Pengumpulan
data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai
cara. Bila dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah
(natural setting), pada laboratorium
dengan metode eksperiman, di rumah dengan berbagai responden pada suatu
seminar, diskusi, di jalan. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan
data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber
sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data , misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.
Selanjutnya
bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan) interview
(wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya.
A. Observasi
1.
Macam-macam Observasi
Nasution 1988
dalam (sugiono: 2013:226) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta
mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Selanjutnya Marshal
1995 menyatakan bahwa “ through
observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to
theose behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan
makna dari perilaku tersebut.
Sanafiah 1999(dalam
Sugino 2013: 226) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi
(participant observation) observasi
yang secara terang-terangan dan tersamar (over
observation dan cover observation),dan
observasi yang tak berstruktur (unstructured
observation). Selanjutnya Spradley dalam sugino 2013 membagi observasi
partisipasi menjadi empat, yaitu passive
observation, moderate participation, active particivation, dan complete observation.
a.
Observasi partisipatif
Susan Stainback
1988 dalam (soegino 2013: 227) menyatakan “In
participant observation, the researcher observer what people do, listent to
what they say, and participates in their activities” dalam observasi
partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa
yang mereka ucapkan, dan berpartisivasi dalam aktivitas mereka. Observasi ini
digolongkan menjadi empat, yaitu :
1) Partisipasi
pasif (pasive participation): means the
research is present at the scene of action but does not interact or participate.
Dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi
tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
2) Partisipasi
moderat (moderate participation): mean that researcher maintains a balance
between being insider and being outsider. Dalam observasi ini terdapat
keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam
mengumpulkan data ikut observasi partisipatif
dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.
3) Partisipasi
aktif (Active participation): means that
researcher generally does what others in the setting do. Dalam observasi
ini peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber, tetapi belum
sepenuhnya lengkap.
4) Partisipasi
lengkap (complete participation): means
the researcher is a natural participant. This is the highest level of
involvement. Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat
sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data.
b. Observasi
terus terang atau tersamar
Dalam hal ini,
peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber
data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti
mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam
suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal
ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih
dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti
tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.
c. Observasi
tak berstruktur
Observasi tidak
terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang
apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara
pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan, peneliti tidak
menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu
pengamatan.
Dalam suatu
pameran produk industri dari berbagai negara misalnya, peneliti belum tahu
pasti apa yang akan diamati. Oleh karena itu peneliti dapat melakukan
pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik, melakukan analisis dan kemudian
dibuat kesimpulan. Atau mungkin peneliti akan melakukan penelitian pada suku
terasing yang belum dikenalnya, maka peneliti akan melakukan observasi tidak
terstruktur.
2. Tahapan
observasi
Observasi dapat
dilakukan oleh peneliti dengan melalui tahapan-tahapan. Observasi
dapat terlaksana dengan baik apabila melalui alur seperti yang
dikemukakan Spradley (dalam Sugiyono, 2011: 230) tahapan observasi ada tiga
yaitu 1) observasi deskriptif, 2) observasi terfokus dan 3) observasi
terseleksi.
a. Observasi
deskriptif
Observasi
deskriptif dapat dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu
sebagai obyek penelitian. Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang
akan diteliti, peneliti perlu melakukan penjelajahan umum dan menyeluruh,
melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar dan dirasakan. Semua data
direkam, hasil dari observasi ini disimpulkan dalam keadaan yang belum tertata.
Observasi pada tahap ini sering disebut sebagai grand tour observation, dan
peneliti menghasilkan kesimpulan pertama serta pada tahap ini peneliti dapat
melakukan analisis domain.
b. Observasi
terfokus
Pada
tahap ini peneliti sudah melakukan mini
tour observation, yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk
difokuskan pada aspek tertentu. Peneliti dapat melakukan analisis taksonomi
sehingga dapat menemukan fokus. Selanjutnya peneliti dapat menghasilkan
kesimpulan 2.
c. Observasi
terseleksi
Observasi
terseleksi dilakukan peneliti untuk menguraikan fokus yang ditemukan sehingga
datanya lebih rinci. Dengan melakukan analisis komponensial terhadap fokus,
pada tahap ini peneliti telah menemukan karakteristik, perbedaan dan kesamaan
antar kategori, serta menemukan antara satu kategori dengan kategori yang lain.
Pada tahap ini diharapkan peneliti telah menemukan pemahaman yang mendalam atau
hipotesis.
B. Wawancara
(interview)
1. Macam-macam
Interview/wawancara
Esterberg 2002
dalam Sugiyono 2013: 231 mendefinisikan interview sebagai berikut: “ a meeting of two person to exchange
information and idea through question and responses, resulting in communication
and joint construction of meaning about a particular topic”. Wawancara
adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Dalam penelitian
kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara
mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan interview kepada
orang-orang ada di dalamnya. Esterberg 2002 mengemukakan beberapa macam wawancara
yaitu:
a. Wawancara
terstruktur(structured interview)
Wawancara
terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah
menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur inoi,
setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.
b. Wawancara
Semi terstruktur(Semistructure Interview)
Jenis wawancara
ini sudah termasuk indept interview, di mana dalam pelaksanannya lebih bebas
bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini
adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang
diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melaksanakan
wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang
dikemukakan oleh informan.
c.
Wawancara tak berstruktur(unstructured interview)
Wawancara tak
berstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanyaberupa garis-garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan.
