BAB
I
IDENTITAS
BUKU
A.
Judul
Buku
Pendidikan Karakter Di
Sekolah
B.
Penulis
Moh. Said
C.
Penerbit
PT JePe Press Media
Utama (Jawa Pos Group)
Jl. Karah Agung 45
Surabaya
D.
Kota
Terbit
Surabaya
E.
Jumlah
Halaman
F.
Tahun
Terbit
Tahun 2011
G.
Riwayat
Singkat Penulis
Drs.
Moh. Said adalah seorang guru yang telah memulai kariernya sejak Januari 1957
di SMA B/C Negeri Pontianak Kalimantan Barat. Pada tahun 1961 pindah ke SMA ABC
Negeri di Cirebon dan kemudian tugas belajar di IKIP Bandung. Penulis diangkat
menjadi guru SMA Negeri di Surabaya sampai pensiun tahun 2000. Sejak lama
penulis aktif dalam memberikan training baik di dalam negeri (ITB, IPB, IKIP
Surabaya, IKIP Jogjakarta, juga terlibat dalam Pembaharuan Pendidikan PPSP
Surabaya), menjadi anggota Tim Evaluasi Nasional dalam lingkungan Puskur
Jakarta, dan lain-lain. Sejak tahun 2000 penulis berkiprah di lembaga
pendidikan Lukmanul Hakim (Surabaya) sebagai tim R&D. Kemudian bergabung
dengan KPI (Kualita Pendidikan Indonesia) tahun 2002-2008, menatar hampir di
seluruh Indonesia. Pengalaman penulis sebagai trainer dan supervisor di seluruh
Indonesia memperkaya wawasan dan pengalamannya. Pernah training di luar negeri
diantaranya di Australia, Malaysia, Singapura, Jepang, dan terakhir di Inggris.
Semua pengalaman ini berakumulasi dalam tulisan yang dibuatnya. Sampai sekarang
penulis masih aktif mengajar kimia di Sekolah Internasional di Surabaya.
Jabatan
yang pernah dipegangnya diantaranya ialah Ketua Jurusan Kimia-Unesa, Dekan
FPMIPA UNESA (1986-1989), Kepala R&D-PPSP Surabaya, Kepala Sekolah SD
Al-Falah Darussalam (2004-2006), Asisten Direktur Lembaga Pendidikan Al-Falah
As-Salam (2007-2008), Tim ahli KPI (2008-2009), dan sampai sekarang masih aktif
memberikan training dan mengajar kimia.
BAB
II
ISI
BUKU
A.
KARAKTER
Karakter
adalah ciri khas seseorang sehingga menyebabkan ia berbeda dari orang lain
secara keseluruhan (Sastrowardoyo, Kamus Ilmu Jiwa). Sedangkan J.P Chaplin
mengatakan bahwa karakter atau fiil, hati, budi pekerti, tabiat adalah suatu
kualitas atau sifat yang tetap terus-menerus dan kekal yang dapat dijadikan
cirri untuk mengidentifikasikan seorang pribadi, suatu objek atau kejadian.
Karakter
artinya mempunyai kualitas positif seperti peduli, adil, jujur, hormat terhadap
sesama, rela memaafkan, sadar akan hidup berkomunitas, dan sebagainya. Kita
sebut semua ini adalah ciri karakter. Karakter ini lebih banyak menyangkut
nilai-nilai moral.
Kita
dapat memperkokoh kebiasan-kebiasaan yang bermanfaat dengan melatihnya
berulang-ulang, sebagaimana kita juga dapat menjauhkan diri dari
kebiasaan-kebiasaan yang membahayakan.
Kebiasaan
adalah sesuatu yang biasa kita lakukan misalnya bekerja tepat waktu, disiplin,
kerja keras, dan sebagainya. Kebiasaan-kebiasaan ini dapat berupa sesuatu yang
dapat diamati seperti ke suatu tempat tertentu, duduk di tempat tertentu, atau
makan makanan tertentu. Tetapi dapat juga berupa sikap, karakter, perilaku,
atau perasan periang, optimis, menghormati orang lain, dan sebagainya.
Sebagai
contoh kebiasan membaca secara bebas. Jika kebiasan membaca dianalisis, tiga
unsure yang saling terkait pada kebiasaan membaca:
1. Pengetahuan
yang bersifat teoritis mengenai perbuatan membaca.
