikan.
8.
Arief
Budiman
Lahir di Jakarta, 3 Januari 1941, dilahirkan dengan
nama Soe Hok Djin, adalah seorang aktivis demonstran Angkatan '66 bersama
dengan adiknya, Soe Hok Gie. Arief bersikap sangat kritis terhadap politik
pemerintahan di bawah Soeharto yang memberangus oposisi dan kemudian diperparah
dengan praktik-praktik korupsinya. Pada pemilu 1973, Arief dan kawan-kawannya
mencetuskan apa yang disebut Golput atau Golongan Putih, sebagai tandingan
Golkar yang dianggap membelokkan cita-cita awal Orde Baru untuk menciptakan
pemerintahan yang demokratis.
9.
Prof.
Dr. Ir. Sajogyo
Lahir di Karanganyar, 21 Mei 1926 dan meninggal di
Bogor, 17 Maret 2012 pada umur 85 tahun. Beliau adalah seorang pakar ilmu
sosiologi dan ekonomi yang juga sering dikenal sebagai "Bapak Sosiologi
Pedesaan" di Indonesia. Sajogyo membangun Sajogyo Institute bersama para kolega, sahabat, murid dan anak-anak
muda yang terinspirasi oleh kepedulian, pemikiran dan konsistensi perjuangan
yang panjang dalam memahami dinamika masyarakat petani dan penghidupan di
pedesaan.
10.
Mochtar
Naim
Lahir
di Nagari Sungai Penuh, Kerinci, Jambi, 25 Desember 1932; merupakan antropolog
dan sosiolog Indonesia. Selain sebagai sosiolog ternama, Mochtar Naim tampil
kemuka sebagai ahli Minangkabau. Dalam beberapa seminar dan tulisan-tulisannya,
Mochtar kerap membagi budaya Nusantara kepada dua konsep aliran. Polarisasi
budaya yang digambarkan Mochtar adalah konsep budaya yang bercirikan
sentrifugal yang diwakili oleh budaya M (Minangkabau), berlawanan dengan konsep
budaya sentripetal-sinkretis yang diwakili oleh budaya J (Jawa).
D.
Konsep
Dasar Perubahan Sosial
Perubahan
sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup
sistem sosial. Lebih tepatnya, terdapat perbedaan anatar keadaan sistem
tertentu dalam jangka waktu yang berlainan. Untuk itu, konsep dasar mengenai
perubahan sosial menyangkut tiga hal, yaitu:
1. Studi
mengenai perbedaan,
2. Studi
harus dilakukan pada waktu yang berbeda, dan
3. Pengamatan
pada sistem sosial yang sama.
Menurut Harper (Nanang, 2011:5),
perubahan sosial didefinisikan sebagai pergantian (perubahan) yang signifikan
mengenai struktur sosial dalam kurun waktu tertentu. Perubahan merupakan suatu
kondisi yang tidak berdiri sendiri, di dalamnya terdapat banyak faktor yang
terlibat. Faktor tersebut meliputi faktor alamiah dan sosial. Bencana alam
serta perubahan jumlah penduduk merupakan faktor alamiah, sedangkan
perkembangan teknologi, terjadinya konflik, ideology yang dianut masyarakat
merupakan beberapa faktor sosial yang turut mempengaruhi perubahan sosial.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Secara
etimologi, sosiologi dalam bahasa latin socius = teman, kawan; social =
berteman, bersama, berserikat; logos = ilmu. Sosiologi adalah studi sistemik
tentang interaksi sosial manusia. Penekanannya pada hubungan dan pola
interaksi, yaitu bagaimana pola-pola ini tumbuh kembang, bagaimana mereka
dipertahankan, dan juga mereka berubah.
Faktor-faktor
yang memunculkan teori sosiologi, yaitu revolusi politik, revolusi industry dan
kemunculan kapitalisme, kemunculan sosialisme, feminisme, urbanisasi, perubahan
agama dan pertumbuhan ilmu pengetahuan (sains).
Tokoh-tokoh sosiologi diantaranya, Abdul
Rahman Ibnu Khaldun, Auguste Marie Francois Xavier Comte, Karl Marx, Emile
Durkheim, Max Weber, Prof. Dr. Selo Soemardjan, Prof. Dr. Paulus Wirutomo,
Arief Budiman, Prof. Dr. Ir. Sajogyo, dan Mochtar Naim.
Perubahan
sosial didefinisikan sebagai pergantian (perubahan) yang signifikan mengenai
struktur sosial dalam kurun waktu tertentu. konsep dasar mengenai perubahan
sosial menyangkut tiga hal, yaitu:
1. Studi
mengenai perbedaan,
2. Studi
harus dilakukan pada waktu yang berbeda, dan
3. Pengamatan
pada sistem sosial yang sama.
B.
Saran
Sebagai bagian dari masyarakat,
sebaiknya kita mengetahui pengertian, sejarah perkembangan dan perubahan sosial
dalam kaitannya dengan sosiologi syang merupakan bagian dari ilmu-ilmu sosial.
Hal ini berguna agar kita dapat mengikuti perubahan ke arah yang lebih baik di
masa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Alimandan. 1985. Sosiologi Masyarakat Sedang Berkembang. Jakarta: CV. Rajawali.
Alimandan. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Kencana.
Damsar. 2001. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif
Klasik, Modern, Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Shadily, Hasan. 1984. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia.
Jakarta: PT. Bina Aksara.
Soekanto, Soerjono. 1982. Teori Sosiologi Tentang Pribadi Dalam
Masyarakat. Jakarta: Ghalia Indonesia.
--------. 2012. Tokoh-tokoh Sosiologi Dan Pendapatnya Mengenai Ilmu Sosiologi.
(Online), http://bangkusekolah-id.blogspot.com/2012/12/tokoh-tokoh-sosiologi-serta-pendapanya.htm.
diakses 30 Januari 2014.
--------. 2012. Tokoh Sosiologi Indonesia. (Online), http://dee-belajar.blogspot.com/2012/12/tokoh-sosiologi-indonesia.html.
diakses 30 Januari 2014.
--------. 2012. Ibnu Khaldun, Sejarawan Ilmu Sosiologi. (Online), http://www.bimbie.com/sejarawan-sosiologi.htm. diakses 30 Januari 2014.
0 komentar:
Post a Comment