2. Langkah-langkah
wawancara
Pada
saat wawancara, peneliti perlu menyiapkan tahapan-tahapan wawancara. Lincoln and Guba (dalam Sugiyono, 2011:235),
mengungkapkan ada tujuh langkah dalam penggunaa wawancara untuk mengumpulkan
data dalam penelitian kualitatif yaitu:
a. Menetapkan
kepada siapa
wawancara itu akan dilakukan
b. Menyiapkan
pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan
c. Mengawali
atau membuka alur wawancara
d. Melangsungkan
alur wawancara
e. Mengkonfirmasikan
ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
f. Menuliskan
hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
g. Mengidentifikasi
tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh
3. Jenis-jenis
pertanyaan dalam wawancara
Patton dalam
Moeleong (2014:187) menggolongkan enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan :
a. Pertanyaan
yang berkaitan dengan pengalaman
Pertanyaan
ini digunakan untuk mengungkapkan pengalaman yang telah dialami oleh informan
atau subyek yang diteliti dalam hidupnya, baik dalam kehidupan pada waktu masih
kanak-kanak, selama di sekolah, di masyarakat di tempat kerja dan lainnya.
Hasil dari wawancara ini, peneliti dapat mengkonstruksi profil kehidupan seseorang
sejak lahir sampai akhir hayatnya.
b. Pertanyaan
yang berkaitan dengan pendapat
Ada saatnya peneliti
ingin minta pendapat kepada informan terhadap data yang diperoleh dari sumber
tertentu. Peneliti perlu menyiapkan pertanyaan yang akan disampaikan kepada
informan berkenaan dengan pendapatnya tentang data tersebut.
c. Pertanyaan
yang berkaitan dengan perasaan
Mendapatkan data
tentang perasaan orang yang sifatnya afektif lebih sulit dibandingkan
mendapatkan data yang sifatnya kognitif maupun psikomotorik. Pada dasarnya
perasaan orang yang sedang susah atau senang dapat terlihat dari ekspresi
wajahnya. Oleh karenanya pertanyaan yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan
seseorang menggunakan pertanyaan yang tidak langsung. Pada awalnya dilakukan
percakapan yang biasa, dan lama-lama diarahkan pada pertanyaan yang digunakan
untuk mengungkapkan perasaan.
d. Pertanyaan
tentang pengetahuan
Pertanyaan ini
digunakan untuk mengungkapkan atau menggali pengetahuan informan terhadap suatu
kasus atau peristiwa yang diketahui. Mereka ini dipilih menjadi narasumber karena
diduga ia ikut terlibat dalam peristiwa tersebut.
e. Pertanyaan
yang berkaitan dengan indera
Pertanyaan ini
digunakan untuk mengungkapkan data atau informasi karena yang bersangkutan
melihat, mendengar, meraba, dan mencium suatu peristiwa.
f. Pertanyaan
berkaitan dengan latar belakang atau demografi
Pertanyaan ini
digunakan untuk mengungkapkan latar belakang subyek dipelajari meliputi status
sosial ekonomi, latar belakang pendidikan, asal usul, tempat lahir, usia, pekerjaan dan yang
lainnya.
4. Alat-alat
wawancara:
Supaya hasil
wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti otentik telah
melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka diperlukan bantuan
alat-alat sebagai berikut.
a. Fieldnote
atau Buku catatan lapangan
Buku catatan lapangan berfungsi untuk
mencatat semua percakapan dengan sumber data. Saat ini sudah banyak laptop atau netbook yang dapat digunakan untuk membantu mencatat data hasil
wawancara.
b.
Tape
recorder atau alat perekam suara
Tape recorder berfungsi untuk merekam
semua percakapan atau pembicaraan. Penggunaan alat perekam suara dalam
wawancara perlu memberi tahu informan apakah boleh atau tidak.
c.
Camera
Alat ini digunakan untuk memotret
ketika peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan informan/sumber data.
Dengan adanya foto ini, dapat meningkatkan keabsahan penelitian akan lebih
terjamin, karena peneliti betul-betul melakukan pengumpulan data.
C. Dokumen
Dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen
merupakan perlengkapan dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif. Dalam hal dokumen, Bodan (dalam Sugiyono 2013: 240)
menyatakan :”In most tradition of
qualitative research, the phrase, personal document is used broadly to refer to
any first person narrative produced by an individual which describes his or her
own actions, experience and belief”.
Hasil penelitian
akan kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan
seni yang telah ada. Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki
kredibelitas yang tinggi. Sebagai contoh banyak foto yang tidak mencerminkan
keadaan aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan tertentu.
D. Triangulasi
Dalam teknik
pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari beberapa teknik pengumpulan data dan sumber
pengumpulan data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data
dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus
menguji kredibelitas data, yaitu mengecek kredibelitas data dengan berbagai
teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
Triangulasi
teknik, berarti peneiliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda
untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggabungkan observasi
partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk data yang sama secara
serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang
berbeda-beda dengan teknik sama.
Dalam hal
triangulasi, Susan stainback 1988 dalam (Sugiyono 2013: 241) menyatakan bahwa “ the aim is not to determine the truth
about same social phenomenon, rather the purpose of triangulation is to
increase one’s understanding of what ever is being investigated”. Tujuan
dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena,
tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah
ditemukan.
Nilai dari
teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang
diperoleh convergent (meluas),tidak
konsisten atau kontradiksi. Oleh karena itu dengan menggunakan teknik
triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih
konsisten, tuntas, dan pasti.
0 komentar:
Post a Comment