2. Motivasi
atau kecenderungan untuk membaca (tujuan membaca).
3. Keahlian
atau kemampuan untuk membaca dengan baik (teknis cara membaca).
Pendidikan adalah suatu proses untuk
mendewasakan manusia. Dengan katalain, pendidikan merupakan suatu upaya secara
sengaja dan terarah untuk “memanusiakan” manusia. Melalui pendidikan manusia
dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan “sempurna” sehingga ia dapat
melaksanakan tugas sebagai manusia serta memelihara sekelilingnya secara baik
dan bermanfaat.
Pendidikan Islam terdiri atas 7 unsur,
yaitu:
1. Pendidikan
Keimanan
2. Pendidikan
Moral
3. Pendidikan
Fisik atau Jasmani
4. Pendidikan
Rasio atau akal
5. Pendidikan
Kejiwaan
6. Pendidikan
Sosial/Kemasyarakatan
7. Pendidikan
Seksual
Beberapa pakar menyatakan bahwa kunci
sukses keberhasilan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas karakter
masyarakatnya. Karakter yang dimaksud adalah karakter yang kondusif untuk bias
maju, yaitu yang disebut oleh Francis Fukkuyama sebagai modal social. Jadi, keberhasilan
suatu bangsa bergantung pada modal social, bukan oleh kayanya sumber daya alam,
luasnya geografis, atau banyaknya jumlah penduduk semata. Contohnya Singapura,
suatu negara yang kecil dan tak punya sumber daya alam, tetapi bias menjadi
sebuah negara yang maju.
Negara yang mempunyai modal social
tinggi, masyarakatnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Rasa
kebersamaan tinggi.
2. Rasa
saling percaya baik vertical maupun horizontal tinggi
3. Rendahnya
tingkat konflik
Karakter
yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan
masa yang sangat menentukan bagi pembentukan karakter seseorang. Para pakar
menyatakan kegagalan penanaman karakter pada seseorang sejak usia dini akan
membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Selain itu,
menanamkan moral pada generasi muda adalah usaha yang strategis mengingat 20
hingga 30 mendatang generasi muda inilah yang akan memegang komando Negara.
Oleh karena itu, penanaman moral melalui pendidikan karakter sedini mungkin
adalah kunci utama untuk dapat keluar dari permasalahan yang terjadi saat ini
dalam kaitannya dengan masa depan bangsa kita.
Perilaku
manusia dikendalikan oleh otaknya. Perilaku yang tidak baik seperti tawuran,
pelemparan kampus, atau supporter yang melampiaskan kekalahan tim dengan
merusak fasilitas umum, menandakan bahwa pikiran yang ada di dalam otak mereka
adalah hal-hal yang tidak baik. Penyebabnya adalah pendidikan karakter yang
kurang dan akhirnya lingkungan lebih berperan dalam pembentukkan karakternya.
Apabila lingkungan yang baik, maka dia akan terselamatkan dan begitu juga
sebaliknya karena otak manusia tidak dapat membedakan informasi yang baik dan
yang buruk. Seluruh informasi yang masuk ke otak, baik atau buruk akan diterima
seluruhnya oleh otak. Oleh karena itu, pendidikan karakter (membentuk akhlak
mulia) sejak usia dini sangat diperlukan.
B.
PENDEKATAN
DAN PRINSIP PENDUKUNG PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER
Dalam
rangka meningkatkan keberhasilan peserta didik untuk membentuk mental, moral
spiritual, personal, karakter, dan sosial, maka dalam penerapan pendidikan
karakter dapat digunakan berbagai pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan
Penanaman Nilai
Guru pelu membangun kekuatan
hubungan antara guru dan siswa. Ini akan membentuk kepercayaan dan penghormatan
dalam hubungan guru dan siswa. Siswa terbebas dari ganjalan hati, suasana
belajar jadi menyenangkan, serta penanaman nilai-nilai menjadi lebih mudah dan
efektif.
2. Pendekatan
Perkembangan Moral Kognitif
Pendekatan ini menekankan pada berbagai tingkatan
dari pemikiran moral. Guru dapat mengarahkan anak dalam menerapkan proses
pemikiran moral sehingga peserta didik akan sadar hokum, melayani kehendak
sendiri, menuruti peranan yang diharapkan, menuruti dan menaati otoritas,
berbuat untuk kebaikan orang banyak, dan bertindak sesuai dengan
prinsip-prinsip etika universal dengan cara mendemonstrasikan suatu permainan,
melakukan diskusi kelompok, dan menarik kesimpulan.
3. Pendekatan
Analisis Nilai
Pendekatan ini menekankan agar peserta didik dapat
menggunakan kemampuan berpikir logis dan ilmiah dalam menganalisis masalah
sosial yang berhubungan dengan nilai tertentu dengan cara diskusi terarah yang
menuntut argumentasi, penegasan bukti, penegasan prinsip, analisis terhadap
kasus, debat, dan penelitian.
4. Pendekatan
Klarifikasi Nilai
Pendekatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran
dan mengembangkan kemampuan siswa untuk mengidentifikasi nilai-nilai orang
lain, membantu siswa untuk mampu mengkomunikasikan secara jujur dan terbuka
tentang nilai-nilai atau karakter mereka sendiri kepada orang lain, dan
membantu siswa menggunakan kemampuan berpikir rasional dan emosional dalam
menilai perasaan, nilai, dan tingkah laku mereka sendiri dengan cara bermain
peran, simulasi, analisis mendalam tentang nilai atau karakter sendiri, diskusi
kelompok, dan aktivitas yang mengembangkan sensitivitas kegiatan di luar kelas.
5. Pendekatan
Pembelajaran Berbuat
Tujuan pendekatan ini adalah mengembangkan kemampuan
sehingga peserta didik dapat menyadari nilai-nilai atau karakter sendiri dan
orang lain, mengembangkan kemampuan melakukan kegiatan sosial, mendorong
melihat diri sendiri yang selalu berinteraksi dengan kehidupan dengan cara
bermain peran, mengembangkan kemampuan berpikir logis dan ilmiah, mengembangkan
kemampuan menganalisis kemampuan sosial yang berhubungan dengan karakter
tertentu, metode proyek, praktik hidup bermasyarakat, dan berorganisasi.
Prinsip pendukung penerapan pendidikan karakter
meliputi 3 hal, yaitu:
1. Cara
mempertahankan sikap yang baik.
2. Cara
mencegah sikap atau perilaku yang tidak baik.
3. Rambu-rambu
penerapan.
Berikut ini merupakan karakter yang
dapat dikembangkan untuk jenjang SD/MI.
1. Taat
kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Toleransi
3. Disiplin
4. Harga
diri
5. Tanggung
jawab
6. Potensi
diri
7. Cinta
dan kasih saying
8. Kebersamaan
dan gotong royong
9. Kesetiakawanan
10. Saling
menghormati
11. Tata
krama dan sopan santun
12. Kejujuran
Seluruh peran guru atau fasilitator
pendidikan karakter, menentukan apa yang menjadi tujuan pokok pembelajaran.
Sehingga guru harus segera berusaha memadukan model pembelajaran yang dipilih.
Pemaduan model pembelajaran inilah yang penting dihubungkan dengan tingkat
konseptual. Conceptual learning adalah suatu tingkat struktur atau lingkungan
dan tempat peserta didik beroperasi dalam kegiatan belajar dan berlatih.
C.
PENDIDIKAN
KARAKTER DI SEKOLAH I
Kesalahan
umum yang sering dibuat guru ialah berpikir bahwa seorang siswa tidak dapat
membuat hal yang luar biasa. Guru efektif perlu memenuhi tanggung jawab
pertamanya dengan menerapkan fondasi emosi bagi semua pengajaran yang akan
terjadi dengan menetapkan saling pengertian antara guru dan siswa. Hasil
pembentukkan saling pengertian adalah meningkatkan rasa ama, perubahan
pengalaman, dan perubahan tanggung jawab.
Pada
kurikulum Depdiknas 2006, pendidikan budi pekerti atau karakter diintegrasikan
dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan atau contoh, kegiatan spontan,
teguran, pengkondisian lingkungan, kegiatan rutin dan dalam kegiatan yang
diprogramkan.
D.
PENDIDIKAN
KARAKTER DI SEKOLAH II
Guru merupakan jembatan ilmu bagi
peserta didik serta menjadi panutan atau model bagi peserta didik. Namun sangat
disayangkan saat ini banyak terjadi penurunan mutu guru, rasa tanggung jawabnya
kurang, dan karakternya mengecewakan. Hal yang menyebabkan guru stress antara
lain: beban pekerjaan, tuntutan orang tua murid, tuntutan kemajuan ilmu,
tuntutan persaingan mutu sekolah, kewajiban terhadap keluarga.
Untuk mengantisipasi dan sekaligus
mengobati hal tersebut, solusinya adalah penguatan karakter dirinya. Selain itu
juga guru harus dilatih: mengajar dengan Quantum Teaching, mengajar dengan
Quantum Learning, mengajar menggunakan Multiple Intelligence, dilatih SAL
(Student Active Learning), classroom Management, Brain Based Teaching,
penetapan gaya belajar murid dan sebagainya.
Bagi sekolah-sekolah yang akan
menerapkan pendidikan karakter, maka perlu mempersiapkan:
1. Filosofi,
dalam hal ini adalah Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
2. Guru
atau fasilitator, guru merupakan key-personal yang menentukan untuk uji coba
pendidikan karakter.
3. Sekolah,
bagi sekolah yang menerapkan pendidikan karakter, setidaknya mam membuat
kondisi sekolah mendukung kebutuhan sarana dan prasarana, ini menyangkut
perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku, dan sumber belajar
lainnya.
4. Strategi,
tidak ada sebuah perancangan tertulis tentang pendidikan karakter yang efektif.
Namun ada beberapa prinsip utama yang harus dipegang, yaitu:
a. Prinsip
1, kembangkan nilai-nilai etis ini karakter sebagai karakter yang baik.
b. Prinsip
2, tetapkan yang dimaksud dengan karakter secara komprehensif mencakup
berpikir, merasakan, dan berperilaku.
c. Prinsip
3, gunakan pendekatan yang komprehensif, intesional, proaktif, dan efektif pada
pengembangan karakter.
d. Prinsip
4, ciptakan masyarakat peduli pendidikan karakter di sekolah.
e. Prinsip
5, persiapkan siswa siap untuk pendidikan moral.
f. Prinsip
6, cakuplah kurikulum akademik yang bermakna dan menantang.
g. Prinsip
7, bekerja keraslah untuk membantu mendorong perkembangan motivasi diri siswa.
h. Prinsip
8, libatkan staf sekolah sebagai masyarakat pembelajar moral yang membantu
tanggung jawab pendidikan karakter.
i.
Prinsip 9, bantulah
dukungan kepemimpinan moral dan dukungan jangka panjang prakarsa pendidikan
karakter.
j.
Prinsip 10, libatkan
anggota keluarga dan masyarakat sebagai partner dalam upaya membangun karakter.
k. Prinsip
11, evaluasilah karakter sekolah, fungsi anggota staf sekolah sebagai pendidik
karakter, dan sejauh mana para siswa mampu menunjukkan karakter yang baik.
E.
PENERAPAN
PENDIDIKAN KARAKTER
Langkah
yang dilakukan dalam penerapan pendidikan karakter adalah:
1. Penetapan
karakter yang akan diujicobakan.
2. Mengajarkan
pilar-pilar karakter dalam waktu 2 tahun di sekolah.
3. Menggunakan
kurikulum karakter (eksplisit) yang diterapkan dalam refleksi pilar.
4. Menggunakan
system “Pembelajaran Terpadu Berbasis Karakter”.
5. Menggunakan
teori MI dan DAP.
6. Menerapkan
co-parenting, dimana orang tua siswa diberitahu setiap awal pilar karakter
dimulai.
Setiap pelaksanaan suatu uji coba
program apapun perlu ada control. Maksudnya ialah untuk mengetahui apakah suatu
percobaan yang dimaksud berjalan seperti yang direncanakan.
Implikasi dari diterapkannya standar
kompetensi adalah proses penilaian yang dilakukan guru, baik yang formatif maupun sumatif harus menggunakan acuan
criteria atau patokan. Seorang pendidik karakter yang berhasil memiliki cirri
sebagai berikut:
1. Yang
dapat meleburkan dirinya secara menyeluruh.
2. Dapat
membangun hubungan pribadi dengan murid-muridnya secara lebih total.
3. Mempunyai
kemampuan komunikasi secara efektif.
4. Mampu
mengelola emosinya dengan baik.
5. Mampu
menghidupkan suasana.
F.
DAMPAK
PENDIDIKAN KARAKTER
Hasil studi untuk mengukur efektifitas
program pendidikan karakter pada murid sekolah menunjukkan hasil sebagai
berikut:
a. Keinginan
untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah meningkat.
b. Berani
mengekspesikan opininya di kelas.
c. Mengerjakan
tugasnya dengan mandiri dan percaya diri.
d. Menerima
kegagalan dengan cara yang positif.
e. Berani
melontarkan ide-ide kreatif untuk aktivitas di kelas
f. Mengajukan
pertanyaan kepada guru ketika tidak mengerti.
g. Bisa
mengambil keputusan dan menetukan tujuannya.
h. Berperilaku
seperti seorang pemimpin dalam kelompoknya.
Jadi, pendidikan karakter dapat
memberikan kesehatan emosional sia anak dan ini dapat meningkatkan kemampuan
kognitif, memberikan motivasi anak untuk belajar, dan selanjutnya untuk
kesuksesan dalam bidang akademik.
G.
PENDIDIKAN
KARAKTER YANG KOMPETEN
Ternyata
pada guru-guru yang sukses dan dirindukan murid-murid ada beberapa factor,
yaitu:
1. Mengetahui
perannya dengan jelas.
2. Selalu
membuat persiapan
3. Selalu
memulai dengan menyiapkan murid untuk menerima pelatihan dan pelajaran.
4. Cara
pembelajaran yang tepat.
5. Teknik
pembelajaran yang tepat.
6. Strategi
pembelajaran efektif.
7. Keterampilan
yang memadai.
Sederhana, tugas guru mencakup bimbingan
kurikulum, evaluasi kemajuan pembelajaran, bimbingan dalam seni menjalani
kehidupan, konseling dalam perencanaan kehidupan, dan pengembangan kreativitas
serta potensi diri menghadapi perubahan sosial kemasyarakatan.
Ini nampaknya seperti alur produksi di
pabrik hanya ini di pendidikan. Memang sekali lagi, desain uji coba ini harus
dirancang jelas oleh si pencipta pendidikan karakter. Dengan jelasnya deain uji
coba, maka control penerapan, pengukuran, langkah-langkah pendidikan, analisa
hasil pengukuran, dan kemudian control terhadap langkah keseluruhan dapat
secara cermat dilakukan dan ini semua terletak pada si pencipta.
BAB
III
ANALISIS
ISI BUKU
Adapun kelebihan
pada buku yang berjudul Pendidikan Karakter di Sekolah ini secara garis besar,
adalah:
1. Sangat
bagus dan menarik. Isinya dipaparkan dengan jelas dan detail sehingga pembaca
dapat memahami apa yang dibahas oleh penulis.
2. Susunan
penulisan atau sistematikanya sudah sangat bagus, runtut dan sarat makna.
3. Desain
buku sangat menarik karena terdapat ornament-ornamen yang unik dalam setiap
lembarnya sehingga pembaca tidak merasa jenuh sewaktu melihat tulisannya.
4. Pembahasan
dalam buku ini mengambil beberapa pendapat ahli dan beberapa hasil penelitian
sehingga menambah kekuatan isi buku.
5. Pembaca
bisa mengetahui ahli–ahli yang berpendapat tentang pendidikan karakter sehingga
menambah pengetahuan dari berbagai sudut pandang.
6. Terdapat
pepatah dan kata-kata motivasi, untuk memberikan motivasi kepada pembaca.
Untuk kelemahan
dari buku yang berjudul Pendidikan Karakter ini adalah:
1. Hanya
cocok untuk pembaca muslim karena didalamnya diselipkan beberapa hadist.
Sebaiknya jangan diselipkan hadist karena buku ini bisa saja dibaca oleh
kalangan non muslim.
2. Terlalu
banyak tulisan, kurang menggunakan gambar atau skema. Hal ini menyebabkan pembaca
jenuh harus membaca tulisan yang terlalu panjang.
0 komentar:
Post a Comment